Nelayan Gebang Curiga Ada Kampung Perompak di Subang
GEBANG - Maraknya aksi perompakan yang menimpa para nelayan Gebang dan Wilayah Timur Cirebon, bukan semata tanggung jawab Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ketua Pokmaswas (Kelompok Pengawas Masyarakat), Purwadi menyebutkan, untuk aksi perompakan lebih tepat ditangani Polairud dan juga TNI AL. Sebab kedua aparat penegak hukum itulah yang memiliki wewenang untuk menangkap prompak. \"Kementerian Kelautan dan Perikanan memang ada tugas untuk mengawasi perairan, tapi yang berwenang dalam hal ini ada di Polairud dan TNI AL,\" ucapnya kepada Radar, Jumat (19/8). Menurutnya, aksi perompakan sebenarnya sudah mulai meresahkan nelayan sejak tahun 2010. Bahkan pihaknya sudah menyurati Mabes TNI AL untuk melakukan penindakan terhadap aksi perompak nelayan. Pasalnya, nelayan menjadi trauma saat melaut. \"Sebenarnya perompakan sudah lama. Tapi saat dilakukan patroli, selalu muncul tenggelam,\" sebutnya. Maka dari itu, siasat yang perlu dilakukan aparat adalah dengan mencari akar dari aksi para perompak itu sendiri. Diduga, ada sebuah perkampungan di daerah Lampung yang merupakan basis para perompak. Bahkan dalam melakukan aksinya, mereka juga memiliki jaringan di Pulau Jawa. Salah satunya diduga berada di Subang, Jawa Barat. \"Mayoritas yang menjadi objek perompakan nelayan kecil. Sedangkan nelayan dengan kapal besar, mereka biasanya harus membayar iuran di perairan Subang. Kemudian dipasangi bendera sebagai tanda bebas dari perompakan,\" ujarnya. Menurut Purwadi, tidak mungkin aparat dapat melakukan patroli setiap hari di perairan. Maka dari itu, yang paling tepat untuk mengatasi masalah perompakan di perairan khususnya di daerah Sumatera. Aparat harus melakukan pencarian ke akar-akar perompak. \"Kami mohon aparat harus cari akarnya, ke kampung-kampung perompak yang diduga ada di Lampung dan Subang. Selain juga harus bekerjsama dengan aparat Polairud dan TNI AL yang berada di masing-masing daerah,\" tukasnya. Banyak nelayan yang mengeluhkan soal aksi perompakan tersebut. Bahkan saat nelayan berangkat, juga dicuri bahan-bahan persediaan perbekalannya. Tidak sampai di situ, rupanya para perompak juga cukup pintar. Karena mereka merompak khususnya nelayan yang mendapat rajungan yang harganya mahal. \"Kalau ikan, para perompak akan repot karena harus berton-ton. Kalau yang dirompak rajungan, cukup dapat satu ton saja hasilnya sudah bisa mencapai Rp45 juta,\" bebernya. Tak hanya itu, Purwadi juga mengimbau kepada para nelayan agar meningkatkan kewaspadaan. Salah satunya dengan cara melaut berkelompok. Para perompak dalam melakukan aksinya, menggunakan kapal dengan mesin berkecepatan tinggi. Salah satunya untuk menghindari patroli di perairan. Mereka juga membawa senjata api. Sebelumnya, perwakilan nelayan asal Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Tarjani menyampaikan keluhan nelayan dari Cirebon yang kerap dirompak di perairan Lampung. Mereka berencana akan meluruk Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Aksi ini untuk menyampaikan aspirasi agar pemerintah bertindak tegas atas aksi kejahatan yang merugikan nelayan. Pasalnya, dalam menjalankan aksinya, para perompak mengintimidasi nelayan menggunakan senjata api dan tajam. “Kami sudah jauh-jauh mencari rajungan, tapi hasilnya dirompak. Ini jelas merugikan,” ujar Tarjani. Perompakan ini sudah lama terjadi. Tapi tidak pernah ada aparat berwenang yang melakukan patroli laut. Sehingga, aksi tersebut kian marak. “Patroli laut dari aparat tidak ada, makanya para perompak semakin merajalela,” pungkasnya. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: