Warga Terserang Gatal-gatal, Waswas Banjir Susulan

Warga Terserang Gatal-gatal, Waswas Banjir Susulan

CIREBON - Banjir besar yang terjadi di sejumlah tempat di wilayah timur Cirebon belum surut. Hingga kemarin pada beberapa titik tertentu masih terendam, walau perlahan-lahan debit air mulai menyusut. Warga terdampak banjir masih waswas. Cuaca tidak menentu dan intensitas hujan yang masih tinggi membuat warga khawatir sewaktu waktu bisa terjadi banjir susulan. Terlebih belum ada upaya berarti dari Pemkab Cirebon untuk menanggulangi banjir yang terjadi karena luapan sejumlah sungai tersebut. Safiq (29) tokoh pemuda dari Desa Pengarengan mengatakan, ancaman akan terjadinya banjir susulan masih sangat mungkin jika melihat curah hujan yang masih tinggi. “Cuacanya begini (hujan terus, red) ya banjir susulan masih mungkin terjadi. Kita waswas dan takut, khawatir kalau malam-malam tiba-tiba datang banjir lebih besar,” ujar Safiq. Dikatakan Safiq, harus ada langkah konkrit dari pemerintah untuk menjamin atau minimal menyiapkan langkah-langkah tanggap darurat yang lebih efisien jika sewaktu-waktu terjadi banjir susulan. Sementara itu, dari pantuan di sejumlah titik di Kecamatan Pangenan dan Astanajapura hingga pukul 16.00 WIB kemarin, sebagain besar wilayah sudah tidak lagi banjir. Hanya saja air masih terlihat tinggi di Desa Pangenan. Sementara di Desa Japura Bakti, Kecamatan Astanajapura, air terbilang cukup cepat surut di wilayah ini. Japura Bakti sendiri termasuk parah, hampir 90 persen terendam banjir. “Perlahan-lahan setelah puncak itu, air mulai surut. Tadinya sampai ada yang hingga ketinggian 1,5 meter, arusnya deras juga,” ujar Kaur Umum Desa Japura Bakti, Sodikin. Derasnya air yang datang tersebut membuat sejumlah rumah mengalami kerusakan. Tercatat tiga rumah mengalami kerusakan. Rata-rata karena tembok atau dinding rumah tak kuat menahan terpaan banjir. “Selain itu ada juga tembok pembatas tempat pemakaman yang roboh. Untuk tiga rumah statusnya dua rusak ringan dan satu rusak sedang,” imbuh Sodikin. Penyebab Desa Japura Bakti menjadi wilayah yang paling serius terdampak banjir dikarenakan menjadi desa terdekat dengan tiga sungai besar yakni Sungai Ciputih, Sungai Singaraja, dan Sungai Cimanuk. Di desa ini tercatat sekitar 2.830 rumah terendam banjir dan 3.500 KK terdampak. “Kalau kita pengennya ada penahanan banjir di atas tanggul. Jadi ketika air sudah meluber tidak langsung ke pemukiman,” tutur Sodikin. Sementara itu, Kuwu Pangenan Acep Rudin mengatakan, sedikitnya 700 rumah warganya terdampak banjir. Dikatakan Acep, biasanya saat hujan besar, air yang menggenang cepat mengalir dan tidak sampai menyebabkan banjir. “Dari waktu kecil baru merasakan banjir yang cukup besar begini. Kami sudah membuat dapur umum dan posko kesehatan,” katanya. Sementara itu, Kepala Puskesmas Pangenan Dr Atih Andriyanti mengatakan, mayoritas masyarakat terdampak banjir mengeluhkan gatal-gatal pada kulit. Selain itu ada beberapa warga mengalami demam dan batuk-batuk akibat kedinginan. “Untuk Desa Pengarengan sudah ada sekitar 90 orang. Makanya kita buka posko di tiap-tiap desa terdampak banjir. Untuk jumlah total warga yang sakit akibat banjir tersebut belum kita hitung angkanya. Petugas masih bekerja di lapangan,” paparnya. (sam/dri)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: