Dengan Berat Hati, Kadisdik Berusaha Terima Alasan Kepsek SMPN 4

Dengan Berat Hati, Kadisdik Berusaha Terima Alasan Kepsek SMPN 4

KESAMBI – Ada gelagat tak wajar dari alasan yang dikemukakan Kepala SMPN 4, Tomi Iplaludin (Elang Tomi) terkait keterlambatan seragam siswa. Kepala Dinas Pendidikan, Dr H Wahyo MPd juga mengakui hal itu. Apalagi, dia sudah bertemu dengan kepala SMPN 4. Dalam pertemuan itu, Tomi memberi penjelasan terkait kendala mencari baju kotak-kotak yang sesuai. Kendati demikian,Wahyo menilai, alasan Tomi sulit diterima. Namun, ia tak mau menduga-duga dan memilih berpikiran positif. ”Alasan kepsek sulit diterima. Bahan baju kotak-kotak, ada banyak varian di toko. Masa sih nggak ada satu pun yang sesuai?” tanya dia. Wahyo menyayangkan hal ini. Namun dia berusaha menerima alasan yang diutarakan. Tidak ingin berlarut-larut, Wahyo mengagendakan pertemuan antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, Kamis (30/6). Adapun Disdik dan PGRI Kota Cirebon, menjadi fasilitator dan penengah. “Saya ingin masalah ini diselesaikan dengan baik,” ucapnya. Hasil pertemuan tersebut dibuat tertulis sebagai kesepakatan bersama. Selanjutnya, penyelesaian diputuskan bersama antara kepala sekolah dengan orangtua siswa. Di tempat terpisah, Ketua PGRI Kota Cirebon, H Abdul Haris SPd MM menilai, persoalan ini berawal dari kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dengan orangtua siswa. “Harusnya kalau ada kendala disampaikan ke orang tua siswa. Ini kan uangnya sudah lunas, tapi kok pihak sekolah diam saja dan tidak memberi penjelasan,” sesalnya. Pada pertemuan nanti, PGRI juga akan menjadi fasilitator bersama disdik. Itikad baik untuk bermusyawarah dan menyelesaikan secara baik menjadi acuan. Haris berharap, ke depan tidak ada lagi persoalan di sekolah karena faktor kurang komunikasi. Sementara itu, mencuatnya skandal seragam di SMPN 4 Kota Cirebon, berbuntut panjang. Sejumlah pihak khawatir minat siswa baru masuk ke SMPN 4 menurun. Apalagi, skandal seragam itu diduga melibatkan kepala sekolah yang bersangkutan. Keberadaan Elang Tomi sendiri sempat sulit diketahui. Sumber Radar  di SMPN 4 menyebutkan, kepsek sempat datang pagi-pagi sekali. Setelah itu pergi lagi entah ke mana. \"Sudah pergi lagi mas,” ujar salah seorang karyawan di sekolah tersebut. Skandal seragam siswa yang sudah satu tahun tak dibagikan memang membuat sekolah di Jl Pemuda tersebut mendadak heboh. Petugas penerima dana seragam, Yeti Heryati SPd, ketika ditemui enggan berkomentar.  “Jangan saya mas, biarkan saya istirahat dengan tenang,” kata Yeti. Namun demikian Yeti mengucapkan terima kasih kepada media dan menyampaikan apresiasinya atas munculnya pemberitaan tentang seragam sekolah. Dia berharap, dengan adanya pemberitaan bisa menjadi jalan untuk penyelesaian persoalan yang setahun belakangan cukup membebani. “Terima kasih atensinya,” kata Yeti singkat. Di tempat terpisah, Sekretaris Daerah, Drs Asep Dedi MM kaget membaca berita skandal seragam tersebut. Apalagi para orang tua siswa sampai mengadu ke dinas pendidikan karena sudah membayar biaya sejak setahun lalu, tetapi hingga akhir tahun ajaran tenryata seragam itu belum mereka terima. “Saya baru tahu justru malah dari media hari ini. Kok bisa seragam sudah setahun belum diterima siswa,” katanya, heran. Atas kejadian ini, sekda mengaku memanggil dinas pendidikan untuk meminta klarikasi. Dia khawatir,  nama baik SMPN 4 tercoreng. Apalagi sekarang memasuki tahun ajaran baru. Sekda berharap persoalan ini segera diselesaikan, karena ini menyangkut uang orang tua siswa yang sudah dibayarkan tapi barang yang mereka beli ternyata tak kunjung mereka terima. Bahkan pihaknya tidak segan-segan untuk memberikan sanksi bila emang ada indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh kepala sekolah. (abd/ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: