Premiere League, Dilema Conte
LONDON – Musim lalu, dapat menjadi pelajaran bagi Chelsea. Sebagai juara bertahan Premier League, The Blues –julukan Chelsea– mengawali kampanyenya di awal musim dengan buruk. Kalah tiga kali, sekali imbang, dan sekali menang dari lima pekan pertamanya. Itu membuat Chelsea ada di peringkat kesepuluh di akhir musim. Bahkan sebelum Jose Mourinho dipecat per 17 Desember 2015, Chelsea berada di posisi ke-16. Posisi terburuk untuk juara bertahan Premier League. Mourinho lalu digantikan Guus Hiddink sampai akhir musim. Dan musim ini harapan Roman Abramovich agar Chelsea-nya tidak lagi jeblok seperti di musim lalu diemban Antonio Conte. Mampukah Conte memberi pekan pertama yang indah bagi Chelsea? Conte akan menjawabnya dalam laga bertajuk Derby London Barat menghadapi West Ham di Stamford Bridge, London, dini hari nanti. \'\'Dia (Conte) sudah berkata kepada kami agar lebih konfiden, dan mengawali musim baru kali ini dengan dinamis,\'\' ucap winger Eden Hazard, kepada Sky Sports. Modal bagus dari pramusim dibawa Chelsea untuk mengawali musim ini. Dari tujuh kali laga di pramusimnya, lima di antaranya mampu berakhir dengan kemenangan. Termasuk mengalahkan Werder Bremen 2-4 dalam laga uji coba terakhirnya di Weserstadion, Bremen, 8 Agustus lalu. Rekor pramusim Chelsea lima kali menang dan dua kali kalah. Hazard bakal lebih konfiden dengan rekam jejak Conte sebagai nahkoda anyarnya. Pelatih yang sebelumnya menahkodai Timnas Italia dalam Euro 2016 itu mempunyai 55,66 persentase menang. Dari satu dekadenya melatih delapan tim, Conte memberikan 182 kemenangan dari total 327 laga yang telah dia jalani. Akan tetapi, dengan rekornya yang lumayan itu, tidak menjadikan Conte lebih konfiden menatap laga pertama bersama klub pertamanya di luar Italia. Sebaliknya, tactician yang berusia 47 tahun itu sedang berpikir ekstra keras beberapa hari sebelum kick-off Premier League ini. Dalam konferensi pers-nya di Cobham, London, Sabtu waktu setempat kemarin (13/8), Conte mengaku sulit tidur nyenyak. \'\'Sebelum laga biasanya saya tidak banyak tidur. Mungkin dua, tiga, atau empat jam saja (tidur). Lalu, begitu saya bangun, saya memulainya dengan memikirkan tentang pertandingan dan situasi (yang akan dihadapi), dan kadang saya punya ide baru tentang taktikal dalam sejam pertama keesokan hari,\'\' tutur Conte. \'\'Begitu kalian memenangi laga itu, kalian bisa memahami seberapa besar pengorbanan kalian di saat tidak banyak tidur itu,\'\' lanjut Conte. Ya, Conte memang sedang dalam kondisi dilema menyiapkan aspek taktikal untuk John Terry dkk. Terutama terkait dengan formasi terbaik yang diaplikasikannya di klub berusia 111 tahun itu. Kala pertama kali datang, Conte disebut-sebut bakal mengaplikasikan formasi yang benar-benar baru untuk Chelsea. Bukan lagi formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3, seperti yang kerap dipakai beberapa pelatih di Chelsea terakhir. Seperti Mourinho, ataupun Hiddink. Melainkan menjajal formasi 4-2-4 yang lebih menekankan pada kekuatan pemain-pemain sayapnya. Demi mendapatkan kedalaman permainan skuadnya dengan formasi itu, Conte sudah mencoba selama pramusim lalu. Berdasarkan situs resmi Chelsea, lima kali Conte mengaplikasikan formasi 4-2-4-nya itu. Kali terakhir, Conte menjajal formasi tersebut di dalam pertandingan pramusim menghadapi AC Milan. Chelsea memang menyikat Milan 3-1. Akan tetapi, dengan mengandalkan Willian untuk posisi sayap kanan dan Victor Moses di kiri, Chelsea malah kesulitan untuk membongkar defense Rossoneri, julukan Milan. Bahkan, ketika Conte meminta pemainnya untuk betransformasi menjadi 4-4-2 atau 4-5-1 saat bertahan pun tidak mampu dijalankan dengan optimal. Catat, dua dari tiga gol kemenangan Chelsea didapatkan setelah Milan banyak memainkan pemain mudanya seperti Jherson Vergara, Niccolo Zanellato, dan Luca Vido. Tidak seperti Chelsea yang tetap memainkan Oscar, Hazard, Mitchy Batshuayi, Juan Cuadrado dan N\'Golo Kante sampai laga usai. Bukan hanya dengan formasi 4-2-4. Begitu pula ketika Conte mengaplikasikan formasi 4-1-4-1 dalam laga melawan Bremen lalu. Keseimbangan permainan belum juga ketemu. Mendominasi dalam serangan, tetapi tidak mampu konsisten dalam bertahan. \'\'Setelah laga, kalau kami menang, maka saya akan tidur dengan nyenyak. Tapi, jika kalah, itu akan lebih sulit bagi saya,\'\' ungkap Conte. Dalam laga nanti, Conte kemungkinan besar mencoba formasi 4-2-4 dalam formasi starternya. Kecepatan Willian dan Hazard diharapkan langsung meledak di kedua sayap Chelsea. Willian musim lalu termasuk pemain yang larinya tercepat di Chelsea. Selain itu, persentase akurasi passingnya di 83 persen termasuk terbaik di Chelsea. Sekalipun musim lalu permainannya flop, Hazard pernah menjadi tulang punggung Chelsea di saat jadi juara. Winger kiri berkebangsaan Belgia itu menjadi penyuplai bola terbanyak kedua setelah Cesc Fabregas di Chelsea. Hazard mencatat 10 kali assist kala itu. Harapannya, Hazard bisa memberi suplai bola kepada Diego Costa. Mobile-nya Willian dan Hazard itu akan mendapat dukungan dari dua poros gandanya. Adanya Kante menjadi garansi bagi defense Chelsea. Dengan tekel-tekel dan intersepnya, pemain yang musim lalu membela Leicester City itu akan menghambat pergerakan pemain-pemain The Hammers –julukan West Ham– seperti Dimitri Payet ataupun bomber anyarnya Andre Ayew. Conte mungkin saja konfiden dengan formasinya itu. Tapi tidak dengan anak buahnya. Salah satunya Oscar. Dikutip dari Goal, attacking midfielder berkebangsaan Brasil itu belum nyaman dalam formasi 4-2-4. \'\'Baik 4-2-4 atau 4-3-3, saya selalu berusaha bermain yang terbaik. Tapi, saya rasa kami lebih bagus apabila bermain dengan formasi 4-3-3,\'\' ungkapnya. Menurutnya, dengan formasi itu dia lebih agresif permainannya. \'\'Dengan formasi itu saya dapat mencetak banyak gol. Saya pun juga dapat membuat banyak peluang, melakukan tekel pada gelandang lawan untuk membantu permainan tim. Buktinya, saya mampu mencetak gol dalam dua laga terakhir dengan formasi itu (4-3-3),\'\' lanjutnya. Oscar mencetak dua gol ke gawang Milan dan satu gol lainnya ke gawang Bremen. \'\'Hanya, apapun formasinya, kami siap untuk mengawali musim ini dengan bagus,\'\' tambahnya. Satu peringatan bagi Conte sebelum menerapkan formasi anyarnya ini. West Ham bukan lawan yang mudah dikalahkan. Musim lalu, skuad besutan Slaven Bilic itu malah mengalahkan Chelsea 2-1 di Upton Park (kandang lamanya). Lalu, di Stamford Bridge klub yang mulai musim ini berkandang di Olympic Stadium itu menahan imbang Chelsea 2-2. Dengan kata lain, masih terbuka peluang Conte tersendat dalam laga pertamanya. Seperti yang Sabtu malam lalu dialami Josep Guardiola. Dia juga menerapkan formasi baru bagi Manchester City di laga kandang melawan Sunderland. City yang biasanya bermain dengan formasi 4-2-3-1 berubah jadi 4-1-4-1. Hasilnya? The Citizens –julukan City– menang tipis 2-1 dengan gol bunuh diri Paddy McNair jadi penentunya. Permainan City pun juga cenderung kurang berkembang. Hal itu yang oleh Bilic akan coba dimaksimalkan. Dalam pernyataannya di situs resmi West Ham, Bilic secara terbuka mengakui Conte sebagai pelatih hebat. Terutama ketika mampu membawa Juventus mendominasi Serie A dengan tiga kali juara secara beruntun dari musim 2011-2012, 2012-2013 dan 2013-2014. \'\'Dia bukan seorang follower (soal taktik), melainkan inovator. Dia mampu menerapkan cara baru di Juventus, kemudian klub-klub lain mengikuti apa yang dilakukannya itu,\'\' tutur Bilic. Pelatih yang sudah dua musim berada d West Ham itu mengingatkan, bahwa Conte tidak sedang di Seria A. Melainkan di Premier League. \'\'Silakan Anda menyebut Chelsea sebagai favorit pemenang di laga ini karena mereka bermain home. Tetapi, dia (Conte) orang baru, dan kami akan melihat seperti apa cara dia bekerja. Dia tidak akan tahu bagaimana (susahnya) laga pertama,\'\' tegasnya. (ren)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: