Para Veteran Terus Pelihara Patriotisme

Para Veteran Terus Pelihara Patriotisme

71 tahun Indonesia merdeka, kini masyarakat hanya bisa mengenang para pahlawan. Generasi yang ada saat ini, beruntung karena masih bisa mendapat cerita langsung dari para pejuang bangsa yang masih hidup. Bagaimana 10 tahun mendatang, ketika para veteran mungkin saja sudah tidak ada? PARA veteran pejuang kemerdekaan Indonesia bagi penerus bangsa memang sangat berarti. Dari tutur cerita yang disampaikan, kerap bisa melecut semangat patriotisme. Para veteran yang aktif secara organisasi juga masih kerap hadir mengisi kursi di tiap upacara peringatan hari kemerdekaan. Kata demi kata naskah proklamasi yang dibacakan kerap membuka kembali ingatan lama, ketika mereka masih berjuang angkat senjata. Namun, para veteran ini kerap terabaikan. Mereka mendapat kursi khusus di upacara hari kemerdekaan, tetapi setelah itu nyaris tak berbekas. Padahal, para veteran jumlahnya kini semakin berkurang. Perlu sesuatu untuk terus menularkan semangat patriotisme. Jumlah veteran saat ini semakin berkurang karena faktor usia. Veteran pejuang yang aktif berperang di tahun 1945 dan tercatat menjadi anggota LVRI sudah berusia di atas 90 tahun. \"Sekarang veteran pejuang hanya tersisa sekitar 40 orang di wilayah Cirebon,\" ujar Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Cirebon, Didi Supardi, kepada Radar. Dijelaskan Didi, selain veteran pejuang sesuai dengan UU 15/ 2012 yang sudah disahkan oleh Pemerintah Indonesia, keanggotaan LVRI lainnya veteran pembela dan veteran perdamaian. Veteran pembela adalah mereka yang ikut serta secara aktif berjuang dan bertempur dalam operasi-operasi militer mempertahankan sejumlah wilayah NKRI melawan tentara negara asing. Kemudian veteran perdamaian yaitu tentara yang pernah mendapatkan tugas PBB sebagai pasukan penjaga perdamaian di daerah konflik di luar negeri. Dengan semakin sedikit para pejuang yang terlibat aktif dalam peperangan kemerdekaan, juga menjadi catatan bagi bangsa atau pemerintah daerah untuk selalu menghormati jasa para pahlawan. Didi menilai, momen hari kemerdekaan sejatinya dijadikan ajang untuk menggelorakan semangat perjuangan. Ini dinilai penting untuk mengenang jasa-jasa para pendahulu yang telah berjuang keras merebut kemerdekaan. \"Lanjutkan perjuangan dengan mengisi kemerdekaan. Kami para pejuang dan veteran yang ada mungkin 10 tahun lagi sudah tidak ada. Untuk itu para generasi muda harus mengisi perjuangan dengan sebaik-baiknya dengan kegiatan yang positif,\" ungkapnya. Di tengah upaya membangun semangat bela negara, Didi kadang prihatin melihat kondisi saat ini. Bukannya berjuang mengisi kemerdekaan, yang terjadi justru semakin banyak kejahatan, penurunan moral dan lunturnya nilai kebangsaan. Degradasi nilai ini, kata Didi, suka tidak suka menjadi salah satu gambaran kemerdekaan Indonesia di usia 71 tahun. \"Prihatin dengan fenomena saat ini. Rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air sudah semakin menipis. Padahal perjuangan para pendahulu sangat besar untuk negeri ini,\" tuturnya. Menurut Didi, perlu sesuatu untuk membangkitkan kecintaan terhadap bangsa dan negara. Sebab, hal ini merupakan modal utama untuk pembangunan. Veteran pejuang yang kini masih aktif, Somiyah Emon Legora, juga merasakan keprihatinan yang sama. Somiyah yang merasakan beratnya menempuh pendidikan di zaman penjajahan Belanda dan Jepang, kadang miris melihat generasi sekarang menyianyiakan kesempatan yang ada. “Saya sempat menjadi tahanan para tentara gerilya. Macam-macam pengalamannya, makanya anak sekarang sih sebenarnya gampang karena semua sudah serba mudah. Harusnya jangan disia-siakan, tapi dimanfaatkan betul akses pendidikan yang ada,” tandas perempuan 90 tahun ini. Somiyah yang hidup di tiga generasi, merasakan betul bagaimana nilai kebangsaan mulai luntur. Semangat mengisi kemerdekaan dirasakan sangat berbeda. Tak mau berdiam diri, Somiyah di usianya saat ini aktif dalam berbagai kegiatan. Dia adalah anggota Dewan Pertimbangan LVRI Kota Cirebon, Ketua Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia (Piveri) Kota Cirebon. Kemudian, aktif dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dan mengelola Panti Asuhan Budi Asih dan panti khusus anak-anak disabilitas \"Beringin Bhakti\". Dari organisasi tersebut, Somiyah bersentuhan dengan beragam fenomena sosial. Dia terkadang miris, apalagi membandingkan situasi yang terjadi dengan kondisi di era perjuangan. \"Sekarang nggak perlu angkat senjata, cukup melakukan kegiatan yang positif dan berguna. Jangan ikut-ikutan yang negatif, ya narkoba, ya geng motor, itu salah satu bentuk penjajahan moral,\" katanya. Bentuk penjajahan saat ini, lanjut Somiyah, tak hanya penjajahan moral tapi juga dalam hal budaya. Ketertarikan generasi penerus yang cenderung ke budaya asing dinilai Somiyah salah satu penjajahan budaya. \"Padahal negara kita kaya raya, apa saja ada. Sekarang sudah gak ada dan gak usah capek-capek, berdarah-darah di medan perang. Cukup mencintai Indonesia dengan sepantasnya,\" pesannya. Salah satu veteran pembela, Sutisna Efendi (76) yang ikut terlibat dalam operasi militer Trikora di Papua Barat menginkan agar hari kemerdekaan tak sekadar diperingati secara seremonial. Tetapi, ada hikmah yang diambil dan refleksi dari kemerdekaan itu sendiri. Sutisna yang ketika itu menjadi angkatan laut, berlayar ke negeri perbatasan dan berinteraksi dengan pejuang Indonesia di wilayah konflik pun pernah dirasakan. \"Pernah waktu itu sekitar tahun 60-an kita para pembela Trikora makan bulgur, semacam gandum makanan dari Amerika. Ternyata bulgur itu di Amerika pakan kuda,\" ceritanya. Di usianya yang sudah senja kini, tak banyak aktivitas yang dilakukan Efendi. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya. Namun Efendi selalu aktif datang ketika ada pertemuan-pertemuan yang melibatkan para veteran. \"Dulu para  pejuang tanah air di usia 20 tahun sudah membela dan bertempur di medan konflik. Sekarang sudah bisa apa usia segitu?\" tuturnya. Akhirnya sebagai generasi penerus bangsa berharap betapa banyak kisah veteran yang belum tercatat dalam sejarah dan belum didokumentasikan. Sehingga kisah-kisah perjuangan mereka dapat terus terdengar dari generasi ke generasi, sebagai  pewaris pejuang dalam mengisi kemerdekaan. Mengutip ucapan Bung Karno bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Para pejuang yang bertemakan rasa nasionalisme yang tinggi semua ini tercipta. (mike dwi setiawati)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: