Garap Film Bisu Setan Jawa

Garap Film Bisu Setan Jawa

GARIN Nugroho tak henti bereksplorasi dalam berkarya. Menandai 35 tahun karirnya di industri seni tanah air, sineas kelahiran Jogjakarta, 55 tahun lalu, itu menghadirkan film bisu berjudul Setan Jawa. Film berformat hitam putih tersebut diangkat dari mitologi Jawa yang terinspirasi karya Friedrich Wilhelm Murnau, Nosferatu, dan dikemas dalam balutan tari kontemporer. Yang istimewa, Setan Jawa akan diiringi orkestra musik gamelan secara live yang dibuat Rahayu Supanggah. Setan Jawa berkisah tentang cinta dan tragedi kemanusiaan dengan setting waktu awal abad ke-20. Setio, seorang pemuda dari desa miskin, jatuh cinta kepada Asih, putri bangsawan Jawa. Lamarannya ditolak. Setio pun membuat kesepakatan dengan iblis yang dikenal sebagai ”Pesugihan Kandang Bubrah” untuk mencari kekayaan hingga bisa melamar Asih. ’’Awal abad ke-20 kan memang era film bisu. Jadi cocok kalau filmnya sesuai era itu,’’ tutur Garin dalam konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, kemarin. Sementara itu, di tanah Jawa, pada era tersebut mistik sedang tumbuh seiring berkembangnya teosofi, sebuah gerakan religiusitas berbasis harmoni beragam perspektif kepercayaan. ’’Fenomena mistik atau magic realism seperti pesugihan ini masih aktual sampai sekarang,’’ lanjut Garin. Film, menurut Garin, merupakan medium yang bisa dikolaborasikan dengan ragam seni lainnya, seperti tari, musik, visual, dan seni tradisi. ’’Saya menemukan keasyikan tersendiri melihat musik gamelan mengiringi gambar film. Rumit, tapi asyik,’’ ujar sutradara Opera Jawa (2006), Soegija (2012), dan Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2014) tersebut. Garin menunjuk Asmara Abigail sebagai pemeran Asih. Nama perempuan 24 tahun itu mungkin belum begitu terdengar di dunia film. Namun, skill menari dan kekuatan ekspresinya membuat Garin jatuh hati. Beradegan dalam film bisu, para aktor dan aktris harus ’’berdialog’’ lewat ekspresi dan gerak tubuh. Asmara sangat tepat membawakan peran Asih. ’’Pertama lihat, ekspresinya pas banget untuk film bisu,’’ puji Garin. Asmara punya background tari latin. Dia bisa menari flamenco, tango, dan pole dance. Namun, Asmara tidak kesulitan untuk menari Jawa. ’’Ada workshop dua minggu sebelum syuting. Sehari, saya berlatih dengan 3–4 maestro tari,’’ ungkapnya. Syuting Setan Jawa hanya menghabiskan waktu sepekan. Sebagai pendalaman, Asmara sering menonton film bisu. Di antaranya, film Buster Keaton dan Greta Garbo. Setan Jawa bakal ditampilkan dalam opening night Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Australia, pada Februari 2017. Di sana, musik gamelan bakal berpadu dengan Melbourne Symphony Orchestra. Film itu juga bakal tampil di beberapa negara lain. Di antaranya, Swiss, Singapura, Filipina, dan Inggris. Di tiap negara, gamelan bakal dipadukan dengan elemen musik dari musisi lokal. Misalnya, berkolaborasi dengan DJ di Zurich, Swiss, atau musisi rock di Filipina. ’’Akan menghasilkan interpretasi berbeda-beda. Dan, itu memang yang saya harapkan,’’ kata Garin. Meski begitu, sebelum ditampilkan di luar negeri, Setan Jawa dipastikan tayang terlebih dahulu di tanah air. Tepatnya, pada 3–4 September pukul 20.00 di Gedung Teater Jakarta. (nor/c7/na)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: