Tak Dijual, karena Ada Cerita dari Setiap Koleksi

Tak Dijual, karena Ada Cerita dari Setiap Koleksi

Usaha Unik Rental Barang Antik Mempelajari sejarah tak harus dengan baca buku atau pergi ke museum. Ada cara lain yang ditawarkan yakni dengan berkunjung ke galeri barang antik. Selain bisa banyak bertanya, kalau tertarik juga dapat menyewa barang antik yang disukai. MIKE DWI SEIAWATI, Kesambi BERKUNJUNG ke galeri Agus Rachmat Supranoto seperti memasuki mesin waktu. Kios kecil pinggir jalan itu penuh dengan barang-barang antik. Barang yang dijual di sana bervariasi, mulai dari guci, patung, pakaian, jam, lampu, pajangan, hiasan dinding, alat elektronik, keramik, buku, lukisan, uang, perlengkapan, senjata, hingga kostum jaman perjuangan dari peninggalan tahun 1800-an hingga 1900-an. Barang-barang tersebut terpajang memenuhi setiap dinding dan sudut ruang. Namun, barang-barang tersebut bukan untuk dijual. Sang pemilik hanya memajangnya dan sebagian disewakan. Tapi jangan khawatir, bila hanya ingin foto-foto dengan koleksi barang antik ini, siapapun boleh ambil gambar gratis sepuasnya. \"Kadang ada yang lewat terus mampir cuma numpang foto-foto, ya gak apa-apa gratis kok,\" ujarnya saat berbincang dengan Radar. Kios yang ditempati Agus ini awalnya hanya sebuah base camp komunitas sepeda onthel. Namun, Agus berinsiatif untuk memajang koleksi barang antik di kios ini. Pertimbangan lain, karena respons dan penggemar barang antik di Cirebon cukup banyak. Akhirnya, tujuh bulan yang lalu Agus resmi membuka \"Cheribon Vintage\" sebagai galeri dan tempat penyewaan barang antik. Koleksi barang antik miliknya sering disewakan untuk acara prewedding, drama di sekolah, pameran bahkan display sebuah toko. Tak hanya barang antik, Agus juga menyewakan kostum-kostum jaman perjuangan. Harga sewa pun relatif, kisaran Rp50-00 ribu. Alasan Agus menyewakan barang antik karena selain di Cirebon belum ada, ia juga tak ingin menjual barang antik yang sudah dikoleksinya. \"Karena banyak barang antik yang saya dapatkan susah payah, pemiliknya kasih amanah bahwa saya boleh beli barang antik itu asalkan jangan dijual,\" ungkapnya. Mengoleksi barang antik sudah dilakoni Agus sejak 1986. Hobi mengumpulkan barang antik tertular dari sang ayah. Dari ribuan koleksi barang antik miliknya, Agus punya satu barang yang paling berkesan. Yakni alat cukur rambut tahun 1970. Bentuk alatnya sederhana, terbuat dari alumunium dan bergerigi di bagian depan. \"Disebutnya sih gunting kodok, karena bentuknya kayak kodok. Berkesan karena pemiliknya, Pak Suryadi, minta saya jangan menjual gunting itu sampai kapanpun. Dari gunting itu, pemilik bisa mencari uang dan bertahan menghidupi keluarga meski hanya menjadi tukang cukur,\" bebernya. Lewat cerita-cerita yang didapatkan selama hunting barang antik, Agus ingin berbagi kepada masyarakat. Baik sejarahnya maupun motivasi dari para pemilik barang antik. \"Jadi bukan hanya menyewakan, saya ingin bisa mengedukasi siapapun yang kesini, mau nanya-nanya sejarahnya, foto-foto, dengan senang hati,\" tuturnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: