Saat Hujan Angin, Rumah Ini Roboh Rata Tanah

Saat Hujan Angin, Rumah Ini Roboh Rata Tanah

HUJAN turun hampir merata mengguyur wilayah Cirebon, Rabu (15/6) kemarin. Derasnya hujan ditambah suara gemuruh petir, kilat dan kencangnya hembusan angin, membuat siapapun semakin malas keluar rumah. Namun tidak begitu yang dialami keluarga besar Rawini (40), warga Blok Serakulon RT 01 RW 02 Desa Pegagan Lor, Kecamatan Kapetakan. Dia sebenarnya gelisah. Khawatir rumah yang tak tersentuh perbaikan selama 25 tahun tersebut, tidak bisa bertahan menghadapi serangan alam yang begitu mendadak. Terlebih, di beberapa bagian atap, air terlihat berhasil menerobos masuk di sela-sela genteng yang sudah usang dan mengucur deras ke lantai yang masih beralas tanah. Saat itu, Rawini berada seorang diri di dalam rumah. Ibunya, Watini (65) dan kedua anaknya kebetulan sedang berada di rumah kerabatnya, sedangkan sang suami sedang bekerja. Ia pun baru melangkahkan kakinya dan berniat keluar lewat pintu belakang. Saat berada di bagian dapur, tiba-tiba rumah tersebut ambruk. “Saya sudah pasrah. Kejadiannya cepat sekali, gak ada suara kretek-kretek, langsung brug gitu aja,” ujarnya. Setelah rumah tersebut rubuh, ia pun sempat terdiam saking takutnya. Dia kemudian meraba-raba beberapa bagian tubuhnya. Khawatir ada yang luka ataupun ada tulang-tulang yang patah. Rawini pun akhirnya bisa bernafas lega, setelah dicek rupanya ia hanya mengalami luka ringan dan hanya memar sedikit di bagian kepala. Lain-lainnya tidak ada masalah. “Setelah tenang, saya kemudian cari jalan keluar. Saya lepas beberapa genteng dan saya patahkan beberapa kayu reng dari bambu untuk jalan keluar,” imbuhnya. Setelah berhasil keluar, ia pun kemudian meminta tolong. Pasalnya, saat itu, suasana lingkungannya tengah sepi. Suara rubuhnya rumah semi permanen milik ibunya tersebut, kalah keras dengan suara angin dan hujan yang turun begitu deras. “Saya lari ke rumah saudara. Saya cari ibu dan anak-anak. Takutnya masih ada yang tertinggal di dalam. Untungnya saya orang terakhir,” tambahnya. Sementara itu, pemilik rumah, Watini (65) mengatakan, ia yang sudah tidak bisa bekerja dan anaknya yang bekerja sebagai buruh serabutan, tidak bisa berbuat banyak melihat kondisi rumahnya. Watini pun paham betul jika rumahnya bisa sewaktu-waktu roboh dan membahayakan nyawa keluarga. Namun sekali lagi, dia tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan ekonomi. “Umahe wis sering dipoto, ble sekali rong kali, jare pan olih bantuan tapi sampe rubuh durang ana bantuan (rumah sudah sering difoto, tidak sekali dua kali, katanya mau dapat bantuan, tapi sampai roboh belum ada bantuan, red),” keluhnya. Insiden robohnya rumah Watini, membuat warga sekitar dan beberapa dari luar desa terlihat mendatangi TKP dan memberikan bantuan untuk keluarga malang tersebut. WARGA HARUS WASPADA Sementara itu, Forecaster BMKG Jatiwangi Ahmad Faa Izyin menjelaskan, hujan lebat yang disertai angin kencang terjadi karena adanya pertemuan massa udara di pantai utara Jawa Barat. Sehingga, pertumbuhan awan-awan hujan meningkat. Hal ini juga disebabkan adanya fenomena la nina. Meski saat ini sudah masuk musim kemarau, namun curah hujan tetap masih terjadi. Lebih jauh Ahmad Faa Izyin juga menjelaskan, angin kencang yang terjadi itu ditimbulkan dari kumpulan awan comulonimbus. Awan ini bisa menyebabkan hujan lebat disertai dengan petir dan angin kencang. \"Biasanya tidak lama, tidak lebih dari dua jam,\" ungkapnya. Selain bisa menyebabkan angin kencang, awan comulonombus juga bisa menyebabkan terjadinya angin puting beliung. Oleh sebab itu, dia berharap masyarakat bisa waspada dengan gejala cuaca yang akhir-akhir ini terjadi. Faktor fenomena la nina, yang meningkat dari bulan Juni hingga dua bulan ke depan, bisa memunculkan perubahan cuaca. \"Saat ini meski sudah masuk kemarau, tapi karena ada fenomena la nina, musim kemaraunya terasa seperti musim hujan,\" tambahnya. (dri/jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: