Sejarah Warga Tionghoa di Cirebon (5); Hubungan Keraton Masih Terjalin

Sejarah Warga Tionghoa di Cirebon (5); Hubungan Keraton Masih Terjalin

HUBUNGAN keraton dan komunitas Tionghoa masih terjalin hingga saat ini. Seperti saat kedatangan dua penari Bian Lian Cirebon di Bangsal Pagelaran Keraton Kasepuhan beberapa waktu lalu. Defanya Aprechita (21) dan Charlene (20) yang memakai busana merah dengan motif kain batik mega mendung. Dengan musik yang dramatis, keduanya mengubah sembilan topeng sepersekian detik. Tarian ini perdana ditampilkan di Cirebon, bahkan di dunia. Karena Bian Lian merupakan tarian khas Tiongkok, namun kali ini ditampilkan berbeda. Ada sentuhan Cirebon dalam tarian tersebut. Terlihat dari topeng yang dikenakan penari, mulai dari topeng Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung, Kelana dan topeng-topeng Cirebon lainnya. Perubahan topeng yang ditampilkan dalam tarian ini menggambarkan perubahan perasaan, emosi dan juga karakter dalam lakon dengan diiringi musik yang menghentak. Penonton bertepuk riuh di tengah kekaguman yang tak habis-habisnya saat pertunjukan digelar. \"Begitulah seni salin rupa bian lian dilakukan. Hanya dengan gerakan kecil saja, pemainnya sudah bisa bersalin rupa,\" ujar Ketua Yayasan Pendidikan Bahasa Mandarin Jawa Barat, Louis Lauw. Sejarahnya, Bian Lian (face changing-ubah wajah) adalah suatu seni opera Tiongkok kuno. Menjadi bagian penting dalam seni pertunjukan opera di Kota bernama Cheng Du di Provinsi Sichuan, Tiongkok. Pertunjukan ini memang istimewa. Pemain yang menguasai teknik dan seni Bian Lian bisa mengubah tampilan wajah dalam hitungan detik. Hebatnya, itu dilakukan di atas pentas dan di depan mata pengunjung. Mereka bisa melakukan perubahan itu berkali-kali, hanya kurang dalam satu menit. \"Tarian Bian Lian ini sebetulnya rahasia kedua di Tiongkok. Tapi guru besar mengizinkan tarian ini ditampilkan dan dikolaborasikan dengan Topeng Cirebon,\" terangnya. Ada yang istimewa lagi dalam tarian Bian Lian Cirebon ini. Kostum yang dipakai penari tak tanggung-tanggung harganya. Satu penari bisa memakai kostum dengan harga Rp 30 juta, itu belum termasuk topeng. Berat hiasan di kepalanya pun tidak ringan, bisa mencapai 10 kilogram. (mik/jml/habis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: