Jadi Favorit Jamaah, Tahun Depan Bakal Dibongkar
Beberapa tahun lalu, Pasar Seng adalah tempat belanja favorit jamaah haji dan umrah, terutama asal Indonesia. Namun seiring perluasan Masjidil Haram, keberadaannya terpaksa dibongkar dan berubah fungsi menjadi pelataran. Kini, para pedagang pindah ke kawasan Sheep Amir, sekitar 200 meter dari lokasi semula. SHEEP Amir adalah nama perkampungan sekaligus jalan yang posisinya persis menghadap masjid dan Frimonth Clock, jam berukuran raksasa yang sangat terkenal itu. Lebarnya empat meter dengan panjang sekitar 300 meter. Selain puluhan toko yang menawarkan beragam barang mulai dari pakaian, cinderamata hingga perhiasan, di kawasan tersebut, juga terdapat beberapa minimarket dan barber shop (tukang cukur). Wajar saja, di lokasi yang masuk Ring 1 karena berada paling dekat ke Masjidil Haram itu juga banyak penginapan murah berupa apartemen, atau warga setempat biasa sebut sughat. Ribuan jamaah menginap di tempat yang kerap di-booking oleh sejumlah negara hingga beberapa tahun lamanya. Sehingga kita bisa melihat nama sughat biasanya sesuai asal jamaah menginap. Misalnya ada sughat India, Malaysia, Pakistan, Mesir hingga Vietnam, lengkap dengan huruf asal negara tersebut. Setiap hari Sheep Amir selalu padat pembeli. Apalagi usai waktu salat, jamaah berjejal di jalanan. Mereka antre membeli barang yang memang dijual sangat murah. Ternyata, hampir seluruh barang yang dijual buatan China. Dalam hati saya merenung; “Pantas saja murah”. Bahkan ada yang hanya 2 SR (Saudi Riyal) untuk semua item barang, mirip toko-toko yang ada di Cirebon. Namun ada juga yang hingga ratusan Riyal. Barang yang paling banyak diburu adalah baju muslim (gamis) lengkap dengan aksesorinya. Ada juga perlengkapan masak, piring dan gelas satu set berukuran kecil yang jadi kegemaran ibu-ibu sebagai tempat menyajikan air zam-zam saat menerima tamu di rumah. Jamaah asal Indonesia, Muhamad Chidmat (66) mengungkapkan, keberadaan pasar seng dulu lokasinya memang cukup enak, karena dekat dengan masjid, bahkan nyaris nempel. Sehingga usai salat, jamaah langsung berbondong-bondong untuk belanja. “Terakhir saya ke sini waktu naik haji tahun 1997. Lokasinya sih strategis, tapi terkesan kumuh sehingga kurang bagus untuk tata kota,” ujar mantan pimpinan di salah satu BUMN tersebut. Salah seorang pedagang asal Pakistan, Jamal Musahafar mengaku saat Ramadan ini omsetnya bisa naik beberapa kali lipat dibandingkan hari biasa. Maklum, pasar Sheep Amir hanya ramai saat musim haji dan umrah saja. Khusus untuk umrah, ramainya hanya saat Ramadan, sedangkan hari biasa tidak terlalu banyak, jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. “Anda bisa lihat, saat Ramadan jalanan di sekitar sini disesaki jamaah dari berbagai negara. Karena lokasinya memang dekat dengan Haram (Masjidil Haram, red). Namun ini tidak berlangsung lama, setelah Idul Fitri kembali normal, nanti ramai lagi pas musim haji,” ungkapnya. Jamal juga mengakui, sebagian besar dagangannya made in China. Tapi tidak semua, ada juga produk dari beberapa negara lainnya, termasuk Timur Tengah, nyaris tidak ada yang buatan Arab Saudi. Ia menuturkan, barang-barang buatan China itu didapatnya dari distributor besar yang juga memasok ke pedagang lain. Namun ia menolak menjelaskan lebih jauh soal distributor besar tersebut. Jamal malah mengungkapkan, dirinya berjualan di situ juga tidak akan lama. Karena setelah musim haji tahun ini tempatnya berjualan juga akan dibongkar, terkena perluasan areal Masjidil Haram. “Tahun depan sebagian besar toko akan dibongkar terkena proyek. Demikian pula sughat-sughat yang ada di sini semuanya akan diratakan. Lokasinya akan mundur beberapa ratus meter ke belakang,” kata pria berperawakan tinggi besar itu. Sementara itu, salah seorang jamaah asal Mandirancan, Kuningan, Ipun Puniasih ketika dijumpai sedang membeli mukena dan sepatu dari bahan kain. “Ini pesanan dari temen-temen di kampung. Sebenarnya ibu sudah beberapa kali ke sini, jadi belinya tidak terlalu banyak,” tutur jamaah yang tergabung di Salam Tour, dan akan berada di Mekkah hingga lebaran nanti. Rekan sekamar saya, Roni Iryadi, rupanya tidak mau ketinggalan. Ia membeli gamis hitam buat istrinya seharga 80 Riyal. “Bingung juga mau beli apa. Kayaknya ini cocok buat istriku,” kata bapak berputra 2 tersebut. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: