Diduga Konsumsi Makaroni, Puluhan Murid SDN Sumuradem 2 Keracunan
INDRAMAYU-Siswa keracunan jajanan terulang lagi. Kali dialami puluhan murid SDN Sumuradem 2, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Senin (4/12). Mereka diduga mengonsumsi makaroni yang diberi bumbu yang dibeli dari pedagang yang kerap mangkal di sekolah tersebut. Peristiwa itu diketahui saat para murid tengah belajar di kelas. Mereka tiba-tiba merasakan pusing dan mual, bahkan ada yang muntah-muntah. Guru yang melihat kondisi muridnya itu langsung membawanya ke Puskesmas Sukra. Kepala SDN Sumuradem 2, Edi Junaedi mengatakan ada 22 murid yang diduga keracunan setelah mengonsumsi jajanan makaroni. Para korban merupakan murid kelas 1 hingga IV. Menurutnya, pengalaman ini baru pertama kali terjadi disekolahnya. \"Anak-anak mengeluh kepalanya pusing dan perutnya mual-mual. Di antara mereka ada yang muntah muntah. Itu diketahui jam 09.00 WIB. Murid kami yang keracunan itu sebagian besar kelas IV,\" ujar Edi. Dokter jaga Puskesmas Sukra, dr Warnadi mengatakan dari hasil pemeriksaan para murid SD tersebut telah terintoksikasi yang diduga dari jajanan yang dikonsumsi. Mereka mendapatkan penanganan medis dengan diberikan cairan infus dan obat obatan. “Dari 22 pasien tersebut, 9 di antaranya sudah dipulangkan. Sementara yang 13 pasien masih membutuhkan perawatan,\" kata Warnadi. Sementara Kapolres Indramayu AKBP Arif Fajarudin SIK MH MAP melalui Kapolsek Patrol AKP H Mashudi SH MH mengatakan, pihaknya sudah mengamankan pedagang yang menjual jajanan jenis makaroni tersebut. Pedagang berinisial KS, warga Desa Sukra, itu tengah menjalani pemeriksaan. \"Dari keterangan KS, jajanan yang dijualnya itu dibeli dari seorang pedagang di Pasar Sukra. Pedagang yang di pasar tersebut juga kita amankan. Sementara barang bukti makanan berupa makaroni beserta bumbu-bumbumya sudah diamankan dan akan diuji di laboratorium guna memastikan apakah makanan tersebut mengandung racun atau tidak,\" ujar kapolsek. Peristiwa keracunan ini memantik reaksi UPTD Pendidikan Kecamatan Sukra. Pasca kejadian, para kepala SD serta guru langsung diinstruksikan untuk melakukan sweeping terhadap jajanan yang beredar di lingkungan sekolah. “Langsung kita warning para kepala SD dan guru untuk sweeping ke para pedagang keliling serta penjual makanan yang biasa mangkal di sekitar sekolah. Ini supaya kejadian serupa jangan merembet,” kata Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sukra, H Patoni SPd. Pasalnya, ungkap dia, kasus keracunan masal ini diketahui pelakunya adalah oknum pedagang keliling yang kerap mendatangi sekolah-sekolah. Keberadaannya kerap sulit dideteksi lantaran berpindah-pindah tempat. Patoni menegaskan, aksi sweeping ini bukan untuk melarang apalagi mematikan para penjual jajanan yang biasa mangkal disekitar lingkungan sekolah. Tapi lebih untuk mengedukasi agar mereka menyajikan makanan yang sehat bagi anak-anak sekolah. Sebab asupan makanan sehari-hari sangat berpengaruh pada kesehatan. Khususnya pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Bila anak-anak mengonsumsi jajanan tidak sehat yang mengandung bahan kimia berbahaya, maka tidak hanya bahaya bagi kesehatan fisik anak, namun juga akan mengancam tumbuh kembang otaknya. Terlebih dari pantauannya, sering melihat banyaknya para penjaja aneka makanan di lingkungan sekolah yang kurang memperhatikan kandungan gizi serta kebersihan lingkungan. Karena itu Patoni juga menganjurkan bagi SD yang mampu untuk mendirikan kantin sekolah. Supaya jajajan yang dijual belikan terkontrol. Pihak sekolah juga bisa memantau, mengawasi sekaligus memastikan makanan yang dijual di lingkungan sekolah tidak mengandung zat berbahaya. “Sikap hati-hati untuk mengkonsumsi makanan wajib ditanamkan sejak dini kepada anak pelajar. Sebab kebiasaan jajan sembarangan akan berakibat merusak kesehatan. Banyak penyakit yang bisa menular melalui makanan yang tak sehat,” jelasnya. Selain melakukan pengawasan, para kepala SD juga diimbau untuk kembali menggencarkan kampanye perilaku hidup sehat dan bersih kepada warga sekolah. “PHBS kembali digencarkan, apalagi sekarang masuk musim penghujan. Kesehatan warga sekolah harus menjadi perhatian,” tandas Patoni. (kom/kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: