Ribuan Pusaka Penuh Mistis di Museum Keraton Kasepuhan
MUSEUM pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon diresmikan pada bulan Juni lalu. Bangunan baru berwarna serba putih dengan konsep modern, menampilkan sebanyak 2.000 item benda pusaka. Tidak hanya mengenalkan sejarah bangsa lampau di Cirebon, namun beberapa koleksi merupakan peninggalan bangsa Portugis, Tiongkok, Belanda, Jepang, hingga beberapa peninggalan sejarah nusantara. Sultan Kasepuhan Cirebon Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat tidak hanya memajang benda pusaka yang sebelumnya terpajang di area keraton. Namun, sejumlah benda pusaka lama dari kamar pusaka yang tidak pernah diperlihatkan sebelumnya, kini terpajang rapi di dalam museum baru. “Ada baju putrid Ong Tin Nio, baju Sunan Gunung Jati, dan senjata Sunan Gunung Jati,” ujarnya. Sultan mengatakan, benda-benda yang berada di dalam museum adalah peninggalan zaman Padjajaran dan Fatahilah saat menggempur Portugis di Sunda Kelapa. Ada juga peninggalan Sunan Gunung Jati, Panembahan Ratu, hingga era kesultanan mulai dari Sultan Sepuh I hingga XIV. Ada pula ruang pusaka khusus Sunan Gunung Jati abad ke-15. “Ada piring-piring zaman Wali Songo, yang biasa kita keluarkan waktu Panjang Jimat,” tuturnya. Museum ini, lanjut Sultan, termasuk yang termodern di Indonesia. Difasilitasi dengan kamera CCTV, enam pendingan ruangan, audio visual, 55 lemari lengkap dengan pencahayaan, ruang cendera mata, hingga cafetaria. Pihaknya akan terus melakukan upaya-upaya pelengkapan fasilitas. “Ini semua demi meningkatkan kunjungan wisatawan,” ucapnya. Saat ini, rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Keraton Kasepuhan setiap bulannya mencapai 20.000 pengunjung di luar long weekend dan tidak termasuk acara Muludan. Pihaknya memiliki target pengunjung dengan adanya Meseum Pusaka Keraton, yakni bisa mencapai 30.000 orang per bulannya. Untuk masuk museum ini, pengunjung membayar Rp25 ribu. “Biaya tersebut untuk pemeliharaan,” katanya. Sultan berharap, dengan adanya Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon, masyarakat dapat meneladani sejarah. “Museum ini dipersembahkan untuk bangsa dan negara. Kita ada karena leluhur kita ada. Rawatlah peninggalan pusakanya, tauladani gemilang sejarahnya,” harapnya. (mik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: