Jalan Ampera Jadi Pusat Kuliner, Kaki Lima sampai Kafe Kian Menjamur

Jalan Ampera Jadi Pusat Kuliner, Kaki Lima sampai Kafe Kian Menjamur

Kehadiran rumah makan dan kafe kian menjamur. Salah satunya di Jl Ampera Raya. Kawasan ini bertransformasi sejak 1995. Dari kawasan permukiman menjadi pusat kuliner dari kaki lima sampai yang kekinian. BISNIS kuliner di Kota Cirebon tengah menggeliat. Kehadiran kedai kopi, rumah makan sampai usaha kuliner tradisional bermunculan di berbagai ruas jalan. Tapi, ada pemandangan menarik bila melintas di Jl Ampera Raya. Sebuah kawasan permukiman yang kini padat dengan hiruk pikuk parkir kendaraan terutama di jam makan siang dan akhir pekan. Kawasan ini sepintas mengingatkan dengan Jalan Prawirotaman di Jogjakarta. Jalan Ampera punya beberapa kemiripan. Sepanjang jalan ini yang tak sampai 1 kilometer, terlihat banyak kafe, kaki lima dan rumah makan yang berderet. Meski lebar jalan tak terlalu luas, hanya cukup dilewati dua mobil, nyatanya wilayah tersebut tidak henti-hentinya dari pecinta kuliner siang malam. Pagi sampai siang hari, rumah makan yang menghadirkan kuliner tradisional kerap dipenuhi pelanggan berperut kosong. Memasuki pukul 16.00 sampai malam hari, deretan kafe kekinian yang mendapat giliran pengunjung. Banjir pelanggan di jam-jam tertentu antara rumah makan kuliner tradisional dan cafe itu nyatanya sudah berjalan beriringan secara alamiah. Salah satu yang memilih Jalan Ampera sebagai lokasi bisnisnya untuk kuliner ialah D\'Forty Cafe. Didirikan empat owner, mereka bersepakat setelah mempertimbangkan bahwa lokasi ini cukup ramai dilalui masyarakat Kota Cirebon. Public Relation and Marketing D\'Forty, Tasha menuturkan, Jalan Ampera sebetulnya sebatas alternatif penghubung jalan utama. Atau kerap disebut jalan tikus. Tetapi, hal itu malah jadi nilai lebih untuk bisnis kuliner. \"Orang banyak yang lewat daerah sini, sekali dua kali mereka lewat, lama-lama mampir ke sini. Biar di sini banyak kafe dan rumah makan, semua sudah punya pelanggan masing-masing,” kata Tasha. Banyaknya kafe dan rumah makan di kawasan ini, membuat mereka punya cara sendiri untuk menarik pembeli. Sistem tak kenal maka tak sayang menjadi analoginya. Mula-mula hanya lewat, namun lama kelamaan menjadi pelanggan. Terlebih lagi tampilan kafe yang menarik bisa membuat orang pensaran untuk mampir. \"Kami memilih nuansa vintage yang kental. Kalau dilihat dari luar dibalut dengan dinding kaca agar terlihat suasana vintage dan garden yang kami tawarkan bersamaan,\" ujarnya. Bila sudah tertarik dengan tampilan, tinggal kualitas menu dan rasa yang perlu dimaksimalkan. Mengingat, kafe yang ada di Jalan Ampera ini perlu \'bersaing\' dengan rumah makan tradisional dan kafe lainnya. \"Biasanya kafe erat sekali dengan menu-menu ringan, namun kami tetap pertahankan rasa makanan dan minuman yang disajikan,\" tuturnya. Dari pantauan wartawan di lapangan, sedikitnya ada 22 bisnis kuliner di sepanjang Jl Ampera Raya. Dari sekian banyak pebisnis itu, ada satu yang paling ikonik. Bahkan, bisa dikatakan pioneer bisnis kuliner di kawasan itu. Siapa tak kenal Gado-gado Ampera? Usaha milik Hj Tati itu sudah bertahan 22 tahun lamanya. Pemiliknya bahkan tak menyangka, usahanya bisa langgeng dan tambah kesohor seperti sekarang ini. \"Dulu mah sendiri, belum ada yang lain seperti ini. Malah dulu di jalan ini sudah kayak kuburan, sepi, jarang ada orang lewat,\" katanya. Meski warungnya cukup sederhana, tapi pelanggannya selalu antre tiap harinya. Bahkan di akhir pekan, pembelinya banyak juga yang datang dari luar kota. Tati juga tak pernah menyangka, kawasan yang dulunya sepi itu bisa jadi seramai ini. Apalagi sampai hadir 22 usaha kuliner di jalan yang panjangnya tak sampai 1 kilometer itu. (novrila mayang pangesti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: