Depresi Putus Cinta dan Lumpuh, Sanirah Dikurung di Gubuk Reot

Depresi Putus Cinta dan Lumpuh, Sanirah Dikurung di Gubuk Reot

KUNINGAN- Sanirah (42) warga RT/RW 02, Dusun Tarikolot, Desa Kertawangaunan, Kecamatan Sindangagung, terpaksa harus menempati gubuk reot layaknya kandang kambing. Itu karena itu mengalami depresi dan kelumpuhan selama hampir 25 tahun. Di gubuk berukuran 3x4 meter yang dibuatkan ayahnya di belakang rumah tersebut, Sanirah hanya bisa berbaring dan sekali-kali duduk sambil bersandar ke dinding bambu yang selama ini menjadi teman setianya. Terkadang teriakan dan makian terlontar dari mulut putri keempat pasangan Sarda (65) dan Masni (70) tersebut hingga mengejutkan warga sekitar. Setiap hari Masni dengan setia menjenguk dan memberi makan serta membersihkan kotoran anak perempuannya tersebut dengan tulus. Meski sesekali menjadi sasaran umpatan sang anak, namun Masni dengan sabar melayani setiap kebutuhan Sanirah agar bisa bertahan hidup. \"Kami terpaksa mengurung Sanirah sejak dia masih berusia 18 tahun karena depresi. Dia sering mengamuk dan merusak perabotan rumah sehingga kami khawatir dia melukai warga sekitar, sehingga terpaksa kami mengurungnya di gubuk ini,\" kata Masni kepada radarcirebon.com. Diceritakan Masni, depresi berat yang dialami Sanirah diduga karena kisah asmaranya dengan seorang laki-laki kandas di tengah jalan. Hal ini pun berakibat pada sikap Sanirah yang menjadi sering melamun dan kerap mengamuk. Berbagai metode pengobatan telah dilakukan orang tua Sanirah mulai dari pengobatan medis hingga tradisional. Namun upaya tersebut tak membuahkan hasil, sehingga karena persoalan ekonomi menyebabkan dia memutuskan untuk mengurus Sanirah di rumah seadanya. \"Terpaksa kami mengurung Sanirah agar dia tidak keliaran kemana-mana dan mengganggu warga sekitar. Namun entah kenapa, lama-kelamaan dia mengalami kelumpuhan hingga akhirnya sekarang dia tidak bisa berjalan,\" ujar Masni. Masni mengaku sangat berharap ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten Kuningan atas kemalangan yang dialami putrinya tersebut. Diakui, karena keterbatasan informasi dia tidak mengetahui harus kemana dan bagaimana agar bisa mendapatkan bantuan untuk bisa menyembuhkan anaknya agar bisa hidup normal seperti sedia kala. \"Saya hanya bisa pasrah dan mendoakan yang terbaik untuk anak saya. Jika memang ada bantuan dari pemerintah, saya akan sangat berterimakasih,\" harap Masni. (fik)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: