Yang Minat Buruan Daftar, Pemprov Jabar Luncurkan Program SMA Terbuka Gratis
INDRAMAYU- Menggenjot Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMA, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan meluncurkan program SMA Terbuka di sejumlah Kecamatan di Kabupaten Indramayu. Salah satunya di Kecamatan Haurgeulis. Dikelola oleh SMAN 1 Haurgeulis, tahapan program SMA Terbuka mulai melaksanakan penjaringan calon murid baru melalui pembukaan pendaftaran peserta didik tahun pelajaran 2017/2018. “Sosialisasinya sudah dilaksanakan, sekarang SMA Terbuka sedang membuka pendaftaran calon siswa baru. Tidak ada batasan kuota, target calon peserta didiknya sebanyak mungkin,” kata Kepala SMAN 1 Haurgeulis, Drs Asep Ramli MSi kepada Radar. Di Kabupaten Indramayu sendiri terdapat 7 SMA Terbuka yang tersebar di sejumlah kecamatan. SMAN 1 Haurgeulis dipercaya sebagai sekolah induk. Program SMA Terbuka ini diluncurkan agar anak-anak usia sekolah tidak putus di tengah jalan karena tidak tidak dapat melanjutkan pendidikan di sekolah secara reguler. Apalagi berdasarkan data yang ada, jumlah anak usia 16–21 tahun yang tidak melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah (SM) di Jawa Barat cukup tinggi. Terbukti Angka Partisipasi Kasar (APK) SM baru mencapai 76,62 persen atau secara nasional APK Sekolah Menengah Jawa Barat berada di posisi kedua dari bawah setelah Provinsi Papua. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat merencanakan target capaian APK SM pada akhir tahun 2018 sebesar 90,18 persen melalui berbagai strategi dan program. Salah satunya SMA Terbuka yang dapat menjadi alternatif layanan pendidikan. Keberadaan SMA Terbuka untuk menampung tamatan SMP/MTs dan atau sederajat, karena mengalami berbagai kendala sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMA. Namun berbeda dengan program Paket C yang untuk segala umur. Sasaran calon peserta didik baru di SMA Terbuka adalah mereka yang berusia dari 16 tahun sampai 24 tahun. “Yang sudah menikah, punya anak, janda, duda boleh daftar. Gratis. Tidak ada biaya pendaftaran, biaya gedung, DSP bulanan, malah dikasih buku-buku sama modul,” terang dia. Adapun teknis pembelajaran tidak ubahnya seperti kuliah di Universitas Terbuka (UT), seminggu dua kali pembelajaran dengan sistem tatap muka, selebihnya belajar mandiri. Sedangkan untuk pembelajaran dengan cara tatap muka, lokasi Tempat Kegiatan Belajar (TKB) fleksibel dan bisa berpindah-pindah atau di sekolah induk. Nanti ada pendampingi yaitu guru sekolah induk, guru utama, guru kunjung, guru pamong dan ada guru koordinator yang mengelola TKB. “Ini kesempatan bagus, kita mengajak semua pihak untuk ikut progam ini. Untuk peningkatan SDM, supaya masyarakat Indramayu nantinya minimal lulusan SMA sederajat semua,” ajaknya. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: