Lebih Gampang Minta Maaf daripada Minta Izin

Lebih Gampang Minta Maaf daripada Minta Izin

MAS - MAS dan Bapak-Bapak, tolong tulisan ini digunakan sebagai hiburan saja. Kalau memilih untuk menerapkan, risiko harus Anda tanggung sendirian. Mbak-Mbak dan Ibu-Ibu, yang sabar bacanya ya... --- Mencari alasan, mungkin, adalah salah satu tantangan hidup yang paling konstan. Sejak kecil kita sudah terus ditantang untuk mencari-cari alasan. Air tumpah di lantai? \'\'Gelasnya jatuh sendiri!\'\' Tidak mengerjakan PR? \'\'Bukunya dibuang Mama.\'\' Semakin bertambah usia, seharusnya semakin pintar pula kita mencari-cari alasan. Dan semakin bertambah usia, seharusnya semakin pintar pula kita menilai alasan-alasan yang diberikan orang. Sahabat kuliah saya pernah berkelakar: \'\'Orang tua kita seharusnya pintar, tapi tetap saja berkali-kali berhasil kita kelabui. Jadi, kita ini seharusnya lebih pintar ketika kelak punya anak seusia kita sekarang. Tapi belum tentu juga sih, anak-anak kita kelak pasti akan jauh lebih pintar lagi dalam mengelabui kita...\'\' Banyak orang yang sampai tua pun selalu cari-cari alasan. Padahal, ketika kita makin matang dan dewasa, kadang kita makin kehabisan energi untuk cari-cari alasan. Menurut saya, mereka yang kemampuannya tidak berkembang, akan selalu cari-cari alasan. Mereka yang mampu berevolusi lebih jauh akan melakukan sesuatu yang berbeda. Nah, apa evolusinya? Kalau ingin melakukan sesuatu yang kira-kira tidak disetujui orang atau keluarga, lalu kita harus bagaimana? Mungkin, satu cara adalah tabrak saja. Seperti kata slogan Nike, just do it! Wkwkwkwkwk... Pernah suatu waktu, seorang sahabat menelepon pagi-pagi. \'\'Azrul, aku barusan book empat slot untuk bersepeda (bersama orang-orang top, Red) di Colorado. Harus ambil keputusan hari ini, kalau tidak slotnya habis,\'\' katanya. Ingat, ucapan itu bukan mengajak. Melainkan sudah fait accompli. Sudah dibayar, harus berangkat. Buat saya, mungkin agak lebih mudah untuk bicara ke istri tentang keberangkatan ini. Tapi, saya tahu persis sahabat saya itu tergolong yang sulit dapat izin keluar. Saya tanya ke dia: \'\'Kamu sudah minta izin istri?\'\' Jawaban dia, adalah jawaban paling genius dan spektakuler. Jawaban seseorang yang memang sangat pintar, lulusan salah satu universitas terbaik di Amerika. \'\'Lebih gampang minta maaf daripada minta izin,\'\' begitu ucapnya. Jawaban yang superkeren, bukan? Wkwkwkwkwkwk... Dia tidak cari-cari alasan. Walau kejujuran bisa membuat orang sebal, wkwkwkwk... Pada akhirnya, kami memang pergi. Mengajak dua lagi teman dekat. Salah satunya menyetujui sambil memohon agar kita semua tidak mem-posting rencana ini dalam bentuk apa pun. \'\'Aku ingin istriku nanti mendengarnya langsung dari aku sendiri,\'\' katanya. Pada dasarnya, kami semua pede tidak akan ada masalah. Toh, kami memang hobi bersepeda, dan orang yang hobi bersepeda biasanya sangat menjaga kondisi badan. Lebih sering bangun pagi-pagi dari­pada pulang pagi-pagi (paham?). Dan di usia yang semakin bertambah, dengan kesibukan yang semakin bertambah, semakin sulit pula untuk menjaga pertemanan, apalagi mencari teman baru. Kalau sudah begini, memang tidak perlu lagi ada alasan-alasan. Baru-baru ini, ada seorang teman yang sangat ingin ikut kita touring gila-gilaan, bersepeda 300 km dalam sehari. Dan itu bakal sejak sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam. Teman ini tergolong yang muda, usia belum 30 tahun. Dia bingung, ingin sekali ikut rombongan kami, tapi khawatir dimarahi orang tuanya (karena dia harus membantu menjaga usaha orang tua). Kami pun tidak mengajarinya untuk cari-cari alasan, apalagi pergi tanpa izin. Kami memilih untuk mengajarinya berlogika, lalu menyampaikan logika itu kepada orang tuanya. Logikanya adalah: \'\'Kalau kamu tidak ikut touring, maka yang tidak happy ada dua pihak. Kamu tidak happy, teman-teman kamu tidak happy. Tapi, kalau kamu ikut touring, maka yang tidak happy hanya satu pihak, yaitu orang tua kamu.\'\' Pelajaran logika tidak berhenti sampai di situ. \'\'Kalau kamu dan teman-temanmu tidak happy, maka kamu bisa kehilangan teman. Dan dalam hidup ini, makin lama makin sulit mencari teman. Tapi, kalau orang tuamu tidak happy, paling marahnya hanya sebentar. Karena kamu tidak akan pernah dipecat menjadi anak.\'\' Wkwkwkwkwk... Akhirnya dia memilih ikut... Kesimpulannya, Mas-Mas dan Bapak-Bapak, apakah Anda masih pada level cari-cari alasan? Kalau memang ingin melakukan sesuatu dan itu cenderung positif tidak menyakiti orang (menyakiti diri sendiri tidak apa-apa), ya mungkin tidak perlu cari-cari alasan. Just do it. Bagaimanapun, minta maaf jauh lebih gampang daripada minta izin... (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: