Pasca Era 80, Prestasi PSIT Menurun, Ini Sebabnya

Pasca Era 80, Prestasi PSIT Menurun, Ini Sebabnya

CIREBON - Abdul Gofar, salah satu gelandang yang ikut membela PSIT di era ‘80-an menceritakan masa emas PSTI. Saat itu perstasi PSIT terbilang gemilang. Lahir dari keluarga sepak bola, membuat Ghofar terkenal. Dia juga menjadi skuat PSIT saat meraih emas Porda Jabar tahun 1980. \"Waktu itu saya belum masuk diklat, tapi saat itu suka bertanding bola antarkampung. Ternyata dilihat oleh Almarhum Pak Khaelani dan ditawari main di PSIT,\" ungkapnya menceritakan tatakala masuk PSIT pertama kali. Sementara saat Porda di Bekasi 1984, Kota Cirebon menjadi runner-up. Dia juga teringat, saat itu, sepak bola Cirebon tengah naik daun lantaran dimulai saat datangnya klub Feyenoord Rotterdam dan Timnas Swedia bermain di Stadion Bima Kota Cirebon. \"Memang dulu Pertamina lagi jaya-jayanya untuk membiaya sepak bola. Saat peresmian Stadion Bima itu, diundang tim dari luar negeri. Karena pertandingan malam hari, apalagi ada tim dari luar negeri, penonton saat itu membeludak. Wah pokoknya. Jalan By Pass saat itu banyak orang yang jalan kaki, pada ingin tahu semua,\" tuturnya. Generasi terakhir anggota SSB (Alm) Khaelani, salah satunya adalah Otong Ilik. Ada juga Atang Tabroni. Setelah era ‘80-an, prestasi sepak bola Cirebon menurun drastis. Ada beberapa penyebab. Salah satunya penerapan pola bapak asuh tidak berjalan efektif tatkala ada pergantian pucuk pimpinan. Terlebih, di era ‘90-an, Stadion Lapangan Merdeka di Gunungsari sebagai markas PSIT harus ditukarguling dengan pembangunan mal. Meskipun saat itu markas PSIT berpindah ke Stadion Bima 2 (sekarang lapangan Madya), yang menjadi tempat latihan. Namun nyatanya, mulai saat itu prestasi sepak bola tidak terdengar lagi. \"Ya titik nadinya saat Stadion Gunungsari digusur, kemudian para pemain juga sudah tidak ada,\" sebut Kurniadi. (jmlal suteja)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: