7 Tahun Terbaring di Kasur Melawan Sakit, Kini Anah Rela 2 Kakinya Diamputasi

7 Tahun Terbaring di Kasur Melawan Sakit, Kini Anah Rela 2 Kakinya Diamputasi

Anah adalah gadis periang. Saat masih kecil, dia tergolong anak yang aktif dan supel. Namun semuanya berubah kala sebuah kecelakaan lalu lintas yang mengerikan nyaris merenggut nyawanya tujuh tahun silam. Laporan: Andri Wiguna, Cirebon GADIS kecil itu baru berusia 14 tahun, ketika kecelakaan hebat nyaris merenggut nyawanya. Kini, selama tujuh tahun dia tak pernah beranjak bangun dari tempat tidur. Beberapa kali Anah berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan mengambil jalan pintas. Bahkan jika boleh meminta, maka dia meminta agar tidak selamat dalam insiden kecelakaan yang menyebabkannya kehilangan salah satu kakinya tersebut. Cobaan Anah rupanya tidak sampai di situ saja. Selain harus kehilangan satu kaki kirinya akibat kecelakaan tersebut, Anah juga kini tak bisa beraktivitas dan hanya berbaring di ruang tamu di rumah ibunya di RT 01 RW 01 Blok Petoran Desa Gebangmekar, Kecamatan Gebang, Kabuaten Cirebon. Tidak bisa beraktivitas normal dan hanya berbaring di atas kasur selama tujuh tahun, bukan waktu yang sebentar bagi Anah. Apalagi melewati hari-harinya dengan menahan sakit dan perih, akibat luka yang tak kunjung sembuh dan tanpa upaya perawatan medis. “Kalau kumat, sakit sekali,” ujar Anah saat ditemui Radar Cirebon. Anah mengatakan, awal penderitaan yang dialaminya tersebut bermula saat bersama dua temannya hendak naik becak di Jalan Pantura Gebang. Saat itu, dia hendak menengok bayi tetangganya yang baru lahiran di rumah seorang bidan. “Dua teman saya sudah naik becak, saya baru naikin kaki. Ada mobil dump truck bawa pasir ngebut, langsung nabrak saya. Dua teman saya selamat, saya keseret beberapa meter,” ujarnya. Dengan kondisi luka parah pada bagian kaki, gadis kelahiran 1 Juli 1994 tersebut, akhirnya dirawat di RS Waled dan kemudian dirujuk ke RS Bhayangkara Losarang. Di rumah sakit milik Polri inilah, kemudian Anah harus menerima kenyataan pahit, satu kakinya harus diamputasi karena jika dibiarkan, akan terjadi pembusukan. “Kaki kiri saya waktu itu tidak ada luka. Tapi kondisinya terlihat membiru dan mulai bengkak-bengkak, tidak bisa digerakan. Kata dokternya harus diamputasi,” ujarnya. Rupanya cobaan yang diterima Anah belum usai. Tujuh tahun setelah Anah kehilangan kaki kirinya, Anah harus mendapati kenyataan pahit lagi. Dia harus rela kaki kanannya diamputasi agar pembengkakan dan pembusukan tidak menjalar ke badannya. “Saya sudah ikhlas, memang harus diamputasi. Saya mau sembuh meskipun kondisi tidak normal. Kasihan ibu, setiap hari nungguin, kalau diamputasi, minimal nanti bisa duduk,” paparnya. Namun, proses amputasi tersebut belum bisa dilakukan sekarang. Kondisi Anah masih belum memungkinkan. Saat kontrol terakhir ke RS Bhayangkara, kondisi Anah belum fit dan berat badannya tidak ideal, sehingga proses amputasi urung dilakukan. “Tiga bulan yang lalu kontrol, tapi berat badannya kurang. Dokter tidak berani, khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tegas Anah. Untungnya, Anah tidak sendiri. Ada sang ibu, Wartini (51) yang mendampingi Anah melewati masa-masa sulit. Sang ibulah yang selalu menguatkan Anah dan selalu memberikan semangat jika harapan itu masih ada. “Yang ngurusin semuanya ibu. Makan, mandi dan lain-lainnya. Kalau gak ada ibu ya, gak tahu siapa yang ngurus,” kata Anah. Wartini sendiri bukan tanpa kendala dalam merawat Anah. Hanya kasih sayanglah yang membantunya kuat menjalani cobaan tersebut. Sedari kecil Anah sudah ditinggal ayahnya. Praktis sebagai orang tua tunggal, Wartini harus merawat, bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya. “Untungnya ada yang bantu-bantu juga. Ada yang kasihan, tapi ya saya juga mesti kerja. Saya kerja apa saja, tergantung yang nyuruh. Bersihin jaring, kupas rajungan apa saja saya kerjakan,” ungkapnya. Akibat keterbatasan ekonomi tersebut, maka perawatan terhadap Anah pun terbatas. Wartini hanya mampu membeli obat penahan rasa sakit, betadin dan antibiotik di apotek tanpa bisa membawa Anah ke rumah sakit untuk diperiksa secara kontinu. “Saya bingung, mau minta tolong sama siapa, kalau Anah sih gak masalah cacat juga asalkan sehat,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: