Warisan Sir Alex Ferguson; Terasing di Negeri Sendiri

Warisan Sir Alex Ferguson; Terasing di Negeri Sendiri

Sepanjang 27 tahun berkuasa di Inggris, Sir Alex Ferguson sudah bisa mendapatkan semuanya. Buktinya, 32 trofi mulai dari Premier League sampai Community Shield ada di genggamannya. Hanya satu yang belum bisa dia dapatkan, suksesor dari Inggris. **** GORDON Stratchan dan Alex McLeish pelatih juara di Skotlandia. Laurent Blanc juara di Prancis. Sedangkan, Ole Gunnar Solskjaer memenangi trofi juara pertamanya sebagai pelatih saat dia menukangi Molde FK, 2011, dan 2012 silam. Begitu juga Henning Berg, yang sempat membawa Legia Warsawa juara Ekstraklasa 2013-2014. Lalu, bagaimana prestasi murid Sir Alex Ferguson yang di Inggris? Belum pernah ada yang meniru Fergie mengangkat trofi juara Premier League bagi Manchester United. Paling banter hanya Steve McClaren yang pernah juara domestik. Sekalipun, itu cuma di ajang sekelas Piala Liga 2003-2004 bersama Middlesbrough. Sedangkan yang lainnya hanya bisa jadi pelatih kelas medioker di Inggris. Dalam salah satu tulisannya, Ken Early, jurnalis The Irish Times, mencoba membandingkan apa yang terjadi di Barcelona dengan di United. \'\'Kenapa Barcelona mampu menghasilkan banyak pelatih top sedangkan Fergie tidak mampu?\'\', tulisnya. Menurutnya, itu karena pemain ataupun staf pelatih yang pernah merasakan hidup di klub Catalan tersebut sudah mempunyai gaya bermain sendiri. Kurikulum di El Barca –sebutan Barcelona- sudah diwariskan dari Johan Cruyff. Sebaliknya, dengan Fergie yang tidak meninggalkan kurikulum gaya bermain seperti keinginannya. Itu karena Fergie tidak seperti Cruyff, Louis van Gaal ataupun Arrigo Sacchi yang mempunyai ideologi tentang gaya permainan. Di United, Fergie lebih sering memakai 4-4-2 atau 4-4-1-1. Kalaupun ada perubahan, formasi 4-2-3-1 dia terapkan sebelum eranya berakhir musim panas 2013. \'\'Fergie lebih ke negarawan ketimbang sang pemikir,\'\' sebut Early. Akan tetapi, jangan hanya mengkambing hitamkan kakek berusia 75 tahun itu saja di balik jebloknya suksesor asli Inggris. Fakta membuktikan, hampir semua mantan anak asuhnya yang jadi pelatih, hanya Mike Phelan yang pernah menyerap ilmu langsung dari dirinya. Phelan pernah jadi asisten pelatih di lima musim terakhir Fergie. Kualitas dari pelatih lokal itu sendiri penentunya. Hanya beberapa murid Fergie di Inggris yang sudah punya UEFA Pro Licence. Contohnya McClaren, Mark Hughes, Roy Keane, Bryan Robson, dan Gary Neville. Selain itu, berbeda dari negara sepak bola yang lainnya di Eropa seperti Belanda atau Italia yang punya tempat pelatihan pelatih, Inggris baru merintisnya 2012 silam dengan membuka pusat pelatihan pelatih di Staffordshire. Itulah kenapa alasannya cuma murid-murid Fergie yang merasakan didikan di luar negeri lebih berhasil. Ambil contoh Jaap Stam yang baru musim ini menangani Reading. Sekalipun mengakui bahwa dirinya terpengaruh gaya melatih Fergie, sentuhan Cruyff di Ajax yang lebih dominan dalam dirinya. Itu diungkapkan Stam dalam sebuah wawancara dengan FourFourTwo. \'\'Sungguh, saya merasa terhormat bicara dengan Johan. Saya kenal dia dari anaknya Jordi saat kami masih sama-sama di United. Di Ajax, dia (Johan) yang mengajari saya. Dia selalu minta saya untuk bermain menyerang. Dia berkata: Jika kamu menyerang dengan bagus, maka kamu tidak perlu bertahan,\'\' ungkap bek yang jadi pilar utama United saat menjadi treble winners musim 1998-1999 itu. Di Reading, pria yang dikenal dengan kepala plontosnya itu mematenkan formasi 4-3-3. Selain itu, di tangannya, The Royals –julukan Reading– berubah jadi tim dengan penguasaan bola sebagai kekuatannya. Persis seperti ideologi yang dia dapatkan selama jadi asisten pelatih di Ajax, 2014-2016 silam. \'\'Yang saya pelajari dari Fergie adalah cara untuk membangun sebuah tim,\'\' sebutnya. Hal yang sama terjadi dengan Solskjaer. Pelatih yang semasa masih aktif bermain punya julukan The Baby-face Assassin itu juga baru bisa sukses setelah kembali menuju ke negara asalnya, Norwegia. Solskjaer mengawali karir melatihnya sebagai pelatih tim cadangan United 2008-2011 silam. Di Molde, selain dua kali juara liga domestik, trofi Piala Norwegia 2013 menjadi pembuktian suksesnya. \'\'Saya bahkan tidak pernah meminta sarannya bagaimana harus melatih sebuah klub. Baik ketika melatih di Molde, begitu juga ketika melatih Cardiff,\'\' katanya dikutip dari Express. Sama seperti Stam, yang bisa dipelajari Solskjaer dari gaya melatih Fergie hanya dari manajemen klub saja. \'\'Dia guru terbaik soal itu (manajemen tim). Mungkin antara kami beda personal, tapi banyak yang saya pelajari darinya. Ketika di dalam situasi tidak menentu, saya kerap menoleh ke belakang. Saat saya bosan di bangku cadangan, saya sering memegang buku notes,\'\' kenangnya akan sosok Fergie. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: