Sejarah Warga Tionghoa di Cirebon (1); Erat dengan Islam dan Keraton

Sejarah Warga Tionghoa di Cirebon (1); Erat dengan Islam dan Keraton

CIREBON dan Tiongkok memiliki hubungan yang erat. Ada cerita dan sejarah yang panjang. Selain karena Ong Tien, putri dari Dinasti Ming yang merupakan istri Sunan Gunung Jati, menurut naskah Purwaka Caruban Nagari, warga Tionghoa di Cirebon ada sekitar 200 tahun sebelum Kesultanan Cirebon berdiri. Hubungan keraton-keraton Cirebon dengan komunitas Tionghoa sudah terjalin lama. Bahkan, keberadaan warga Tionghoa di Cirebon sudah ada sejak sekitar tahun 1415 M sebelum kerajaan Cirebon berdiri pada sekitar tahun 1500 M. Peristiwa monumental itu terjadi saat pasukan negeri Tiongkok yang dinakhodai Laksamana Cheng Ho, kaisar ketiga dari Dinasti Ming, datang ke Cirebon. Filolog Cirebon, Raden Ahmad Rafan Safari Hasyim menjelaskan, perjalanan pasukan dari Negeri Tirai Bambu itu pun cukup lama, yakni memakan waktu tujuh hari tujuh malam. Cheng Ho menginap di Cirebon selama tujuh hari. Dalam waktu singkat tersebut pasukan Cheng Ho ada yang melakukan perkawinan dengan penduduk Cirebon. \"Hubungan Cirebon dengan Tiongkok sangat erat. Itu jauh sebelum ada kerajaan Cirebon,\" ujar sejarawan yang akrab disapa Opan ini. Kedatangan Cheng Ho ke Nusantara, lanjut Opan, selain menyebarkan Islam, juga ada misi lain seperti pertukaran komoditas dari Cirebon dengan Tiongkok. Selain itu, Cheng Ho pun juga memberikan ilmu pengetahuan tentang kesyahbandaran, seperti pelabuhan dengan mendirikan mercusuar pertama yang ada di Pelabuhan Muara Jati Cirebon. Menurut naskah Purwaka Caruban Nagari, kedatangan Laksamana Cheng Ho bersama Ma Huan, penulis dan penerjemahnya yang beragama Islam, membawa 63 perahu dengan jumlah pasukan lebih dari 23.000 orang. Melihat sejarah kedatangan bangsa Tiongkok, tak lepas pula dari sejarah hubungan Sunan Gunung Jati, pendiri Kasultanan Cirebon dan Putri Ong Tien, putri dari Dinasti Ming. Keduanya bertemu pada saat Sunan Gunung Jati melakukan perjalanan ke Tiongkok untuk menyebarkan agama Islam. Putri Ong Tien Nio jatuh hati pada Sunan Gunung Jati. \"Sunan Gunung Jati menikah dengan salah satu keturunan Tionghoa, yaitu Putri Ong Tien. Hal ini dikarenakan bahwa mengenal Tiongkok itu sudah sangat populer usai kunjungan Cheng Ho di Cirebon dan pengaruhnya masih bisa dirasakan sampai sekarang,\" papar Opan. Opan menjelaskan, pengaruh kedatangan bangsa Tiongkok menyisakan beberapa peninggalan bersejarah yang tersebar di beberapa tempat. Tak hanya berbentuk benda, tapi juga tradisi dan budaya. Misalnya saja di keraton-keraton Cirebon, seperti Keraton Kasepuhan ada banyak piring Tiongkok tertempel di bangunan keraton. Pengaruh Tionghoa juga sebenarnya tidak hanya menancap dalam arsitektur, melainkan juga dalam kesenian. \"Motif batik, tradisi ider-ideran itu termasuk peninggalan Tiongkok,\" katanya. (mik/jml/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: