Bank Masih Andalkan Pendapatan Komisi
JAKARTA – Perbankan masih sedikit mengalami kendala likuiditas. Terbatasnya penyaluran kredit juga mengakibatkan Rasio Loan To Deposit (LDR) tumbuh stagnan. Pada Maret lalu, rasio simpanan dan kredit perbankan mencapai 88,9 persen. Artinya, rasio LDR tumbuh tipis daripada Maret 2016 sebesar 87,58 persen. Sementara itu, secara month-to-month, LDR pada Februari dan Januari 2017 masing-masing tercatat 88,89 persen dan 94,18 persen. Pada Maret 2017, kredit perbankan tumbuh 9,24 persen, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 10,02 persen (yoy). Mayoritas DPK berasal dari dana mahal, yakni deposito bertenor satu hingga tiga bulan. Kontribusi dana jangka pendek tersebut mencapai sekitar 70 persen dari total DPK, sedangkan kontribusi deposito bertenor lebih dari enam bulan sekitar 14 persen. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Suprajarto menuturkan, likuiditas saat ini memang cukup ketat. ”Karena DPK agak ketat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi harapan kami. Kalau pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, likuiditas bisa longgar,” katanya. LDR BRI pada kuartal I 2017 sebenarnya cukup tinggi, yakni mencapai 92 persen. Namun, mantan wakil direktur utama BNI itu menilai masih ada kesulitan dalam ekspansi kredit karena keterbatasan DPK. Dengan DPK yang tumbuh 9 persen dan kredit yang tumbuh 16 persen, perlu ada kenaikan dana murah agar DPK terus tumbuh tanpa menambah beban biaya dana (cost of fund). ”Harapan saya, pemerintah memberikan relaksasi lagi ya. Misalnya, dana-dana offshore di luar negeri bisa diperhitungkan dalam LFR (loan to funding ratio). Sebenarnya kalau dari sisi kredit, permintaan itu masih banyak, hampir di semua sektor,” papar Supra. Direktur Retail Banking PT Bank Permata Tbk Bianto Surodjo menambahkan, pihaknya saat ini masih berfokus pada pembenahan kredit macet. Karena itu, wajar jika LDR masih rendah. Secara umum, rasio non-performing loan (NPL) emiten berkode saham BNLI ini sudah menurun, dari 8,8 persen pada Desember 2016 menjadi 6,4 persen pada Maret 2017. Penyaluran kredit pun turun 22 persen, sedangkan DPK turun 7 persen. ”LDR 75 persen karena kami hati-hati dan masih fokus pada penjualan sebagian portofolio NPL. Nanti kalau sudah lebih baik kondisinya, kredit tumbuh lebih baik lagi,” terang Bianto. Serupa dengan BRI, anak usaha Astra Internasional itu berupaya meningkatkan DPK, terutama dari dana murah. Meski DPK tercatat menurun, current account saving account (CASA) perseroan mampu mencatat pertumbuhan 13 persen pada kuartal I lalu. Dalam rencana bisnis bank (RBB) 2017 yang diserahkan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), beberapa bankir memproyeksi sampai akhir 2017 LDR perbankan berada di angka 94,18 persen atau naik dari LDR 2016 sebesar 93,09 persen. Ekonom Bank Mandiri Andri Asmoro menuturkan, perbankan masih mempunyai ruang untuk penyaluran kredit dan menjaga likuiditas. Namun, harus diakui, kredit tidak akan bisa menjadi bisnis yang terlalu diandalkan. Meski potensi dana murah masih besar, bank harus mendorong transaksi dari pemilik dana agar laba terus berjalan meski LDR bisa tumbuh terbatas. ”Kartu kredit susah, kredit ke otomotif juga susah. Akhirnya bank harus perbesar transaksi supaya ada fee based income (pendapatan komisi, red),” ujarnya. (rin/c25/noe)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: