Kembalikan Spiritualitas dan Cinta dalam Beragama

Kembalikan Spiritualitas dan Cinta dalam Beragama

CIREBON - Tindakan radikal yang lahir dari tafsir agama memunculkan fenomena saling mengkafirkan dan menyesatkan satu sama lain. Selain itu maraknya berita hoax menjadi pemicu berbagai konflik dan kesalahpahaman. Karena itu, seruan mengembalikan spiritualitas dan cinta dalam kehidupan beragama menjadi penting. Demikian salah satu fragmen kajian bedah buku Islam Tuhan, Islam Manusia; Agama dan Spiritualitas di Zaman Kacau penerbit Mizan. Buku yang ditulis Haidar Bagir itu dibedah di Aula Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Rabu (17/5). Hadir ratusan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Cirebon. Dalam kesempatan itu, Haidar Bagir hadir menjadi pemateri. Sementara, Ketua Yayasan Fahmina Cirebon KH Husein Muhammad menjadi pembedah buku. Haidar mengatakan, belajar agama sebaiknya dilakukan secara utuh. Artinya, jangan setengah-tengah dalam mempelajari agama Islam. Karena, orang yang belajar agama secara utuh ibarat mengumpulkan cermin yang berserakan di lantai. “Kalau ingin memahami agama dengan baik, pelajarilah hal tersebut secara utuh,” kata Haidar. Lebih lanjut dikatakan Haidar, pada dasarnya agama diturunkan untuk umat manusia sebagai pedoman hidup. Namun, penganut agama jangan gagap dengan kenyataan bahwa begitu banyak perbedaan tafsir atas agama. Karena itu, sudah sewajarnya agama ditafsirkan sejalan dengan kepentingan perkembangan manusia dari zaman ke zaman. Tanpa itu semua, agama akan kehilangan relevansinya bagi kehidupan umat manusia. Sementara itu, KH Husein Muhammad menuturkan, spiritualisme agama setidaknya menawarkan tiga hal dalam menjalankan hidup. Ketuga hal itu adalah cinta, damai dan kerja sama atau gotong royong. “Kalau ingin menghentikan kekacauan, maka hanya dengan cara spiritualisme agama lah kekacauan dapat dihentikan,” tutur kiai yang getol mengampanyekan kesetraan gender itu. (fazri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: