Tangkal Hoax, Kominfo Bersama PWI Gelar Forum Dialog Publik

Tangkal Hoax, Kominfo Bersama PWI Gelar Forum Dialog Publik

CIREBON - Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pusat menggelar forum dialog publik di Aston Hotel, Selasa (5/12). Kegiatan bertajuk \"Menggalakkan Etika Jurnilistik untuk Para Netizen\". Dalam kegiatan itu, sejumlah narasumber dihadirkan. Salah satunya Tenaga Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Komunikasi Publik, Freddy H Tulung. Dalam kesempatan ini, Freddy mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami darurat hoax. Di mana, hoax acap kali merugikan sejumlah masyarakat. Lantaran hoax adalah informasi yang tidak benar, berita bohong, dan terkadamg tidak ada sumbernya. \"Hoax juga merupakan fenomena global lahirnya post fact dak alternatife fact,\" kata Freddy. Menurutnya, tujuan dari motif penyebaran hoax itu mendeskreditkan kelompok tertentu, mendelegitimasi penyelenggaran negara dan uang. \"Ciri-ciri informasi hoax di antaranya, sumber yang membuat tidak jelas, sehingga tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Pesannya sepihak, hanya membela atau menyerang saja. Memanfaatkan fanatisme dengan nilai-nilai ideologi atau agama untuk meyakinkan, dan judul atau tampilan provokatif,\" kata Freddy. Karena itu, Freddy meminta agar Citizen Journalisme bertabayyun atau check and recheck dalam menerima informasi. Tujuannya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Menurut Freddy, pendidikan dan pelatihan literasi media dan jurnalistik untuk para netizen sangat penting dilakukan. Sebab, menurut Freddy, netizen memiliki kemampuan menjadi motor penggerak dalam mencerdaskan warga dan mengecilkan ruang gerak pordusen hoax. \"Sosialisasi pedoman pemberitaan siber, sosialisasi UU mengenai informasi dan transaksi ekonomi, sosialisasi tentang pers, dan kode etik jurnalistik perlu diberikan kepada para netizen,\" kata Freddy. Freddy juga menyampaikan, platform media informasi dan komunikasi semakin beraneka ragam yang berbasis teknologi digital. Sehingga, menurut Freddy, Indonesia memiliki masyarakat yang kebanjiran informasi. Akibatnya terjadi pergesaran pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat dalam mengakses dan mendistribusikan informasi. \"Pengguna internet mencapai 132,7 juta orang. Di mana 98,2 juta orang merupakan pengguna internet melalui perangkat smartphone,\" kata Freddy. Sementara itu, Sekretaris Direktur Jendral Informasi dan Komunikasi Publik, Siti Maeningsih mengungkapkan, netizen merupakan orang yang aktif dalam media sosial. \"Dalam hal ini netizen mirip seperti wartawan yang menyebarkan informasi kepada publik,\" ujar Siti. Dalam menangkal hoax, lanjut Siti, netizen harus dapat benar-benar mengecek setiap informasi yang didapat. Dengan cara tersebut informasi hoax bisa ditangkal. \"Saya berharap kita semua bisa bersama-sama untuk dapat menangkal Hoax,\" tandas Siti. (fazri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: