Champion League, Pertaruhan Sang Raja

Champion League, Pertaruhan Sang Raja

BUCHAREST – Josep Guardiola satu di antara tiga rajanya Liga Champions yang masih tersisa hingga saat ini. Bersama Guardiola, ada Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti yang sama-sama dapat mengangkat Si Kuping Besar –sebutan untuk trofi Liga Champions– lebih dari dua kali. Guardiola dua kali mampu melakukannya bersama Barcelona. Tapi, musim ini, untuk kali pertamanya sang raja harus meretas jalan kembali menuju Si Kuping Besar mulai dari bawah. Duduk di belakang kemudi Manchester City, Guardiola akan memulai jalan ke fase utama Liga Champions dengan leg pertama play-off Liga Champions melawan Steaua Bucharest di Arena Nationala, Bucharest, dini hari nanti WIB. Ya, dengan adanya Guardiola, maka sudah selayaknya The Citizens –julukan City– memainkan permainan layaknya seorang raja. Penuh kuasa, penuh dominasi dan pantang terkalahkan. Tidak seperti saat mengalahkan Sunderland 2-1 dalam laga pembuka Premier League akhir pekan lalu (13/8) dengan susah payah. Sama seperti Sunderland, tidak ada yang mengunggulkan Bucharest menyingkirkan City dalam perburuan jalan menuju fase grup Liga Champions ini. \'\'Tetapi saya rasa leg pertama tidak akan mudah untuk tim kami,\'\' kata winger kanan City, Raheem Sterling, di dalam wawancaranya kepada situs resmi klub. \'\'Yang perlu kami lakukan hanyalah dengan memainkan sepak bola kami sendiri, dan saya tetap berharap kamilah yang memenanginya. Kami mesti berupaya mendapatkan hasil terbaik di Bucharest,\'\' lanjutnya. Laga ini akan menjadi pertemuan yang pertama kalinya City dengan klub pemilik trofi juara European Cup 1985-1986 itu. Kemarin WIB (15/8), David Silva dkk sudah berada di Bucharest. Atau hanya berselang sekitar 2x24 jam setelah pertandingan pertamanya di Premier League. Durasi recovery yang tidak lama itulah yang bisa saja mengubah starting eleven Guardiola tidak seperti saat meladeni perlawanan Sunderland lalu. Di atas kertas, David Silva dan Nolito punya kesempatan besar kembali menjadi starter. Sebab, kedua pemain ini tidak bermain penuh selama 2x45 menit. Nolito hanya bermain selama 59 menit, di sisi lain Silva juga hanya bermain sampai menit ke-64. Praktis, secara kebugaran keduanya lebih fresh dibandingkan pemain lainnya. Sehingga, Guardiola dapat menggunakan keduanya untuk jadi motor serangan City. Dua pemain ini sama-sama mencatatkan akurasi passing di atas 80 persen. Demi mendapatkan hasil terbaik saat leg pertama ini, Guardiola dirasa perlu untuk mempertahankan komposisi kuartet di lini tengahnya. Seperti Kevin De Bruyne dan Raheem Sterling. De Bruyne akan menjadi senjata untuk memberi kontribusi menyerang selain Sergio Aguero. Di laga kemarin saja dia menjadi pemain kedua yang paling banyak melakukan tembakan. Lima kali shots, 2 on target. Tidak hanya itu, dengan adanya De Bruyne maka crossing-crossing-nya bakal memanjakan para pemain di kotak penalti Bucharest. Yang tidak kalah penting adalah Aleksandar Kolarov. Pemain digeser posisi aslinya dari bek kiri jadi bek tengah itu menjadi inti serangan dari belakang City. Dia mampu memainkan perannya sebagai bek yang ball playing. Buktinya, 103 kali sentuhannnya menjadi yang terbanyak di City. Kolarov dapat melakukan passing dengan akurasi terbaik 90,1 persen. John Stones yang berpeluang tergeser sebagai starter. Guardiola kepada Omnisport menyatakan bahwa dari sisi permainan lawan (Bucharest) lebih banyak bermain dengan bola-bola atas. Aspek inilah yang tidak begitu cemerlang dijalankan Stones. Sebaliknya, Nicholas Otamendi yang dinilai layak ada di starting eleven. Dengan tinggi badan 183 sentimeter, musim lalu bek berusia 28 tahun itu mencatatkan tingkat keberhasilan dalam duel udara sebesar 62,7 persen. \'\'Dia (Otamendi) sengaja tidak saya mainkan (saat laga melawan Sunderland). Karena dia ada sedikit masalah tendon, jadi terlalu beresiko andai turun di dalam dua laga dalam waktu tiga hari,\'\' ungkap Guardiola. \'\'Saya berharap besok dia sudah dapat kami mainkan, karena Nico (sapaan akrab Otamendi) di laga ini begitu penting artinya,\'\' tambah Guardiola. Diakui mantan pelatih Bayern Muenchen di musim lalu itu, ada beberapa hal yang masih kurang sempurna dalam laga kemarin. Termasuk bagaimana anak asuhnya menerapkan permainan passing-nya. Hanya, dia menyadari laga kemarin masih jadi laga pertama bagi skuad City menerapkan gaya main sesuai dengan keinginan Guardiola. Tidak dengan melawan Bucharest dini hari nanti. \'\'Di dalam momen itu nanti, kami harus lebih cepat lagi dalam menyerang. Sekalipun sejauh ini semuanya masih baik-baik saja,\'\' tuturnya. Terlepas dari beberapa potensi perubahan itu, Guardiola dapat memaksimalkan formasi 4-1-4-1 seperti laga kemarin. Atau mengembalikan City ke bentuk formasi lamanya 4-2-3-1. Sama seperti yang diaplikasikan oleh Ros-Albastrii –julukan Bucharest– selama menjalani kualifikasi Liga Champions di musim ini. Di satu sisi, kebintangan City tidak dapat ditandingi Bucharest yang dibesut pelatih Lawrence Reghecampf. Di sisi lain, selama satu dekade terakhir ini tidak banyak klub dari Premier League yang mampu mendulang kemenangan di Bucharest. Dari lima kali lawatan klub Inggris di berbagai ajang di Eropa, hanya dua kali Bucharest takluk. Yaitu saat dihancurkan Chelsea 0-4 di fase grup Liga Champions 2013-2014, dan takluk dengan skor 0-1 atas Arsenal di fase grup Liga Champions 2007-2008. Chelsea pernah kalah di tempat itu 0-1 di perempat final Europa League 2012-2013. Dengan skor yang sama Middlesbrough juga takluk dalam babak semifinal Piala UEFA 2005-2006. Nah, bukan tidak mungkin City-nya Guardiola kali ini gagal memenangi laga. Seperti Liverpool yang ditahan imbang tanpa gol dalam fase grup Europa League 2010-2011. Sebagaimana dilaporkan di The Sun, Reghecampf menegaskan bahwa timnya tidak akan silau dengan harga mahal skuad City dan label Guardiola di belakangnya. Sebaliknya, dengan kolektivitas permainan ala negara-negara Eropa Timur, skuadnya akan coba membendung laju semifinalis Liga Champions tahun lalu itu. \'\'Bermain melawan klub sebesar City pun akan jadi motivasi pemain kami. Mungkin, kami akan melakukan sesuatu untuk membuktikan semua itu,\'\' katanya. Dari kabar terakhir di beberapa media lokal Rumania, kapten Mihai Pintilii sedikit ada masalah di engkelnya. Akan tetapi, diyakini gelandang bertahan senior timnas Rumania itu akan pulih di dalam waktu yang tepat sebelum laga dimulai. Hanya, kepada situs berita Stiri Botasani pelatih yang berusia 41 tahun itu sedikit uring-uringan ketika mengetahui kabar ada mata-mata yang diterjunkan City. Tepatnya ketika mereka menjalani laga domestiknya menghadapi FC Botasani, Sabtu kemarin waktu setempat. Bucharest kala itu menang dengan dua gol tanpa balas. Meski begitu, mantan pemain timnas Rumania itu tidak gentar. \'\'Kalian memata-matai kami? Tenang saja, kami akan menampilkan permainan yang benar-benar berbeda Selasa malam nanti,\'\' tegasnya. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: