Swansea City vs Liverpool, Kado Terburuk Guidolin
SWANSEA – Francesco Guidolin seakan sudah kehilangan sentuhan magisnya bersama Swansea City. Sejak kehadirannya di Liberty Stadium –homeground Swansea– pada 18 Januari silam, Swansea yang tercecer di peringkat ke-17 berhasil dibawanya mengakhiri kompetisi di tangga ke-12 klasemen akhir Premier League. Pelatih berkebangsaan Italia itu mampu mencatatkan 43,75 persentase menangnya dalam 16 laga Premier League pertamanya. Rekornya, tujuh kali menang, empat imbang dan lima laga sisanya Swansea tumbang. Begitu puasnya dengan kinerja Guidolin, bulan Mei lalu Swansea mengikat Guidolin dengan kontrak dua musim ke depan. Dan, Swansea juga menolak Brendan Rodgers yang kemudian menjadi nahkoda di Glasgow Celtic. Segalanya berubah pada awal musim ini. Jack Cork dkk cuma mampu 2 kali memenangi laga dari delapan pertandingan di segala ajang pada awal musim 2016–2017 ini. Sialnya, empat dari lima kekalahan Swansea itu dialami di Premier League. Rekor kekalahan tersebut bakal bertambah dengan kedatangan Liverpool pada lanjutan Premier League pekan ketujuh, malam nanti WIB. \'\'Bisa jadi ini laga terakhir saya, andai kami di laga besok kami tidak mampu mengalahkan Liverpool,\'\' sebut Guidolin, dikutip dari Sky Sports. Dilaporkan Wales Online, Huw Jenkins sebagai chairman Swansea sudah bertemu dengan mantan pelatih Timnas AS Bob Bradley. Saat ini Bradley masih menahkodai klub kontestan Ligue 1, Le Havre. Selain Bradley, Swansea juga masih berupaya memboyong Ryan Giggs sebagai calon pengganti Guidolin. \'\'Saya sudah berbicara dengan chairman akhir pekan lalu (terkait masa depannya). Tetapi yang terpenting di saat ini adalah bagaimana saya menyiapkan pemain dan skuad ini secara keseluruhan, dengan fokus dan konsentrasi,\'\' tutur pelatih yang berulang tahun ke-61 pada Senin besok itu (3/10). Satu-satunya faktor yang bisa menyelamatkan kado ulang tahun Guidolin tersebut adalah rekornya menghadapi Liverpool. Ingat, musim lalu The Reds –julukan Liverpool– yang sudah ditangani Juergen Klopp terpeleset di Liberty Stadium. Liverpool tumbang 1-3. Bedanya, Liberty Stadium musim ini sudah tidak bersahabat lagi dengan Swansea. Dari tiga laga home, sekali imbang menghadapi Chelsea 2-2 (11/9) jadi pencapaian yang terbaik Swansea di kandang sendiri musim ini. Jala gawang Lukasz Fabianski pun sudah tujuh kali jebol. Kelemahan Swansea itu pun seakan berbanding lurus dengan menggilanya Jordan Henderson dkk dalam enam pertandingan Premier League-nya musim ini. Ya, Liverpool menjadi klub dengan agresivitas terganas di Premier League kedua di bawah Manchester City. Dari enam pertandingan, barisan penyerang Liverpool yang dikomandani Roberto Firmino dkk sudah mengoleksi 16 gol. Atau, per laganya mereka mampu menceploskan 2,66 gol. Sedangkan The Citizens –julukan City– yang menjadi pemuncak klasemen di Premier League mencetak 18 gol. Kebetulan, Firmino, Philippe Coutinho dan Sadio Mane sebagai trio mesin gol di Liverpool fully fit untuk laga ini. Kecuali Firmino yang baru mengumpulkan dua golnya di Premier League, Coutinho dan Mane sama-sama mencetak tiga gol. Bukan hanya trio lini depan itu. Cairnya serangan Liverpool dari strategi gegenpressing Liverpool dapat membuat semua lini permainan mereka berbahaya. Pemain bertahan seperti Dejan Lovren ataupun James Milner dapat menjadi pembeda. Pemain belakang menyuplai 25 persen perolehan gol di Premier League musim ini. Lalu, pemain gelandang juga dengan 25 persen (4 gol). Setengah sisanya berasal dari trio Firmino, Coutinho dan Mane. \'\'Lagipula, kami tidak perlu lagi menjalani pekan yang sulit seperti musim lalu. Karenanya, tidak ada alasan bagi kami untuk kalah dalam laga ini,\'\' koar Kloppo –sapaan akrab Klopp- dikutip dari situs resmi klub. Musim lalu, Liverpool tumbang di Liberty Stadium karena kelelahan setelah main di leg pertama semifinal Europa League menghadapi Villarreal (29/4). Kala itu, hanya 2 hari jeda Liverpool untuk main di Liberty sepulangnya dari El Madrigal, homeground Villarreal. Klopp bahkan memainkan lima pemain mudanya sebagai starter karena kelelahan itu. \'\'Sekarang, kami punya banyak waktu untuk memulihkan kebugaran, ada waktu bagi kami untuk berlatih, menyiapkan tim, dan waktu untuk menganalisis performa tim lawan kami. Kami harus mampu memanfaatkannya,\'\' ungkap mantan der trainer Borussia Dortmund itu. Hanya, yang perlu dibenahi Liverpool untuk memuluskan misi membalas dendam kepada Guidolin ini tidak mudah. Bukan karena performa pertahanan Swansea. Namun, lebih ke performa serangannya pada laga tandang. Dibandingkan laga kandang, ledakan Liverpool tidak begitu hebat di kandang lawan. Dari empat laga tandang, Liverpool mencetak tujuh gol. Kira-kira dalam satu laga Liverpool hanya mampu mencetak 1,75 gol. Bandingkan dengan superiornya Liverpool di Anfield. Dari dua laga, sudah sembilan gol mereka bukukan di laga home. Per laganya bisa menciptakan 4,5 gol. Satu laga biang persoalan Liverpool di era Klopp. Liverpool seringkali lengah jika menghadapi klub-klub yang kekuatannya lebih lemah dari mereka. Musim ini, klub yang baru promosi ke Premier League seperti Burnley sudah mengingatkan Liverpool tentang bahaya melawan klub kecil. Pada pekan kedua Premier League (20/8), Burnley menekuk Liverpool 2-0 di Turf Moor (kandang Burnley). Klopp mengingatkan pemainnya supaya tidak memperhatikan Swansea dari laga-laga terakhirnya. Seperti saat dihancurkan City 1-3 pada akhir pekan lalu (24/9). Menurut Klopp, empat poin yang didapat Swansea saat ini tidak mencerminkan permainan klub asal Wales tersebut. Bahkan, performa Swansea jauh lebih hebat kalau dibandingkan dnegan hasil akhirnya. Terutama dengan kemampuan serangan baliknya. Pada pekan keempat, Chelsea gagal menang setelah Swansea comeback dua gol lewat serangan balik. \'\'Kami akan siapkan situasi itu,\'\' tegasnya. (ren)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: