Hiburan Dangdutan, Warga Tawuran

Hiburan Dangdutan,  Warga Tawuran

Sirnabaya-Mertasinga Bentrok Lagi CIREBON - Dua desa di Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon mencekam dini hari tadi (23/8). Sekitar pukul 00.45 WIB, warga di kedua desa yakni Desa Sindangkasih dan Desa Cikancas bentrok gara-gara perselisihan pada sebuah hajatan sunatan dengan hiburan dangdut. Akibatnya, satu orang warga Desa Sindangkasih RT 01 RW 04 bernama Irfan (20), kritis karena luka cukup parah di bagian kepala. Selain itu, satu buah sepeda motor milik warga Sindangkasih lainnya, Aep Saepul Bahri (20), dirusak warga Desa Cikancas. Menurut informasi yang dihimpun Radar, kejadian bermula ketika dalam hajatan di Desa Wanayasa Kecamatan Beber diperbolehkan request lagu yang kemudian dinyanyikan penyanyi dangdut. Namun, giliran warga Desa Cikancas yang meminta lagu dan naik ke panggung, tidak digubris. Justru warga Desa Cikancas suruh turun dan malah mendapatkan bogem dari penonton yang sedang berjoget. Karena dendam dan dipengaruhi minuman keras (miras), sekelompok warga Cikancas kemudian meminta bantuan kepada rekan lainnya di Desa Cikancas yang bertetangga dengan Desa Wanayasa. Ketika musik dangdut selesai, di persimpangan perbatasan Desa Sindangkasih dengan Desa Wanayasa, ratusan warga yang diduga berasal dari Desa Cikancas langsung melakukan penyerangan terhadap warga Desa Sindangkasih yang sedang bergegas pulang. Karena ketakutan, warga Desa Sindangkasih bubar. Sayang, Irfan yang tidak bisa menyelamatkan diri, menjadi korban pengeroyokan. Begitu juga dengan sepeda motor Aep yang dibawa kabur oleh warga yang melakukan penyerangan. \"Saya waktu Irfan digebukin, tidak bisa berbuat apa-apa. Saya tinggalkan motor saya demi keselamatan saya sendiri. Mengapa saya takut? warga yang menyerang itu membawa senjata tajam berupa kayu, besi, dan balok,\" tutur Aep ketika ditanya sejumlah wartawan. Sementara itu, Kasatgas Desa Sindangkasih, Wastono (50) menceritakan, dirinya melerai warganya untuk menyerang balik Desa Cikancas. \"Ya, waktu terjadi kejadian ribut-ribut itu, saya langsung marahin warga untuk tidak sampai menyerang balik. Tapi, saya instruksikan untuk lapor saja ke Polsek Beber,\" kata dia. Setelah sampai di kantor Polsek Beber, lanjut dia, polisi langsung melakukan penyisiran dan kemungkinan menangkap tersangka yang memukuli Irfan dan merusak sepeda motor Aep. \"Warga itu sebetulnya hanya ingin kepastian kalau yang gebugin Irfan tertangkap. Soalnya pernah terjadi dua tahun lalu seperti ini tapi sampai sekarang belum juga ditangkap,\" sesalnya. Di kantor Polsek Beber, sempat terjadi antisipasi aparat dari Sabhara Polres Cirebon yang datang satu pleton untuk mengamankan kerusuhan. Antisipasi ini adalah dengan membubarkan warga yang berada di Polsek Beber. Tujuannya agar tidak terjadi bentrok kedua setelah niat warga Desa Sindangkasih menyerang Desa Cikancas. Tidak lama setelah antisipasi, kantor Polsek Beber sepi dan Kapolres Cirebon AKBP Hero Henrianto Bachtiar SIM MSi langsung memonitoring. Menurut Kapolres, kejadian kerusuhan merupakan yang kesekiankalinya di Kabupaten Cirebon. Dia menyesalkan sikap para kepala desa yang kurang tanggap terhadap masalah di masyarakat. \"Seharusnya kepala desa itu yang menyelesaikan masalah tawuran kayak gini. Bukan polisi yang kemudian menjadi pendamping damai. Di Kabupaten Cirebon, rata-rata kepala desanya kurang dekat dengan warga yang nakal-nakal. Padahal kepala desa itu dipilih oleh warganya sendiri,\" ungkapnya. Dia menambahkan, kepala desa dan warganya harus sinergis. Jika terjadi kejadian seperti tawuran, sambungnya, segera koordinasi dengan pihak terkait. \"Ini menjadi potensi kerawanan di desa-desa jika tidak ada kesinergisan. Padahal di desa itu sudah ada orang khusus untuk pengamanan. Jadi saya minta kepada para kepala desa untuk mengkondusifkan di masing-masing desanya,\" pesan Kapolres. Ketika berita ini diterbitkan, suasana di kedua desa masih mencekam. Desa Cikancas dan Desa Sindangkasih masih dijaga ketat petugas kepolisian dari Polres Cirebon. \"Kami belum menetapkan siapa pun sebagai tersangka karena masih dalam penyelidikan,\" tutur Kapolsek Beber, AKP Abdul Fatah. Sementara itu , Tawuran antardesa kembali terjadi di wilayah Kecamatan Gunungjati. Rabu malam (22/8) beberapa rumah warga rusak di bagian depan dan samping. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, tawuran telah membuat warga Desa Sirnabaya dan Desa Mertasinga Kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon, menjadi tidak tenang. Pantauan Radar, batu bata dan batu gunung berserakan di jalan perbatasan antara Desa Sirnabaya dan Desa Mertasinga. Selain kaca rumah dan genting yang rusak, tembok beberapa rumah terlibat berlubang terkena anak panah yang sengaja diarahkan untuk melukai. Menurut penuturan saksi yang rumah keluarganya menjadi korban, Yudi Wahyudi (45), kejadian dipicu insiden Jumat malam lalu atau satu hari menjelang Idulfitri. Saat itu, warga Blok Singapura Desa Sirnabaya melakukan tradisi obrog (membangunkan orang untuk sahur dengan alat musik dan tabuh-tabuhan tertentu). Para pengobrog itu terdiri dari anak kecil usia SD dan SMP. Ketika mereka memasuki daerah perbatasan Blok Singapura dan Blok Budiraja (keduanya masuk Desa Sirnabaya dan sebagian Desa Mertasinga), pengobrog bertemu dengan beberapa anak muda yang sedang duduk-duduk. Terlibat adu mulut dan saling ledek, berujung pada tawuran pada malam terakhir bulan Ramadhan itu. Tidak terima akan kejadian tersebut, kedua warga dari dua blok yang hanya terpisah selokan itu kembali melakukan aksi lempar batu. Menurut keterangan Yudi Wahyudi, aksi saling lempar batu berjarak sekitar 20 meter. “Tidak ada yang luka bacok. Kalau luka lecet dan bocor kepala ada banyak. Ada juga yang terkena panah di bagian sekitar hidung, sekarang korban sudah dibawa ke rumah sakit,” terang Yudi Wahyudi warga RT 01 RW 07 Blok Singapura Desa Mertasinga. Tawuran berlangsung sekitar 2 jam lebih, mulai pukul 20.00 sampai pukul 22.15. Selama dua jam lebih, kedua warga terlibat aksi saling lempar batu dan anak panah. Kuwu (kepala desa) Sirnabaya, Suwandi menyatakan pemerintah desa sudah melakukan langkah antisipasi dan mediasi. Namun, diduga ada provokator yang membuat warga naik pitam. “Tawuran ini di luar kehendak dan keinginan kami,” ujarnya kepada Radar di TKP, Rabu malam (22/8). Suwandi menegaskan, pemerintah desa dan masyarakat, sangat tidak menghendaki tawuran, karena hanya merugikan kedua belah pihak saja. Dalam kejadian ini, Kuwu Sirnabaya itu lebih mengambil sikap untuk tidak saling menyalahkan antarwarga. “Siapa yang mulai dan siapa yang mendahului melakukan penyerangan, kami tidak bisa menyalahkan siapa pun,” ujarnya. Ke depan, pihaknya akan melakukan langkah koordinasi dengan Desa Mertasinga, karena dalam tawuran ini telah melibatkan dua warga dari dua desa, Mertasinga dan Sirnabaya. (mid/ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: