Chelsea vs Tottenham, London Biru yang Mengganggu
LONDON – Battle of the Bridge sudah berlalu di musim lalu. Duel yang membuat Tottenham Hotspur akhirnya kehilangan momentum untuk mengejar Leicester City dalam persaingan juara di pekan ke-36. Nah, dini hari nanti WIB, keduanya kembali bertemu di tempat yang sama; Stamford Bridge, 208 hari dari duel tersebut. Daily Mail menyebut, pertemuan ini sebagai Battle of the Bridge II. Sama dengan edisi pertama di musim lalu, akankah Chelsea kembali mengganggu momentum The Lilywhites –julukan Hotspur– musim ini? Khususnya mengusik rekor tidak terkalahkan Spurs pada 12 pekan pertama Premier League ini. \'\'Dua musim lalu saya mencetak gol penentu gelar juara. Musim lalu saya juga menciptakan gol untuk membuat mereka (Spurs) tidak juara, dan musim ini saya ingin mencetak gol kembali demi misi membawa trofi ke Chelsea,\'\' ungkap Eden Hazard, dikutip Express. Hazard lah yang mencetak dua gol ke gawang Spurs sehingga skor 2-2 melapangkan jalan Leicester City juara Premier League. Kebetulan, musim ini Hazard sedang on fire. Pemain Terbaik Premier League bulan Oktober itu selalu berkontribusi di balik kebangkitan Chelsea enam pekan terakhir. Enam pekan, enam kali menang dan tidak kebobolan. Hazard berkontribusi dengan lima gol dan satu kali assist. Pertanyaannya, bisakah on fire-nya Hazard plus tren apik formasi 3-4-3 Antonio Conte ini berbuat banyak di depan Spurs? Sebab, Spurs bukan seperti Hull City, Leicester City, Manchester United, Southampton, Everton, atau Middlesbrough yang bisa ditelan bulan-bulat oleh Chelsea. Bukan hanya belum terkalahkan, Spurs juga masih punya pertahanan terbaik di Premier League. Dari 12 pekan pertama, baru delapan gol yang menjebol gawang Hugo Lloris. Artinya, hanya 0,66 gol rasio kebobolan per laga yang dialami klub peringkat ketiga musim lalu itu. Bedanya, back four Spurs tidak lengkap. Bek kiri Danny Rose absen karena akumulasi kartu. Tidak ada Rose, maka Mauricio Pochettino memasang Kevin Wimmer. Meski bek tengah, Wimmer pun dapat bermain sebagai bek kiri. Musim ini, Wimmer baru sekali bermain. Bukan hanya jadi salah satu pilar di balik pertahanan kuat Spurs, Rose juga jadi tenaga Spurs di saat menekan lawan dari sayap kiri. Dari delapan gol yang merobek gawang Spurs, tidak satu pun dapat terjadi dari tempat yang dikawal Rose. Ketimbang Rose, Wimmer lemah dalam bertahan. Terlebih pada saat tackling. Rose punya tackling terbanyak di Spurs dengan 3,6 kali per laga. Selain dari sisi teknis, sisi non teknis juga berpihak kepada Chelsea. Sejak Februari 1990, Spurs belum pernah menaklukkan Stamford Bridge. Sebaliknya, dalam 29 laga di segala ajang mereka hanya mampu 11 kali imbang dan 18 laga lainnya tumbang. \'\'Laga nanti bukan akhir dari rekor itu. Kami yang berpesta di akhir laga,\'\' lanjut Hazard. Spurs memang harus mengusir bayang-bayang hitam Chelsea itu. Statistik mencatat, sejak gagal dalam Battle of the Bridge musim lalu, Spurs kehilangan magisnya. Sebelum laga pada 2 Mei lalu, klub yang 134 tahun itu mampu mencatatkan 59,1 persentase menang dari 22 pertandingan. Sebaliknya, usai derby itu persentase menang Spurs dalam 22 laga di segala ajang pun anjlok jadi 36,4 persen. Itu sudah termasuk rekor buruk Spurs yang hanya sekali menang dalam sembilan laga di segala ajang. Tengah pekan lalu WIB (23/11), Spurs menyerah 1-2 atas tuan rumah AS Monaco di Stade Louis II dalam matchday kelima fase grup Liga Champions. \'\'Kecewa? Iya, kami kecewa. Kami akan luapkan kekecewaan kami itu pada Sabtu malam nanti (dini hari nanti WIB),\'\' koar Pochettino dalam situs resmi klub. Pelatih yang berkebangsaan Argentina itu meminta pemainnya memberi respons bagus setelah di Liga Champions mereka gagal lolos ke fase 16 besar. Pochettino pun meminta anak asuhnya agar tidak membuat kesalahan sekecil apapun. Catat, Tottenham pada musim ini juga menentukan peta persaingan papan atas Premier League. Spurs yang menodai rekor selalu menang Manchester City dalam era Josep Guardiola di Premier League pada pekan ke-7 (2/10). Terkait dengan absennya Rose, Pochettino membeberkan beberapa opsi. Memasang Wimmer bukan satu-satunya opsi. Dengan alasan masih melihat hingga last minute, pelatih 44 tahun itu punya opsi lain dengan menggeser Jan Vertonghen dari bek tengah jadi bek kiri. Lalu, Wimmer dipasangkan dengan Eric Dier di sentral pertahanan. \'\'Ingat saat lawan Sunderland (18/9)? Jan bermain jadi bek kiri. Jan bisa main di posisi bek kiri, sama seperti Wimmer, atau bahkan mungkin mungkin Kieran Trippier di posisi tersebut. Lihat saja, itu akan kami tentukan setelah dua sesi latihan sebelum laga supaya mengetahui siapa yang terbaik,\'\' tegas Pochettino. (ren)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: