Impor Datang, Harga Garam di Tingkat Petani Langsung Anjlok

Impor Datang, Harga Garam di Tingkat Petani Langsung Anjlok

CIREBON - Harga garam krosok di tingkat petani dan penggarap lahan anjlok. Jika sebelumnya pada minggu kemarin sempat menyentuh harga Rp2,700 hingga Rp3.000 perkilogramnya, kini harga garam hanya sekitar Rp1.000 sampai Rp1.500 perkilo. Anjloknya harga garam disebabkan semakin banyaknya stok garam akibat waktu panen petani yang nyaris bersamaan, sehingga produksi garam meningkat drastis. Hal lainnya adalah mulai datangnya garam impor yang masuk ke Indonesia, sehingga membuat pembeli atau pemain-pemain garam menahan harga akibat khawatir harga garam bisa langsung anjlok. “Minggu kemarin masih mahal, sekarang perkiraan harga Rp1.500. Bahkan karena saking tak ada pembeli, kadang kita jual juga meskipun Rp1.000,” ujar salah satu petani garam Heri (35) warga Desa Bendungan, Kecamatan Pangenan saat ditemui Radar, kemarin. Diterangkan Heri, yang saat ini membuat petani kalut adalah garam petani yang tidak laku. Bahkan sudah seminggu terakhir, jarang sekali ada penimbangan (pembeli yang datang dan langsung menimbang garam-red). Akibatnya garam-garam menumpuk di gudang dan tidak bisa dijual. “Dijual 1000 juga tidak ada yang beli, bandar-bandar dan tengkulak lagi nahan harga, karena khawatir kalau tiba-tiba turun. Ini kan salah satunya  akibat datangnya garam impor, kondisi begini jelas menyiksa petani,”imbuhnya. Sedari awal, pihaknya memang menolak jika pemerintah harus melakukan impor. Seharusnya sebelum melakukan impor, pemerintah hendaknya menyiapkan system dan tata cara distribusi garam yang baik sehingga tidak merugikan petani lokal. “Tidak sedikit petani garam yang memundurkan waktu panennya karena tidak memiliki gudang. Sementara jika dipaksa panen, para bandar dan tengkulak serta pemilik gudang tidak berani membeli, karena khawatir harga garam langsung turun,” paparnya. Sementara itu, perangkat Desa Rawaurip yang juga petani garam, Sabri kepada Radar mengatakan, saat ini harga garam di Desa Rawaurip sekitar Rp1.200. Namun harga tersebut tidak bisa dijadikan patokan karena permasalahan yang sama dengan petani lainnya. Banyak bandar dan pengepul garam menahan harga, bahkan tidak membeli garam untuk sementara waktu, karena harga yang terus menurun setiap harinya. “Setiap hari turun dua ratus rupiah. Ini Rp1.200 juga belum ada yang beli. Kalau tetap tak ada yang beli, ya kita jual murah lagi, tapi mudah-mudahan tidak turun lagi,” ungkapnya. (dri)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: