Bahan Bakar Genting Jatiwangi Bertambah 2 Kali Lipat
JATIWANGI – Musim hujan membuat produksi genting mengalami penyusutan. Bahkan biaya produksi mengalami peningkatan dua kali lipat disbanding saat cuaca normal. Hal tersebut diungkapkan pengusaha genting, H Iwan Bambang Siswanto, Kamis (13/10). Dijelaskan Iwan, untuk produksi genting yang sudah matang tidak bisa diandalkan. Pasalnya dua pekan hingga satu bulan baru bisa mencetak genting jadi. Itupun harus mengeluarkan biaya dua kali lipat terutama untuk penyediaan kayu bakar sebagai bahan utama pembakaran. “Bagi pengusaha dengan sarana tradisional tentu harus mengandalkan pembakaran dua kali untuk mendapat barang jadi. Hujan mempengaruhi produksi genting karena sulit kering. Sehingga ketika setengah kering harus kembali dilakukan pembakaran agar genting betul-betul kering,” jelasnya. Dia menyebutkan, di musim hujan rata-rata per hari per alat bisa mencetak 2 ribu sampai 2.500 genting basah. Produksi jenis morando antara 1.750 sampai 2.250 kondisi basah. Itu belum dikurangi kerusakan 10 sampai 20 persen hingga genting betul-betul kering. “Sekarang tentu tidak bisa dijemur dan hanya mengandalkan kering di rak walaupun tidak maksimal keringnya,” ulasnya. Solusinya, lanjut dewan penasehat Apekja ini, terpaksa harus dikeringkan dengan api meski jumlah bahan bakar bertambah. Biasanya untuk pembakaran satu tungku hanya menghabiskan satu truk kayu, namun sekarang hampir dua kali lipat. “Kami tetap meyakini dengan masih banyaknya permintaan genting, maka produksi tetap terus dilakukan. Keuntungan atap rumah memakai genting kalau musim hujan seperti sekarang ini tidak berisik,” tandasnya. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: