Ketika Peserta Asian Youth Day Menjajal Kebudayaan Cirebon

Ketika Peserta Asian Youth Day Menjajal Kebudayaan Cirebon

Selama tiga hari berbagi dan berkumpul bersama. Perkumpulan anak muda dengan berbagai latar belakang negara itu mencoba mencicipi kebudayaan di Cirebon. LAPORAN: NOVRILA MAYANG PANGESTI, Lemahwungkuk \"HAVE a wonderful day in Cirebon, I believe how beautiful culture in here. My favorite still about traditional food of Cirebon. Makanan enak, saya suka,\" ujar salah satu peserta asal Timor Leste, Estonia Maria Madalena, menceritakan kesannya berkunjung ke Kota Cirebon. Sayup-sayup terdengar obrolan aktif dalam Linas Batik Kanoman pagi itu. Tawa riang dan obrolan hangat pun akrab di telinga. Iya saja, perkumpulan anak muda Katolik dengan cakupan Asia itu sedang beramah tamah dengan kebudayaan yang ada di Cirebon. Asian Youth Day 2017 namanya. Perkumpulan generasi muda Katolik Asia tersebut menjadi ajang kegiatan tiga tahunan yang digelar ke tujuh kalinya. Acara tiga tahunan itu berisikan perkumpulan generasi muda Katolik lintas negara. Khusus di Indonesia, kali ini sudah ketujuh kalinya digelar. Koordinator Panitia Lokal Cirebon dan Cigugur, Edo Saputra mengatakan, kegiatan tersebut mengumpulkan generasi muda di wilayah Asia. Nantinya akan disebar di berbagai keuskupan di Indonesia. Untuk wilayah Jawa Barat, Keuskupan Bandung yang mengordinir kegiatan ini. \"Istilahnya Keuskupan Bandung memilih Cirebon dan Cigugur sebagai tempat peziarahan mereka,\" ujarnya. Keuskupan sendiri diibaratkan sebuah provinsi yang dimana menaungi Paroki sebagai kota/kabupatennya. Sehingga Keuskupan Bandung yang diibaratkan provinsi tersebut menaungi Paroki di wilayah Jawabarat termasuk dengan Cirebon. Khusus di Cirebon, Paroki St Yosef dan Bunda Maria yang mendapatkan kesempatan mengikuti kegiatan ini. \"Beruntungnya kami mendapatkan peserta asal Asia seperti Taiwan dan Timor Leste,\" tambahnya. Selama tiga hari berada di Cirebon, para peserta tersebut disibukan dengan berbagai agenda menarik. Terbagi dalam tiga event, yang pertama peserta diajak untuk live ini atau menginap dengan keluarga angkat masing-masing selama tiga hari dua malam. \"Saat live in sejak tanggal 30 Juli sampai 1 Agustus, peserta diajak untuk melihat dan merasakan kehidupan iman di keluarga angkat masing-masing,\" tuturnya. Kemudian agenda dilanjutkan dengan berkumpulnya seluruh peserta di Indonesia di Jogjakarta mulai tanggal 2 Agustus hingga 7 Agustus. Nantinya, peserta akan diajak untuk mengikuti berbagai kegiatan seperti seminar, gathering dan mengunjungi spot tertentu. Setelah itu barulah event ini ditutup dengan Misa Penutupan pada tanggal 6 Agustus di Lapangan Udara Sekolah Angkatan Udara Adi Sucipto. Di sana akan ada sekitar 5 ribu orang yang di dalamnya sudah termasuk peserta dan masyarakat yang mengikuti misa penutupan ini. Di Cirebon, para peserta tersebut diajak untuk mengenal kebudayaan Kota Cirebon seperti batik dan keraton. Alhasil, banyak peserta yang merasa antusias dengan agenda yang dilaksanakan tersebut. \"Di Cirebon, kami berdiskusi dengan pemuda lintas iman tentang toleransi di sini. Setelah itu kami juga ke keraton lihat Tari Topeng Kelana dan Sintren, yang terakhir acara membatik,” tutur Edo. Untuk kegiatan membatik, peserta diajak ke ”dapur” Linas Batik Kanoman milik Indrawati. Salah satu peserta, Yopi mengungkapkan pengalamannya berkumpul bersama dengan teman-temannya dari berbagai negara Asia. \"Mengesankan sekali bisa bertemu dengan teman-teman muda ini. Saya jadi tahu bagaimana ketertarikan mereka terhadap budaya kita. Teman-teman dari luar negeri ini mereka sangat antusias dengan spot baru di Cirebon khususnya,\" ucap peserta asal Cirebon itu. Sementara itu, Pemilik Linas Batik Kanoman, Indrawati mengaku senang dengan antusiasme peserta Asian Youth Day yang berkunjung ke rumah batiknya itu. Terlebih lagi, peserta asal luar negeri yang juga terlihat antusias terhadap batik sebagai warisan negara ini. Menurutnya, membatik bukan hanya sekedar seni. Melainkan karya yang berasal dari hati yang perlu dan wajib untuk tetap dilestarikan. \"Saya sendiri sudah generasi keempat di Linas Batik ini. Bangga dengan batik karena ini merupakan warisan turun temurun yang harus dilestarikan. Membatik pun haruslah lahir dari hati agar keindahannya terasa murni,\" ungkapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: