Pengunjung Festival Durian Capai 10.000 Orang, Stok Durian 3 Ribu

Pengunjung Festival Durian Capai 10.000 Orang, Stok Durian 3 Ribu

MAJALENGKA–Ribuan pengunjung kecewa ketika menghadiri Festival Duren Kawitwangi, di pasar Ikan Lengkong Kecamatan Sindangwangi. Event yang diagendakan selama dua hari akhirnya hanya digelar satu hari atau Sabtu (9/12) saja. Salah seorang pengunjung dari Tasikmalaya, Koswara (54) bersama anggota keluarganya datang sejak pagi untuk mengikuti kegiatan tersebut. Namun sesampainya di lokasi, dia tidak mendapatkan tiket karena  sudah habis terjual. Dia mengkritik kegiatan yang dinilai kurang maksimal, dan membuat banyak ratusan hingga ribuan pengunjung kecewa. Mulai dari lokasi yang dinilai kurang representatif, akses masuk yang macet parah, hingga keterbatasan tiket. “Pas nyampe lokasi sudah macet. Awalnya dikira wajar karena banyak pengunjung yang hadir, tapi sesampainya di lokasi malah kehabisan. Ini acara besar kenapa tidak diantisipasi,” tegasnya. Istri Koswara, Yani (49) juga kecewa dengan terbatasnya tiket makan durian. Apalagi melihat di lokasi selain berdesakan juga waktu makan dibatasi hanya 10 sampai 15 menit. Sehingga mengakibatkan kericuhan para pengunjung. “Kapok tidak kapok, makanya kami pilih balik kanan bersama keluarga. Pas beli di luar, harganya melebih duren Montong atau Rp70 ribu per duren. Pas dimakan tidak ada rasa. Padahal kami datang jauh-jauh hanya ingin mencicipi duren asli Sinapeul Majalengka,” imbuhnya. Camat Sindangwangi Drs Ono Haryono MP meminta maaf kepada ribuan pengunjung yang datang dari berbagai daerah di tanah air. Pihaknya mengklaim event tersebut sudah disiapkan sangat matang sebelum pelaksanaan. Namun durian yang disediakan terbatas atau hanya 3 ribu. Pasalnya pengunjung di hari pertama saja sangat fantastis mencapai sekitar 10 ribu pengunjung. Hal ini yang memicu kekisruhan saat kegiatan berlangsung. Sementara durian di bulan Desember stoknya hanya beberapa ribu. Kendati demikian, pihaknya sudah berupaya mencari dan memesan ke para pengepul dan petani lokal Sindangwangi. Sebelum H-1 pihaknya mulai melihat tanda-tanda ricuhnya penyelenggaraan. Diskusi dilakukan bersama muspika, kepala desa, dan semua yang terlibat di acara tersebut. Terutama membahas stok durian yang semakin menipis. “Duren itu beda dari buah yang lain, karena ini tidak bisa distok terlalu lama karena nantinya busuk. Kalau baru ngambil (memetik, red) juga masih mentah. Tetapi animo masyarakat (pengunjung) sangat luar biasa. Hal ini yang memicu acara tidak kondusif,” paparnya. Pihaknya juga mengklaim durian yang dijual di festival tersebut asli Sinapeul Sindangwangi. Penyelenggara tidak mencari dan mendatangkan durian dari luar Majalengka, karena menyangkut promosi wisata Kawitwangi. Sementara durian yang dijual bebas di luar atau bukan dari wilayah Sindangwangi. Banyak pengunjung memilih membeli di luar area festival. Dari sisi itu, camat bangga dengan banyaknya pedagang durian, rumah makan, dan lainnya di sepanjang jalur itu laris manis tepat di hari pertama festival. “Memang malam H, kita sebar dan mencari dari para petani untuk mencukupi kebutuhan namun tidak terpenuhi. Pernah sampai mencari ke Ciniru Kuningan untuk mencukupi tapi tidak ada stok dan khawatir membohongi pengunjung,” imbuhnya. Membeludaknya pengunjung juga karena pengguna jejaring social yang memblow up atau memajang foto-foto ribuan durian. Sehingga kerap meresahkan pihak panitia karena bakal mempengaruhi penyelenggaraan. Berdasarkan pertimbangan sejumlah panitia, kegiatan hari pertama dipadatkan dan hanya diselenggarakan satu hari akibat tidak kondusif. Disinggung tiket peserta yang dikembalikan, mantan camat Jatiwangi ini mengaku ada 500 tiket yang dikembalikan kepada pengunjung. Hal itu karena khawatir jika menyuguhkan durian dari luar justru bakal memperkeruh dan mencederai wajah Majalengka. Ketua panitia festival, Ginggi Syar Hasyim mengakui masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Namun dia mengaku sudah berusaha maksimal. Animo masyarakat yang sangat besar dan tempat yang kurang memadai, menjadi persoalan sehingga acara tidak kondusif. “Kami (panitia, red) sudah meminta kepada para petani agar menyuguhkan buah yang enak. Habis juga tidak apa-apa yang penting enak,” tambahnya. Mantan Kepala Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi itu sudah meminta panitia mengembalikan uang yang sudah ditukar tiket oleh pengunjung. Menurutnya, tujuan festival untuk mempromosikan Majalengka ke berbagai daerah. Mengingat Majalengka akan menjadi kota besar dengan hadirnya bandara dan aerocity. Tidak kondusifnya festival durian juga disikapi Kementerian Pariwisata melalui Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti. Festival durian ini yang pertama kali di Kabupaten Majalengka. Dirinya sangat mengagumi potensi wisata durian di Kota angin. Dirinya mengakui promosi sangat cepat dan viral, karena nyaris muncul di seluruh media sosial yang turut mempromosikan. Sehingga banyak sekali pengunjung yang ingin menyicipi durian di Kabupaten Majalengka. Namun kedepan dapat melibatkan masyarakat sekitar seperti pelaku UKM, guna mempromosikan sejumlah produk lainnya. Masyarakat sekitar juga jangan hanya jadi penonton, tetapi harus ada keterlibatan. Mulai dari para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) atau seniman. “Harus jadi pelajaran dan pengalaman saat orang dating, selain menikmati rasa durian pengunjung saat pulang juga bisa membawa sesuatu yang bisa dijadikan kenangan,” imbaunya. Pihaknya juga menilai lokasi kurang representatif. Seharusnya bisa digelar di lokasi yang meningkatkan tren wisata, yang dapat memberikan nilai kepada para pengunjung selain bisa menikmati durian. “Alangkah baiknya lokasi di suasana kebun, sehingga terasa pengalaman berkesan saat pengunjung melihat langsung petani durian memetik dan memberi pengetahuan tentang jenis. Juga memberi kenangan setelah pulang. Orang yang sudah menikmati bisa bercerita pengalaman sepulang dari berkunjung ke Majalengka,” pungkasnya. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: