Musim Kemarau Pendek, Petani Garam Gagal Panen

Musim Kemarau Pendek, Petani Garam Gagal Panen

  CIREBON - Hampir seluruh lahan tambak di Kabupaten Cirebon mengalami gagal panen. Hal ini terjadi setelah hujan deras turun hampir merata selama beberapa hari terakhir. Akibatnya, para petani garam yang beberapa hari terakhir menunggu hasil panen dari tambak garamnya, terpaksa gigit jari. Padahal, para petani baru sekitar dua bulan melakukan produksi garam. Kini, akibat kemarau pendek tersebut, diprediksi harga garam akan kembali naik karena stok garam yang ada saat ini terus menipis. Selain itu, harga garam juga diprediksi bakal ikut terkerek naik, seiring jarangnya produksi dan hujan yang mulai sering turun. “Prediksi kami, tahun ini kemarau akan sangat pendek, hanya akan berlangsung dua bulan. Sekarang sudah masuk musim rendeng (hujan, red). Produksi juga sudah mulai jarang seiring hujan yang sudah sering turun,” ujar Lukman Hakim, kuwu Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan saat dihubungi Radar, Rabu (27/9). Dikatakannya, produksi garam di Rawaurip nyaris lumpuh. Saat ini, yang tersisa hanyalah aktivitas petani garam yang mulai menjual stok simpanannya kepada tengkulak dan beberapa di antaranya masih mengangkut hasil panen terakhir yang belum sempat diangkut ke gudang. “Kalau untuk produksi sudah sulit ya. Selain sudah turun hujan, kadang cuaca juga sepanjang hari mendung. Padahal untuk memproduksi garam, butuh waktu yang tidak sebentar, tapi berhari-hari,” imbuhnya. Namun demikian, diakuinya, ketimbang musim-musim sebelumnya, tahun ini nasib petani lebih baik. Musim kemarau yang pendek terbantu dengan harga garam yang tinggi di awal-awal masa panen. “Untung awal panen harganya sempat tinggi, sekarang juga masih stabil. Ada yang delapan ratus dan ada yang seribu perkilonya. Ini sudah resiko petani. Kalau rezekinya masih ada, mudah-mudahan besok-besok masih ada panas, dan kita masih bisa panen lagi,” bebernya. Sementara itu, Kartim (50) salah satu petani garam Desa Rawaurip saat ditemui Radar mengungkapkan, saat ini sudah tidak ada lagi produksi garam di Desa Rawaurip karena terkendala soal cuaca yang mulai masuk musim penghujan. Padahal menurutnya, normalnya musim kemarau tersebut akan berlangsung selama 4 sampai 5 bulan setiap tahunnya. “Ini baru jalan dua bulanan sudah mulai hujan. Tahun ini berarti kemarau pendek. Kita pasrah, yang lain juga sudah tidak produksi, semuanya gagal panen. Hujan turun merata, tambaknya dikasih hujan sehari semalam, garamnya lebur lagi,” ungkapnya. Ditambahkannya, jika nanti sudah benar-benar masuk musim penghujan, dia akan menjadikan lahan tambak garam miliknya untuk sementara waktu dialihfungsikan menjadi tambak ikan atau tambak udang, agar tetap mendapat penghasilan. “Kalau tahun-tahun kemarin kita gunakan untuk tambak ikan bandeng, tahun ini juga kemungkinan sama,” pungkasnya. (dri)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: