Difteri Serang Warga Tegalgubug, Pasien Diisolasi di RSUD Gunung Jati

Difteri Serang Warga Tegalgubug, Pasien Diisolasi di RSUD Gunung Jati

  CIREBON- Seorang pasien RSUD Gunung Jati Cirebon terdeteksi menderita difteri. Pasien yang diidentifikasi berinisial AL (29), seorang ibu rumah tangga warga Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, itu kini tengah menjalani perawatan di ruang isolasi. Ketua Komite Medik RSUD Gunung Jati Cirebon dr Oom Nurrohmah SpPD mengatakan pasien masuk pada Minggu (10/12). Sebelumnya dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Kota Cirebon. \"Masuk (RSUD Gunung Jati, red) tanggal 10 Desember sekitar pukul 20.43. Rujukan dari RS swasta,\" ujarnya dalam konferensi pers, Senin (11/12). Oom menjelaskan, kasus yang dialami AL adalah kategori difteri pada orang dewasa. Pasalnya, kata Oom, difteri kini tak hanya menyerang pada usia anak-anak saja. Tapi juga menyerang orang dewasa. \"Pasien ini usianya 29 tahun, masuk dalam kategori difteri dewasa karena lebih dari 14 tahun,\" katanya. Dijelaskan Oom, dari hasil uji laboratorium, pasien positif difteri dengan ditemukannya bakteri gram positif cocus, bakteri batang dengan granula metakromatik dengan susunan palisade/huruf China. Namun, untuk lebih memastikan, pihaknya memerlukan uji kultur dan telah dikirimkan pihaknya ke Bandung. Oom menambahkan, meski termasuk penyakit yang bisa menyebabkan kematian, terutama pada balita, namun kalau cepat terdeteksi dan cepat ditangani, pasien bisa sembuh. Penyebab kematian, lanjut Oom, disebabkan karena keterlambatan penanganan sehingga terjadi pembengkakan di faring dan tonsil menyebabkan pasien susah bernafas. \"Pasien yang sudah sembuh, dipastikan tidak akan menularkan penyakitnya. Tapi sayangnya, mereka datang ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah parah,\" jelasnya. Selain karena terlambat penanganan, penyebab kematian pada pasien difteri karena adanya penyakit lain yang memperparah kondisinya pasien bersangkutan. Misalnya TBC, radang paru-paru, dan lainnya. Tak hanya itu, bisa juga diakibatkan karena racun ekso toksin yang dihasilkan bakteri penyebab difteri yang menyebar ke mana-mana. Misalnya ke jantung yang dapat menggangu fungsi jantung. \"Ke otak juga bisa sehingga mengganggu saraf dan lainnya,\" tambahnya. Sementara dokter yang menangani AL, dr Pahmi Budiman mengatakan pertama kali datang kondisi klinis pasien ditemukan selaput putih yang sudah berdarah di sekitar tonsil dan faring. \"Keluhannya karena sulit dan sakit untuk menelan, suhu badan mencapai 37,8 celcius,\" katanya. Pasca mendapat penanganan dan diberi obat antibiotik dan antidifteri serum, kata Pahmi, kondisi pasien sudah mulai stabil. Pahmi menjelaskan, sesuai guideline untuk penanganan penderita difteri dalam sepekan ini pasien akan terus diuji laboratorium. Bila dalam seminggu ini tiga kali hasil tes laboratorium negatif, pasien pun diizinkan pulang. \"Pengobatan bisa 2 minggu, tapi kalau selama 3 hari berturut-turut kita cek lab hasilnya negatif, boleh pulang,\" katanya. Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Kabid Pelayanan Medis dr Evi Wulandari mengatakan selama hampir setahun ini RSUD Gunung Jati sudah merawat empat pasien terduga difteri. Dua pasien di antaranya meninggal dunia. \"Dari empat pasien yang dirawat pada bulan April, Oktober, November dan Desember, yang positif itu yang dirawat sekarang. Meski dua pasien di antaranya meninggal, namun hasil uji laboratorium negatif,\" ujarnya. Evi menjelaskan, kepadatan wilayah bisa jadi faktor percepatan penyebaran difteri. Apalagi, jika dalam wilayah tersebut masih minim kesadaran akan imunisasi. \"Tapi kalau dari imunisasinya kurang, artinya banyak di daerah itu yang tidak terlindungi. Begitu muncul, akan mudah menyebar,\" ujarnya. Menurutnya, penting untuk meningkatkan kesadaran mengenai imunisasi difteri. Selain itu, harus ada perlakuan khusus bagi orang-orang yang intens melakukan kontak dengan pengidap difteri. \"Kalau ada keluarga atau rekan yang positif difteri, tetap menerima mereka dan jangan dijauhi apalagi sampai dikucilkan,\" pesannya. (mik)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: