Akui Ada PSK di Pasar Darurat

Akui Ada PSK di Pasar Darurat

 Satpol PP Tak Bisa Bongkar, Keputusan Ada di Disperindag WERU- Praktik mesum di ratusan kios atau pasar darurat Pasar Pasalaran tak terbantahkan. Tak hanya keberadaan pekerja seks komersial (PSK), lokasi pasar yang semula dibangun Disperindag Kabupaten Cirebon untuk menampung para pedagang Pasar Pasalaran itu juga menjadi lahan subur bagi para waria. Kabid Trantib Satpol PP Kabupaten Cirebon Kusaeri MSi mengungkapkan, pihaknya dan Polres Cirebon serta Kodim 0620 Sumber pernah menggelar operasi tengah malam atau sekitar pukul 23.00. Hasilnya, mereka mendapati PSK yang sedang mangkal, diduga hendak mencari pasangan kencan. “Razia itu kamu lakukan sepekan lalu. Kami berhasil mendapatkan dua orang PSK. Saya akui di sana juga banyak waria. Ketika kami gerebek, mereka semua lari,” tutur Kusaeri, kemarin. Kusaeri menambahkan, tempat yang dibiarkan kosong tersebut sangat mungkin dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. “Kalau tidak dikontrol, pasti bisa dimanfaatkan. Untuk membongkarnya, kita tidak bisa. Leading sektornya sendiri (Disperindag, red) belum ada perintah,” jelasnya. Terpisah, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Drs H Zainal Arifin MSi mengatakan pihaknya sudah melakukan antisipasi berupa pengamanan. Soal pembongkaran, dia menegaskan tak mungkin dilakukan sebab pasar darurat merupakan bukti dan bentuk fisik anggaran yang telah dipakai. “Kita tidak bisa membongkarnya, kan itu merupakan bentuk fisik. Kalau dari Inspektorat dan BPK ingin memantau bagaimana? Jadi nanti setelah renovasi Pasar Pasaran selesai, pasti dibongkar,” ungkapnya kepada Radar. Zainal juga memohon kerja sama dan koordinasi masyarakat untuk tetap memantau dan mengawasi pasar darurat. “Saya juga pernah mendengar itu (praktik mesum, red), makanya saya mohon bantuan masyarakat untuk terus memantau dan melaporkan kepada kami jika ada hal seperti itu. Kan tahu sendiri, mereka-mereka ini (PSK dan waria, red) lebih pintar dari pada petugas keamanan,” ujar Zainal. Salah satu warga setempat, Usman, merasa prihatin karena tempat itu telah berubah fungsi. “Di sini jadi tempat kedua setelah Gronggong. Ya, bagi pasangan mesum dan banci mah senang ada tempat beginian, kayak surga. Makanya Satpol PP dan Disperindag harus cepat ambil tindakan,” tandasnya. Persoalan pasar darurat hampir tidak ada habisnya. Sejak dibangun, proyek ini ditolak mentah-mentah oleh para pedagang. Meski demikian, Disperindag tetap membangunnya dengan anggaran sebesar Rp751 juta. Belakangan, tak ada pedagang yang mau pindah. Pedagang justru membangun kios sendiri di area pakir sehingga mengganggu arus kendaraan. (via)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: