Bulu Tangkis, Peras Otak di Sisa Musim

Bulu Tangkis, Peras Otak di Sisa Musim

JAKARTA - Pencapaian pebulu tangkis Indonesia di Badminton Asia Championship menonjolkan kekecewaan. Hal tersebut, menunjukkan betapa skuad Pelatnas Cipayung masih bergantung pada peran para skuad andalan. Para pelapis belum mampu menggantikan peran mengejar gelar saat skuad utama absen. Kondisi itu membuat PP PBSI harus segera mendapatkan solusi di sisa musim 2017. Kesibukan sepanjang 2017 menuntut skuad Merah Putih selalu tampil segar terutama menghadapi serangkaian ajang besar di depan mata. Lihat saja, pada pertengahan Mei sudah harus bertarung dalam perebutan Piala Sudirman. Tensi tak menurun hingga Agustus. Dua ajang, yaitu SEA Games 2017 dan Kejuaraan Dunia 2017 di Glasgow, Skotlandia, harus dihadapi. Perlu digaris bawahi, perhelatan SEA Games dan Kejuaraan Dunia 2017 jadwalnya berhimpitan. Sehingga, PP PBSI Wajib membagi skuadnya untuk mengejar prestasi tertinggi dari dua ajang tersebut. Berdasarkan daftar yang sudah dirilis BWF (federasi bulu tangkis dunia), sudah ditetapkan siapa saja pebulu tangkis Indonesia yang lolos ke Glasgow pada kejuaraan dunia mendatang. Di saat bersamaan, Indonesia tak bisa memandang sebelah mata persaingan di SEA Games. Di SEA Games 2017, bulu tangkis punya tanggung jawab moral menjaga prestasi terakhir mereka di SEA Games 2015 Singapura. Kala itu, Indonesia menjadi juara umum cabor bulu tangkis dengan raihan tiga medali emas, 2 perak dan 4 perunggu. Pengurus PP PBSI saat itu memutuskan untuk menurunkan skuad muda tampil di SEA Games. Pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari saat itu diputuskan untuk tidak tampil. Mereka dipersiapkan menjalani pertarungan di level Superseries. Berbeda dengan yang terjadi tahun ini. Sejumlah nama yang dipersiapkan di SEA Games 2015 bakal tampil di kejuaraan dunia. \"Melihat komposisi yang ada sekarang, PBSI harus lebih cermat mengambil sikap,\" kata Christian Hadinata, legenda bulu tangkis Indonesia kepada Jawa Pos (Radar Cirebon Group) kemarin (29/4). Menurutnya, para pemain terpilih tak boleh sekadar tampil di Kejuaraan Dunia. Jika diputuskan tampil di ajang tersebut, harus mampu menunjukkan kualitasnya. Bukan sekadar berpartisipasi, lalu sudah tersingkir di babak awal. \"PBSI harus bisa membaca peluang, dari pada berangkat Kejuaraan Dunia tapi tidak maksimal, mending turun di SEA Games,\" terang mantan pelatih kepala Pelatnas PBSI Cipayung di era kepemimpinan Gita Wirjawan itu. Tentunya, pilihan tersebut dirasa cukup bijak melihat kondisi bulu tangkis Indonesia saat ini. Terutama di sektor tunggal  putri saat ini yang mengandalkan 100 persen talenta muda. Sedangkan pada Kejuaraan Dunia 2017 di Glasgow, Skotlandia bakal sulit untuk pebulu tangkis muda untuk bersaing di sana. Terpisah High Performance Director Satlak Prima Mimi Irawan menjelaskan, bulu tangkis masih menjadi salah satu tumpuan medali di SEA Games. \"Setidaknya bisa tiga medali emas, mengulangi capaian 2015 lalu,\" sebutnya. Peta persaingan di Asia Tenggara saja sudah demikian ketat. Malaysia tak hanya mengandalkan sektor putra untuk mengejar medali emas. Ganda putri dan ganda campuran Negeri Jiran menunjukkan progres yang baik. Belum lagi makin matangnya para pemain Thailand di tunggal putri, tunggal putra dan ganda campuran. Untuk itu, segala upaya harus dilakukan PP PBSI untuk menjaga peluang di Malaysia tetap terjaga. Salah satunya dengan menurunkan komposisi yang dimiliki Cipayung. Menanggapi hal tersebut, Kabid Binpres PP PBSI Susy Susanti belum memastikan dari daftar BWF pebulu tangkis Cipayung akan berangkat ke Glasgow. \"Kami akan mendiskusikan bersama tim pelatih,\" katanya. Namun, Indonesia punya tradisi yang harus dijaga di Kejuaraan Dunia. Tiga tahun lalu saat tampil di Jakarta, pasukan Indonesia mendulang satu medali emas, dan tiga perunggu. Satu medali emas dipersembahkan ganda putra, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. (nap/ady)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: