Basri Masih Bisa Kabur dengan 2 Perempuan

Basri Masih Bisa Kabur dengan 2 Perempuan

JAKARTA - Terkait identifikasi dua jenazah dalam kontak tembak di Poso, Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar  mengatakan bahwa dapat dipastikan bahwa salah satu jenasah itu merupakan Santoso. Ada beberapa ciri-ciri tubuh Santoso yang telah cocok, yakni tahi lalat di tengah dahi berukuran 0,7 cm, bekas luka tembak yang terjadi 2007, tahi lalat dibawah bibir sebelah kiri dan sidik jari yang diambil pada 2004. ”Saat ini hanya tes DNA yang belum ada,” terangnya. Tes DNA itu membutuhkan waktu sekitar tiga hari. DNA Santoso akan dicocokkan dengan DNA milik anaknya. Tapi, pihak keluarga dekat Santoso juga telah memastikan bahwa jenasah itu Santoso. ”Karena itu, semua sekarang sudah terang benderang,” paparnya. Untuk satu jenazah yang lain? Dia mengatakan bahwa sebelumnya memang ada dugaan jenazah lainnya adalah Basri, namun ternyata setelah dicek jenazah itu adalah Mukhtar alias Kahar. ”Bagaimana perannya sedang didalami,” ujarnya. Sementara itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian akhirnya juga memastikan bahwa salah seorang jenazah yang tewas tertembak adalah Santoso. Hal itu diketahui melalui identifikasi sidik jari. Sidik jari jenazah tersebut identik dengan sidik jari Santoso yang dimiliki Polda Sulteng. “Dulu kan dia pernah ditahan, sehingga kami sudah bisa simpulkan 100 persen yang bersangkutan’’ ujar Tito. Dengan sidik jari tersebut, maka dipastikan jenazah itu adalah Santoso. Sedangkan, satu jenazah lagi bukan Basri, melainkan anak buah Santoso yang lain, Muchtar. Sedangkan, Basri berhasil melarikan diri bersama dua perempuan. Dua perempuan yang bersama Basri dipastikan tidak memiliki pengaruh dalam aksi teror. Disinggung pengaruhnya terhadap ISIS di Indonesia, Tito mengaku yakin kekuatan ISIS bakal tereduksi. “Ini akan mendemoralisasi ISIS di Indonesia, karena Santoso dan BAsri adalah simbol open assistance ISIS,’’ tambah Kapolri Tito. Hal senada disampaikan Kapolda Sulteng Brigjen Rudy Sufahriadi. Dia menyebut bahwa kedua perempuan itu merupakan istri Santoso dan Basri. Kelompok Santoso terpecah menjadi dua. Satu kelompok berisi lima orang dengan pimpinan Santoso. Satu kelompok lagi berisi 16 orang dengan pimpinan Ali Kalora. Di kelompok Santoso, hanya dia dan Basri yang membawa serta istrinya. Sementara Muhtar tidak demikian. Untuk kelompok satunya, hanya Ali yang membawa serta istrinya. Anak buahnya yang lain tidak. Namun, yang jelas dengan tewasnya Santoso, kekuatan kelompoknya akan sama lagi. Tewasnya Santoso, tambah Rudy, berawal saat tim Alfa 92 yang menjadi bagian dari operasi Tinombala berpatroli di kawasan Tambarana. Tim tersebut berisi sembilan prajurit Batalyon 515 Kostrad Jember. Di dekat sungai, didapati ada lima orang bersenjata yang diduga sebagai DPO dalam jarak 20-30 meter. Saat mencoba mendekat, terjadi kontak tembak yang menewaskan dua orang DPO. (idr/far/byu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: