2 Anak Korban Amukan Ayahnya Makin Membaik
CIREBON- Eka Galuh Saputra (5) dan Guntur (3) terus membaik. Keduanya yang menjadi korban dari amukan sang ayah, Agus (38), hingga kemarin masih berada di RS Mitra Plumbon. Dirut RS Mitra Plumbon dr Herry Septijanto mengatakan dua balita itu sudah terlihat membaik. Herry sendiri tak memberikan keterangan lebih jauh karena alasan privasi pasien. “Kedua korban masih perlu penanganan intensif. Masih agak lemah, tapi sudah lebih baik. Hanya sampai di situ yang bisa saya sampaikan. Kita menghargai keluarga korban yang masih berkabung,” kata Herry saat dijumpai Radar, kemarin. Sementara itu, rencana pendampingan korban oleh tim trauma healing juga belum dilakukan. Masih menunggu pasien sembuh. Tim trauma healing ini disiapkan oleh Polres Cirebon. “Karena korban masih jalani perawatan intensif. Yang terpenting semua korban sembuh dulu. Kalau sudah sembuh di rumah sakit, baru pendampingan dari tim trauma healing,” ujar Kapolres Cirebon AKBP Risto Samodra melalui Wakpolres Kompol Wadi Sa’bani, kemarin. Sementara terkait Agus, wakapolres mengatakan belum ada perubahan berarti. Pelaku masih tetap diam hingga belum bisa dimintai keterangan oleh penyidik. “Kalau kita lihat kondisinya juga memprihatinkan. Setiap hari pelaku hanya meracau tidak jelas. Saat ditanya juga banyak diam. Sehingga sejauh ini memang belum bisa dilakukan pemeriksaan,” kata Wadi. Seperti diberitakan, perilaku aneh Agus akhirnya memakan korban jiwa. Ibu kandung Agus bernama Sumarni (64), dan istrinya Rawiyah (33), ditikam hingga meregang nyawa. Peristiwa itu terjadi di rumah di Blok Sijaba RT 02 RW 04, Pesalakan, Kecamatan Sumber, Sabtu malam (2/9) sekitar pukul 23.30. Dua anak Agus juga terluka parah karena ditikam. Yakni Guntur (3) dan Eka Galuh Saputra (5). Korban luka lainnya adalah pasutri pemilik rumah Reni (35) dan Lili Suhada (35). Reni sendiri adalah kakak kandung korban tewas Rawiyah. Selama ini Agus dan Rawiyah serta dua anak mereka memang numpang tinggal di rumah Reni dan Lili. Warga mengakui gelagat Agus tak seperti biasanya. Dia kerap membawa pisau. Pisau itulah yang digunakan untuk mengabisi keluarganya. Warga Pesalakan, Maryono, mengaku malam itu sempat nongkrong tak jauh dari rumah Agus. Sekitar pukul 22.00, kata Yono- panggilan akrab Maryono-, tak ada tanda-tanda keributan dari dalam rumah. Hingga akhirnya ketika malam kian larut, sekitar pukul 23.30, suara histeris dari dalam rumah membuatnya terkejut. “Saya dan warga lainnya langsung coba masuk, tapi pintu terkunci. Saat warga makin banyak, akhirnya dengan dibantu oleh Pak RT, kami pun mendobrak pintunya,” cerita Yono. Begitu pintu rumah didobrak, sambung Yono, pelaku sudah mengarahkan senjata tajam ke arah warga. “Kami semua berusaha menghindar supaya tidak jadi korban. Dengan berbagai cara, warga mengepung, akhirnya berhasil dijatuhkan dan diamankan lalu diserahkan ke Polsek Sumber,” ujar Yono. Yono mengaku sudah curiga dengan gelagat Agus. Tiga hari sebelumnya, sambung Yono, Agus sering membawa pisau. Bahkan Yono sempat melihat Agus mengasah pisau itu. Yono tak menyangka pisau itulah yang digunakan Agus menghabisi keluarganya. Polisi menyita pisau sepanjang 25 cm beserta sarung warna hitam, pakaian korban yang penuh darah, serta seprei dan selimut. Dan yang menarik, ditemukan sebuah catatan amalan pesugihan. Di akhir catatan amalan itu, tertulis harus dibacakan 1.000 kali. (arn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: