MotoGP, Maju Sulit, Mundur Kena

MotoGP, Maju Sulit, Mundur Kena

SEPANG - Bintang Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo bisa jadi rider paling apes musim ini. Sudah gagal mempertahankan gelar juara dunia yang tahun lalu direngkuhnya, kini dia semakin jauh dari persaingan perebutan posisi kedua klasemen pembalap. Yang tidak mengenakkan lagi, posisi ketiganya saat ini sedang diincar bintang moncer Suzuki Ecstar Maverick Vinales. Lorenzo pasti tak membayangkan posisi sulitnya saat ini bisa terjadi saat memulai musim balap 2016. Datang dengan status juara bertahan, performa pembalap 30 tahun itu begitu impresif sejak rangkaian uji coba musim dingin. Uji coba perdana di Sepang Malaysia, Lorenzo lebih cepat nyaris 1,2 detik dari rider tercepat Honda. Selisih yang tidak umum terjadi di antara dua motor pabrikan tersebut. Memasuki musim balap 2016, Lorenzo melanjutkan tren positifnya dengan langsung menjuarai seri pembuka. Perubahan ban Bridgestone ke Michelin jelas merepotkannya. Namun di tujuh seri pertama Lorenzo tetap memenangi tiga balapan dan dua kali finis runner-up. Meski dia juga mengalami dua kali retired. Hujan menjadi momok utama Lorenzo musim ini. Dengan feeling yang buruk dengan ban basah Michelin, hujan juara dunia tiga kali MotoGP tersebut selalu kesulitan di trek basah. Di balapan basah itulah dia kehilangan banyak poin. Di Assen, dia hanya finis di urutan 10. Kemudian di Jerman Lorenzo finis 15 setelah sempat terjatuh, dan di Republik Ceko hanya mampu finis 17 tanpa mendulang poin. Lorenzo mengalami DNF (do not finish) tiga kali sepanjang musim ini berlangsung. Sedangkan Rossi empat kali. YZR-M1 terlihat begitu rapuh saat bertarung di trek basah. Namun Rossi memang lebih berpengalaman dengan Michelin dan masih menyandang status sebagai rain master. Performa Yamaha yang stagnan di paruh kedua musim, seperti dikatakan Rossi, membuat Honda terlihat lebih tangguh. Lorenzo juga mengakui gaya balapnya tidak cocok dengan karakter ban Michelin. \'\'Mengapa aku lebih kesulitan dibandingan rider Yamaha lainnya? Karena gaya balapku yang smooth, jadi aku butuh grip yang lebih dibandingkan yang lain. Karena mereka lebih suka spinning dan grip yang tidak terlalu kuat untuk ban belakang,\'\' ungkap Lorenzo usai GP Australia Minggu (23/10). Pada balapan itu dia finis keenam setelah start dari posisi 12. Kemenangan Crutchlow di Australia berarti Yamaha sudah tidak pernah menang di sembilan balapan di kelas premium. Sebuah statistik yang tentu tidak pernah terbayang, baik oleh Rossi dan Lorenzo di awal musim. Mereka menang lima di tujuh balapan pembuka. Masalahnya diperparah dengan rider-rider tim satelit Yamaha yang juga tak kompetitif. Bandingkan dengan Crutchlow yang menang dua kali dan sumbangan sekali dari Jack Miller. Dalam delapan balapan terakhir Lorenzo hanya mengunduh 71 poin. Jumlah yang terlalu kecil dibandingkan rivalnya di Honda, Marquez dengan raihan 128 poin. Mengamini kata Rossi, Lorenzo menyebut lemahnya hasil pengembangan mesin Yamaha di paruh musim kedua menjadi faktor utama, selain juga kurangnya kemajuan di sektor elektronik. \'\'Benar. Bisa jadi kemajuan kami lebih lambat dibanding dengan Honda dan Suzuki, khususnya untuk urusan elektronik. Itu mengapa kita tidak pernah menang lagi setelah Montmello,\'\' serbutnya dilansir Crash. Lorenzo yakin, ketika motornya lebih mudah mendapatkan grip semuanya akan kembali ke performa terbaik. Tentang chassis, Lorenzo menyebut Yamaha mengalami sedikit kemajuan. Namun itu menjadi tidak berarti saat sistem elektronik tidak mendukung. Saat ini Lorenzo yang berada di posisi ketiga klasemen pembalap semakin kesulitan mengejar ketertinggalan dari Rossi dalam perebutan posisi kedua. Dengan hasil GP Australia kini Rossi unggul 26 poin dengan dua seri tersisa. Di sisi lain Vinales semakin mendekat kepada Lorenzo di posisi keempat. Mereka hanya terpisah 11 poin. \'\'Untuk mengejar Valentino akan sulit karena di Sepang dia bakal sangat cepat. Tapi dengan Lorenzo kami dekat, dan aku akan melakukan segalanya untuk mengejar,\'\' ucap rider 21 tahun tersebut. Saat perebutan gelar juara MotoGP sudah selesai. Tontonan di dua seri tersisa masih akan menarik untuk disakikan. Yakni antara Lorenzo dan pembalap yang bakal menggantikannya di Yamaha musim depan Vinales. (cak)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: