Latihan itu Harus Menyenangkan!

Latihan itu Harus Menyenangkan!

Mengikuti Keseharian Sri Wahyuni Agustiani, Peraih Perak Olimpiade Rio 2016 Masa susah sudah dilewatkan Sri Wahyuni Agustiani. Tak tanggung-tanggung, sembilan tahun lamanya dia berjuang sebelum akhirnya mendulang prestasi terbesarnya di pentas Olimpiade 2016. *** SOSOK Yuni sempat menghebohkan jagat olahraga nasional 8 Agustus 2016 lalu. Saat itu, dia memecahkan nir medali Indonesia di pentas Olimpiade 2016. Kala itu menjadi salah satu komoditi media Indonesia. Setiap headline surat kabar dan media nasional terpampang jelas selebrasi dan perjuangan gadis 22 tahun tersebut. Kala itu, di hari yang sama, Jawa Pos (Radar Cirebon Group) sempat nengok rumah orang tuanya di Kampung Bojong Pulus, Desa Banjaran Wetan, Kabupaten Bandung. Saat itu, gairah kegembiraan terpancar jelas di rona kedua orang tuanya, Candiana-Rosita. Tiga bulan berselang, Jawa Pos juga menengok kawah candradimuka Yuni -sapaan karib Sri Wahyuni- di Bekasi. Dia tinggal bersama pelatihnya, Mg Supeni dan juga lifter pelatnas lainnya seperti Sarah Anggraeni. Sudah hampir empat tahun terakhir, dia berada di sana, berlatih dan berkuliah di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, kampus Bekasi. Sesekali dia menengok orang tuanya, pulang ke Banjaran Wetan. Tetapi itu tidak berlangsung lama, selanjutnya dia kembali ke Bekasi. Dalam latihan, Yuni memang menekankan kenyamanan adalah faktor utama. \"Secara mindset kalau sudah senang, program latihan macam apa saja saya hajar,\" katanya saat ditemui di messnya, 18 November lalu. Di tempat Supeni, ada dua mess, putra dan putri. Khusus mess putri, ditempati Yuni dan lifter lainnya. sedangkan mess putra persis di depan rumah Supeni yang memang dia harus ngontrak kepada tetangganya. Alasannya jelas, supaya atlet bisa nyaman dan terpantau. Situasi itulah yang bertahun-tahun dirasakan dan akhirnya memberikan impact positif buat karir Yuni dan lifter lainnya. Buktinya, empat lifter yang berada di situ tampil moncer di ajang paripurna olahraga nasional, PON XIX/2016. Empat medali emas bisa mereka persembahkan, termasuk di antaranya adalah Yuni yang sebulan sebelumnya mengangkat nama Indonesia di pentas Olimpiade. \"Semua itu butuh proses, nggak ada yang instan, kayak mi,\" ujarnya sembari menyunggingkan senyum. Yuni, memang sosok yang cuek, baik di dalam dan di luar lapangan. Tetapi, kalau sudah mengenal dekat, dia juga kerap melontarkan joke-joke ringan yang membuat suasana lebih gayeng. Pernah suatu ketika dalam latihan, Yuni melihat juniornya mengeluh kala menjalani program latihan. Secara langsung, Yuni yang termasuk senior melontarkan kata penyemangat yang sedikit menohok. \"Saya bilang sama dia, kalau sekarang jauh lebih enak, makanan dan sarana latihan pun beda dengan dulu,\" kenangnya. Namun, perjuangan dan prestasi yang tidak singkat. Proses yang panjang membuatnya kini semakin aware dengan sekitar, terutama dengan juniornya sesama lifter yang lain. \"Pedoman saya, satu, tidak ada cedera yang tidak bisa disembuhkan saat latihan,\" terangnya. Yuni sepanjang 11 tahun pengabdiannya di angkat besi tak pernah sekalipun meminta di terapi massase saat mengalami cedera. \"Yuni memang orangnya keras, sama-sama disiplin dan saling mengingatkan jika kami ada yang mulai kendor,\" kata Sarah, rekan seperjuangannya di angkat besi. Jauh berbeda dengan Bandung Bondowoso yang menyulap seribu candi dalam semalam. Prestasi yang ditorehkan Yuni adalah gambaran nyata bahwa tidak ada prestasi yang lahir tanpa perjuangan besar. Kini, Yuni sudah punya sebuah mobil, dan tiga buah rumah. Belum lagi bonus Olimpiade 2016 yang mencapai Rp2 miliar. Ungkapan \"hasil tidak akan mengingkari proses\" rupanya dengan nyata sudah dirasakan Yuni. \"Satu hal yang ingin saya sampaikan kepada atlet lain, jangan terlalu mudah mengeluh dalam latihan, prestasi itu nggak ada yang instan,\" tegasnya. (nap)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: