Waktu Pembuangan Tak Sinkron Penyebab Sampah Numpuk

Waktu Pembuangan Tak Sinkron Penyebab Sampah Numpuk

KESAMBI – Tumpukan sampah selalu terlihat di hampir semua Tempat Pembuangan Sampah (TPS) pada sore hari. Hal ini karena tidak adanya satu kesepahaman waktu antara RW dengan petugas kebersihan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Kepala Bidang Kebersihan DKP Kota Cirebon Drs Jajang Yaya Suganda mengatakan, DKP melakukan pengambilan sampah TPS maksimal pukul 14.00 WIB. Sedangkan, masyarakat terutama yang dikoordinir RW masih membuang sampah setelahnya. “Ini bahaya laten. Pengiriman sampah tidak nyambung dengan jadwal pemungutan dari petugas kita,” ucap Jajang, kepada Radar, Minggu (1/5). Diungkapkan dia, DKP selalu melakukan sosialisasi dan mengirimkan surat kepada lurah hingga RW, agar mengatur jadwal pembuangan sampah. Saat sudah jam 14.00 WIB, sebaiknya sampah dari masyarakat ditahan dulu di lokasi pembuangan sampah RW setempat. Sayangnya imbauan ini tidak ditaati. Yang terjadi justru sebaliknya. Petugas kebersihan dari RW tetap membuang sampah setelah batas waktu pengiriman sampah selesai. Bahkan, pada malam hari pengiriman sampah dari RW masih dilakukan. “Tidak banyak yang melaksanakan. Alasannya karena keterbatasan personel dan kendaraan,” tuturnya. Masalah ini, kata dia, perlu dipikirkan bersama. Dengan perkembangan kota saat ini, tentu sangat tidak nyaman melihat tumpukan sampah di tempat pembuangan sementara (TPS). Bahkan, di beberapa lokasi ada yang berserakan. DKP sendiri sudah berusaha maksimal, karena petugas kebersihan bekerja seminggu tanpa henti. “Manusia ada lelahnya. Kalau dipaksakan dan kemudian petugas kebersihan kami sakit, ini menjadi masalah bagi penanganan sampah kota,” tukasnya. Ke depan, DKP Kota Cirebon kembali melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan kelurahan hingga RW. Sosialisasi dimaksudkan untuk menyampaikan sistem kerja DKP dalam pengangkutan dan pembuangan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur. Dalam hal ini, Jajang meminta dukungan dan pengertian dari segenap komponen masyarakat. Akan lebih baik lagi, sampah selesai di tingkat masyarakat itu sendiri dengan memanfaatkan bank sampah. Hal ini, sangat membantu DKP dalam mengurangi volume sampah di Kota Cirebon. Untuk petugas kebersihan yang menyapu seluruh jalanan kota, DKP memberlakukan tiga sift bergiliran sepanjang waktu. Jumlahnya mencapai 130 orang. Sedangkan petugas sampah angkutan dari TPS, supir, dan kru lainnya berjumlah 30 orang. Terkait TPS, Jajang menilai jumlahnya sudah ideal. Yaitu 24 TPS di berbagai titik. Sedangkan penambahan lima TPS baru, belum dioperasionalkan karena perlu kontainer, penambahan ritasi angkutan dan kru persampahan. “Total ada 29 TPS. Lima diantaranya belum aktif,” tukasnya. Lima TPS dimaksud ada di belakang Gedung Wanita, Jl Pilang Raya, Kebon Pelok, Kesunean dekat pantai dan wilayah Kebon Baru. Di tempat terpisah, Jamaah, warga RW 03 Kebon Benteng Barat Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan, tumpukan sampah selepas pukul 14.00 WIB, merupakan rezeki tersendiri. Dirinya sudah 11 tahun mengais rezeki dari sampah di TPS Krucuk. “Kita pilah, yang bisa dijual dikumpulkan. Sisanya dimasukan lagi ke kontainer untuk dibuang ke TPA Kopiluhur,” tuturnya. Hasil dari memungut sampah di TPS Krucuk mampu menafkahi keluarga. (ysf)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: