Pembenci Trump Belum Bisa Move On

Pembenci Trump Belum Bisa Move On

“I can’t believe the news today” “Oh, I can’t close my eyes” “And make it go away” Laporan:  SOFYAN HENDRA dari New York SAMBIL memetik gitar, Patrick melantunkan lagu milik U2. Dia menyanyikannya di seberang Trump Tower, gedung pencakar langit yang menjadi simbol imperium bisnis Donald J. Trump, pria yang Rabu siang (9/11) waktu New York telah menjadi president-elect. Patrick tidak sendirian. Belasan rekannya berdiri berjajar di sampingnya. Ada yang turut bernyanyi. Ada pula yang berteriak-teriak mengumpat. Ya. Betapa pun nomine Partai Demokrat Hillary Clinton telah menerima hasil pemilu, tak mudah bagi pembenci Trump move on begitu saja. “Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam empat tahun ke depan,” kata Anne Goss (20), Rabu (9/11) waktu setempat, tiga jam setelah Hillary Clinton menyampaikan pidato kekalahan. Mahasiswa itu membawa poster berbunyi, “Fags Againts Facism! Student Againts Bigotry” (Fags Melawan Fasisme! Mahasiswa Melawan Bigot). Fag adalah bahasa slang untuk homoseksual. Menurut Goss, Trump tidak toleran terhadap kelompok minoritas. “Mulai tadi pagi merupakan hari yang buruk bagi kebebasan. Menyedihkan,” tambahnya. Di seberang aksi Goss dan rekan-rekannya, ada Jacob Mathew. Pria kulit hitam berusia 37 tahun itu juga membawa poster. Sendirian. Bunyinya adalah ucapan terima kasih kepada Trump yang telah mencegah Hillary Clinton menuju Gedung Putih. “Secretary Clinton seakan-akan membantu Haiti setelah gempa bumi. Padahal, dia merampas  jutaan dolar dari negara ini,” kata Mathew, merujuk peristiwa 2010 yang memang dijadikan bahan kampanye negatif oleh kubu Trump. Itu tekait dugaan skandal Clinton Foundation di negara tersebut. Kendati sama-sama beraksi di seberang Trump Tower, mereka tidak saling mengganggu. Sesekali ada pendukung yang lewat dan memaki-maki para mahasiswa anti-Trump. Dia menghardik protester yang membawa poster kecaman terhadap White Supremacy. Yang dituding pun tenang saja. Aksi belasan mahasiswa itu hanya pemanasan. Beberapa saat kemudian, ribuan mahasiswa secara bergelombang menyerbu jalanan Kota New York. “Trump! Not My President! Not Today!”. Chant itu mereka teriakkan tanpa henti sambil berjalan cepat dari Trump Tower ke Times Square. Tak semua melakukan protes dengan cara keras. Misalnya, yang dilakukan Adriana (30). Dia berdiri di seberang Trump Tower dengan membawa kertas dari sobekan kardus bekas bertulisan “Free Hug”. Perempuan itu berusaha mengobati kesedihan dengan para New Yorker yang shock atas hasil pemilu. Beberapa pengguna jalan yang melintas pun memberikan pelukan hangat kepada Adriana. “Gimme a hug. Ini sangat mengecewakan. Ini sangat menyedihkan,” kata seorang perempuan yang memeluk Adriana sebelum kemudian berlalu. “Aku hanya ingin saling menguatkan dan berbagi kesedihan,” kata Adriana. Ya. Seperti kata Hillary Clinton dalam pidato kekalahannya. “This is painful, and it will be for a long time...” (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: