Makam Arafat Dibongkar
Setelah 8 Tahun Tewas, Diduga Dibunuh dengan Zat Radioaktif Polonium RAMALLAH – Untuk penyelidikan kasus dugaan pembunuhan, pemerintah Palestina mulai membongkar makam Yasser Arafat, Selasa (13/11). Proses tersebut akan berlangsung beberapa tahap dan akan memakan waktu hingga 15 hari. ’’Hari ini (kemarin) mereka mulai membongkar beton dan batu-batuan di makam Arafat. Pekerjaan tersebut akan berlangsung selama hampir 15 hari,’’ ungkap sumber di kalangan keluarga Arafat yang enggan disebut identitasnya. ’’Ada beberapa tahap yang berlangsung,’’ tutur sumber itu merujuk pada proses pembongkaran makam menjelang kedatangan tim ahli forensik dari Prancis, Swiss, dan Rusia. Mereka akan memeriksa jenazah presiden pertama Otoritas Nasional Palestina itu yang diduga tewas karena diracun dengan zat radioaktif polonium. Sumber tersebut menambahkan, setelah membongkar beton dan batu-batu, para pekerja akan memotong kerangka besi makam hingga sampai tanah yang menutupi jenazah Arafat. Tetapi, jenazah tidak akan dikeluarkan sebelum tim ahli tiba. Sejak Senin lalu (12/11), makam Arafat yang berada di Muqata (kompleks kantor presiden Palestina) di Ramallah, Tepi Barat, telah disterilkan dari publik. Area itu ditutupi terpal biru menjelang dibongkar. Warga juga tidak boleh berziarah untuk sementara waktu. Proses pengambilan sampel jenazah diperkirakan bakal dilakukan akhir bulan ini. Sebab, tim ahli dari Prancis dan Swiss baru akan tiba pada 26 November nanti. ’’Karena kedudukan dan status Arafat, dengan alasan apapun, tidak seorang pun diizinkan untuk memotret jenazahnya saat pengambilan sampel,’’ terang sumber tersebut. Ketika Arafat wafat pada usia 75 tahun di sebuah rumah sakit militer Prancis dekat Paris pada 11 November 2004, tim dokter tak mampu mengungkap penyebab kematiannya. Banyak rakyat Palestina pun meyakini bahwa tokoh yang akrab dipanggil Abu Ammar itu diracun Israel. Pemerintah Prancis mulai membuka penyelidikan kasus dugaan pembunuhan Arafat setelah jaringan televisi berita Al-Jazeera menyiarkan hasil investigasi tim ahli Swiss soal penemuan radioaktif jeniz polonium tingkat tinggi pada sejumlah barang dan pakaian Arafat. Saat berbicara dalam peringatan delapan tahun wafatnya Arafat Minggu lalu (11/11), Presiden Palestina Mahmud Abbas mengungkapkan bahwa Rusia juga akan membantu penyelidikan. Tapi, dia tidak menjelaskan secara detil. ’’Kami berharap fakta baru akan ditemukan untuk kami kabarkan kepada rakyat,’’ katanya. Penyelidikan baru itu, lanjut Abbas, lebih besar dan penting daripada investigasi yang didukung Al-Jazeera. Polonium merupakan zat racun yang sangat jarang sekali ditemukan di luar militer dan ilmu pengetahuan. Polonium pernah digunakan untuk membunuh mantan agen rahasia Rusia yang berubah menjadi pengritik Kremlin, Alexander Litvinenko. Dia tewas pada 2006 setelah meminum teh yang sudah dicampur zat mematikan itu di sebuah hotel di London. Penyelidikan kasus pembunuhan Arafat dimulai Prancis akhir Agustus lalu atas permintaan janda Arafat, Suha Tawil Arafat. Namun keputusan itu berbuntut perpecahan pendapat di kalangan keluarga Arafat. Keponakan Arafat, Nasser al-Qidwa, Sabtu lalu (10/11) mengecam rencana penggalian makam dan menyebutnya sebagai ’’gagasan buruk’’. (AFP/cak/dwi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: