Aksi Serentak Jutaan Perempuan di Lebih dari 20 Negara Lawan Trump

Aksi Serentak Jutaan Perempuan di Lebih dari 20 Negara Lawan Trump

WASHINGTON - Donald Trump baru sehari merasakan jadi president of the United States (POTUS), tapi warga sudah menyambutnya dengan aksi massa besar-besaran. Aliran massa anti-Trump beraksi di seluruh negara bagian. Mereka menentang pelantikan Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat (AS). Beberapa lainnya turun ke jalan untuk menentang kebijakan-kebijakan yang akan diambil pemimpin 70 tahun tersebut. Massa turun ke jalan sejak sebelum inaugurasi. Namun, gelombang terbesar yang menentang kebijakan Trump terjadi Sabtu (21/1). Mereka menamakan aksi itu sebagai Women\'s March. Awalnya, aksi itu hanya berupa undangan di Facebook untuk menentang kebijakan Trump. Namun, ternyata undangan tersebut ditanggapi ratusan ribu penduduk yang merasa terancam dengan kebijakan Trump atas kaum hawa. Mereka ingin menyampaikan kepada Trump bahwa hak perempuan adalah hak asasi manusia juga. ”Ini adalah hal yang besar untuk memprotes pemerintah yang akan datang serta sikap mereka yang secara terang-terangan tidak menghormati perempuan dan orang-orang kulit berwarna,” ujar Whitney Jordan, demonstran. Selama kampanye, presiden yang dilantik Jumat siang (20/1) tersebut, selalu melontarkan pernyataan menolak aborsi serta menentang LGBT dan rasialisme. Masalah aborsi dan LGBT menjadi perang sengit antara Trump dan Hillary Clinton dalam kampanye pemilihan presiden lalu. Skandal pelecehan terhadap perempuan yang dilakukan Trump juga membuat kaum hawa berang. Meski bernama Women\'s March, banyak pula pria yang ikut turun ke jalan. Mereka yang merasa sebagai feminis bisa ikut bergabung. Sebagian besar demonstran di Washington mengenakan topi rajut pink yang memiliki bentuk telinga kucing. Mereka menyebutnya pussy hat. Itu adalah bentuk sindiran terhadap Trump yang pernah menyatakan bahwa dia kerap memegang kemaluan (pussy) perempuan yang disukainya. Mereka yang tidak membawa topi memilih untuk menggambari wajah dengan kumis kucing. Massa berkumpul di National Mall, lalu berjalan menuju Washington Monument. Jumlah massa yang hadir diperkirakan lebih banyak daripada pendukung Trump yang hadir di National Mall saat inaugurasi. Saat pelantikan, National Mall memang tampak lengang. Begitu pula ketika Trump memimpin parade, banyak tribun yang kosong. Panitia Women\'s March mengungkapkan, bakal ada sekitar setengah juta orang yang hadir di Washington. Aksi serupa dalam skala kecil digelar di 50 negara bagian. Selain di AS, aksi solidaritas Women\'s March juga digelar di lebih dari 20 negara. Jika ditotal, ada lebih dari 2 juta jiwa yang ikut aksi tersebut. Sejumlah artis papan atas juga ikut turun. Antara lain Cher, Scarlett Johansson, Lupita Nyong\'o, Margo Jefferson, Angelique Kidjo, Padma Lakshmi, Stephanie March, Shantell Martin, Debra Messing, Frances McDormand, Julianne Moore, Hari Nef, Katy Perry, Monica Raymond, dan Amy Schumer. Salah satu yang naik panggung adalah aktris Amerika Georgine Ferrera. Bintang drama komedi Ugly Betty tersebut adalah anak imigran yang datang ke AS. Menurut dia, Trump beserta kabinetnya dan kongres tidak mencerminkan Amerika. ”Mr Trump, kami menolak mengutuk saudara-saudara muslim kami. Kami menginginkan akhir dari pembunuhan sistematis dan penahanan saudara-saudara kami yang berkulit hitam. Kami tidak akan menyerahkan hak kami atas aborsi yang aman dan legal. Kami tidak akan meminta keluarga LGBT kami untuk bersembunyi. Kami akan terus melawan!’” ujarnya di hadapan massa. Aksi serupa di negara-negara lain tak kalah besar. Di Inggris, misalnya, ribuan orang turun ke jalan di London. Presenter Sandi Toksvig dan anggota parlemen dari Partai Pekerja Yvette Cooper ikut menjadi pembicara di London. Massa melakukan aksi di depan kantor kedutaaan besar AS di Grosvenor Square, London hingga Trafalgar Square. Sehari sebelumnya, tepat saat pelantikan Trump, aksi massa berakhir ricuh. Salah satunya adalah aksi kelompok antifasis yang seluruh pesertanya berpakaian hitam di Washington DC. Ratusan orang yang awalnya melakukan aksi damai di area 12th and K Streets tersebut menjadi beringas. Mereka memecahkan kaca-kaca toko, merusak tempat pemberhentian bus, mencabut kotak pos, serta memecahkan kaca limusin. Mereka juga melemparkan batu kepada petugas kepolisian. Ada kemungkinan kelompok tersebut berang karena pihak kepolisian menghalangi jalan menuju lokasi pelantikan. Sebagian massa yang beraksi di Washington DC memang berencana menutup jalan ke acara inaugurasi. ”Semprotan merica dan peralatan lainnya telah digunakan untuk mengontrol para pelaku tindak kriminal serta melindungi orang-orang dan properti yang ada,” ujar Kepala Polisi Washington DC Peter Newsham. Setidaknya 217 orang ditangkap dalam aksi tersebut. Enam orang polisi juga mengalami luka-luka. Dua polisi dan satu warga sipil akhirnya harus dilarikan ke rumah sakit. Pada hari yang sama, aksi massa juga terjadi di New York, Seattle, Dallas, Chicago, dan Portland. Seperti di Washington DC, massa juga melakukan perusakan di tempat-tempat itu. Tapi tidak terlalu parah. Beberapa orang akhirnya diamankan. (Reuters/CNN/BBC/USAToday/NPR/sha/c11/any)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: