2 Malam Bertahan Melawan Ombak 3 Meter

2 Malam Bertahan Melawan Ombak 3 Meter

SURABAYA - Setelah lebih dari 30 jam terombang-ambing di tengah laut, akhirnya KM Mutiara Sentosa 1 tiba di Terminal Jamrud Pelabuhan Tanjung Perak. Kapal yang mengangkut kurang lebih 200 penumpang itu mencapai dermaga sekitar pukul 14.15 WIB. Ratusan penumpang langsung teriak saat pintu masuk kendaraan pada kapal (raam door) dibuka. Maklum, sejak Rabu (1/2) hingga kemarin siang, mereka berada di tengah laut. Keceriaan tampak saat mereka melihat terminal Jamrud. Seketika itu, puluhan penumpang sujud di depan pintu kapal tersebut. \"Akhirnya sampai,\" ujar salah seorang dari mereka. Petugas Syahbandar Pelabuhan Tanjung Perak langsung membawa mereka ke Terminal Gapura Surya Nusantara. Kegembiraan mereka tampaknya mampu menghapuskan rasa lelah selama terombang-ambing ombak di tengah laut. Tinggi gelombang selama dua malam itu hampir 3 meter. Bahkan Fachroni, penumpang dari Samarinda menyebut kaca anjungan kapal sampai basah. \"Padahal cukup tinggi dari permukaan laut,\" ucapnya. Dia menceritakan, kapal berangkat Rabu pagi. Sebenarnya, tiket kapal menyebut pemberangkatan KM Mutiara Sentosa I pada Selasa (31/1). Namun, banyak kendaraan yang sedang proses masuk ke dalam, sehingga kapal baru bisa berangkat Rabu pagi. Pria yang akrab disapa Onik itu mengatakan, saat lepas dari pelabuhan, kapal tidak ada masalah. Kapal yang melayani proyek jalur tol laut itu cukup besar. Interior dan kamarnya juga bersih. Ada dua dek untuk angkutan kendaraan dan dua dek untuk penumpang. \"Lebih bagus dibanding kapal swasta,\" ungkapnya. Selain itu, harga tiket relatif lebih murah. Onik yang membawa kendaraan hanya dikenakan tarif Rp2 juta. Biasanya, dia harus merogoh kocek Rp2,5 juta. Layanan yang diterima pun berbeda, KM Mutiara Sentosa I mendapat jatah makan 3 kali sehari, sedangkan kapal swasta hanya 2 kali sehari. Hanya durasi perjalanan yang berbeda. Kapal swasta lebih cepat, yakni 32 jam, sedangkan KM Mutiara Sentosa I paling cepat 38 jam untuk Balikpapan-Surabaya. Meski begitu, penumpang tetap merasa nyaman karena kapal yang masih bagus. Termasuk saat awal berangkat pada Rabu waktu itu. Kapal berjalan mulus dengan ketinggian ombak hanya 0,5 hingga 1 meter. Begitu sampai di Batulicin, mesin kapal sempat mati. Beberapa menit kemudian, mesin hidup dan kapal berlayar lagi. Fachroni yang sudah biasa menggunakan jasa transportasi kapal, tidak menaruh curiga. Dia pernah menemui pengalaman yang sama, mesin kapal mati hingga satu jam karena ada kerusakan. \"Kali ini hanya beberapa menit, saya pikir ada kotoran di solar yang mengakibatkan selang tersumbat,\" ucapnya. Peristiwa itu terulang lagi hingga tiga kali. Penumpang lain juga tidak menaruh curiga karena anak buah kapal (ABK) memastikan tidak ada masalah. Fachroni menceritakan, selama perjalanan, situasi di dalam kapal cukup ramai. Apalagi ada rombongan mahasiswa dari Kalimantan Timur dan Sulawesi hendak mengikuti jambore mahasiswa di Jakarta. \"Mereka menggelar live music dan menghibur penumpang lainnya,\" kata dia. Pelayaran mulai mengalami hambatan saat masuk perairan Masalembo. Badai cukup kencang dan gelombang laut cukup tinggi. Perairan Masalembo memang dikenal rawan badai. Sebagian orang menyebut kawasan tersebut sebagai segitiga bermudanya Indonesia. Gelombang tinggi di kawasan itu cukup tinggi. Badai juga sangat kencang. Saking kencangnya, jarak pandang mata tidak lebih dari 10 meter. Kapal mulai terombang-ambing. Perubahan itu terjadi pada Rabu petang. Kapal terus melaju tapi dengan kecepatan lambat. Onik mengatakan perjalanan kapal tampak berat. \"Kami sudah bersyukur bisa lolos dari celaka,\" ungkapnya. Kondisi tersebut terus terjadi hingga Kamis dini hari. Sekitar pukul 01.00, mesin mati. ABK belum menginformasikan BBM kapal habis, karena itu penumpang masih tenang. Seiring berjalan waktu, tidak ada tanda-tanda mesin kapal menyala. Penumpang mulai panik, utamanya sopir angkutan yang membawa ikan dan sayuran. Mereka yakin ada masalah dengan kapal tersebut. \"Sebagian naik ke anjungan untuk meminta penjelasan ABK kapal,\" ujar Onik. Ternyata benar ada masalah, kapal kehabisan bahan bakar. Informasi dari ABK, jatah BBM untuk kapal tersebut terbatas. Pada kondisi normal, jatah yang diberikan cukup untuk Balikpapan-Surabaya. Permasalahannya, badai cukup besar. Kapal harus menantang angin sehingga butuh daya energi yang lebih banyak. \'\'Tapi kami tidak dijelaskan berapa liter jatah solar itu,\'\' ungkapnya. Kabar tersebut langsung menyebar ke seluruh ruangan. Penumpang mulai panik. Apalagi lampu dan AC kapal dimatikan. Di sisi lain, gelombang laut cukup tinggi sehingga kapal terombang-ambing tanpa arah. Sebagian orang berusaha keluar ke atap untuk memastikan mereka berada di wilayah mana. \"Kami beruntung, ada sinyal telepon hingga bisa mengetahui lokasi kami, di sebelah utara Pulau Madura,\" jelas Onik. Keesokan harinya, Kamis (2/2) kapal masih di sebelah utara Madura. Padahal, menurut jadwal, mereka sudah berada di Surabaya pada waktu yang sama. Kenyataannya, KM Mutiara Sentosa masih berada di tengah laut. Aji Joko Wibowo, perwakilan port facility security officer (PFSO) PT Pelindo III menerangkan, KM Mutiara Sentosa berhenti sejak pukul 05.00 pagi. Namun pihak Pelabuhan Tanjung Perak baru menerima informasi dari kapal tersebut sekitar 12 jam kemudian. “Waktu kami coba hubungi, tidak ada jawaban. Mungkin tidak ada sinyal karena cuaca memang sedang buruk,” jelasnya. Setelah mendapat laporan pukul 17.00, PT Pelindo III berinisiatif memberikan bantuan logistik. Pukul 21.15, pelabuhan memberangkatkan kapal cepat Nembrala. Sebanyak 200 nasi kotak dan 20 dos air mineral botol dikirimkan. Awalnya, PT Pelindo III hendak menarik KM Mutiara Sentosa 1 pukul 02.00 dinihari. Namun karena tinggi ombak mencapai 4 meter, penarikan pun ditunda hingga kemarin siang (4/2). Ombak tinggi juga sempat menghambat pendistribusian logistik. Tim pandu PT Pelindo III juga mengerahkan kapal tunda Krisna sebagai “jembatan” distribusi dari Nembrala menuju Mutiara Sentosa. Dari pantauan koordinat, KM Mutiara Sentosa tampak sudah berada di utara Selat Madura pukul 12.42. Penarikan kapal memakan waktu lumayan lama karena kecepatannya hanya 2 knot. (deb/riq/rid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: