Tanggul Bendung Seuseupan Longsor,  Ratusan Hektare Lahan Pertanian Terancam

Tanggul Bendung Seuseupan Longsor,  Ratusan Hektare Lahan Pertanian Terancam

CIREBON - Ratusan hektare lahan pertanian di Kecamatan Karangwareng terancam tak bisa dipasok air dari Bendung Seuseupan, setelah salah satu tanggul di saluran tersier di samping pintu air utama longsor. Tidak hanya berpengaruh ke saluran tersier yang mengalirkan air untuk lahan pertanian di wilayah Desa Blender dan Seuseupan yang luasnya 85 hektare. Jika tidak segera ditangani, maka longsoran tersebut akan turut pula mempengaruhi pasokan air untuk saluran sekunder yang mengairi sekitar 484 hektare di Desa Sumurkondang. “Ini longsorannya bertahap. Pertama kali longsor itu pada waktu 5 Desember 2017. Sempat terjadi beberapa kali sampai terakhir itu sewaktu ada kejadian gempa kemarin. Total empat kali longsor,” ujar Carma, juru Pengairan Seuseupan saat ditemui Radar, kemarin. Pihaknya bersama PSDA Provinsi dan BBWS sudah berupaya untuk meminimalisasi dampak yang terjadi akibat longsoran tersebut. Salah satunya dengan memasang crucuk bambu di lokasi longsor untuk mencegah terjadinya longsor susulan. “Tim kita sudah bergerak. Bahkan sudah 8 kali kita lakukan perbaikan. Sementara untuk tanggap daruratnya pada lokasi yang longsor, kita kasih karung berisi tanah dan pasang crucuk bambu,” imbuhnya. Namun diakuinya, perbaikan yang dilakukan saat ini hanya bersifat insidentil dan seadaanya. Butuh perbaikan secara permanen untuk mencegah kerusakan yang lebih besar lagi, terutama untuk melindungi pintu air utama yang membagi antara saluran sekunder dan primer. “Kalau tidak segera diperbaiki, memang yang terancam adalah lahan pertanian yang dialiri air dari saluran sekunder, karena begitu pintu air ini jebol, maka otomatis air langsung terbuang ke saluran primer tanpa bisa dialihkan ke saluran sekunder,” bebernya. Yang ia khawatirkan adalah, curah hujan yang masih tinggi dan umur bangunan yang saat ini sudah lebih dari 100 tahun, sehingga potensi terjadinya longsor yang lebih besar masih mungkin terjadi. “Kondisi ini sudah kita sampaikan ke pihak berwenang dan instansi terkait. Untungnya, sekarang musim hujan jadi lokasi yang terhambat pasokannya seperti Desa Blender bisa memanfaatkan air hujan,” tambahnya. Sementara itu, Staf PSDA Provinsi Jabar, H Daru saat ditemui Radar mengatakan, jika Bendung Seuseupan menyuplai air untuk sekitar 3.860 hektare lahan pertanian di wilayah Cirebon Timur. Peran Bendung Seuseupan sangat vital sebagai salah satu sumber air utama untuk lahan pertanian. “Karena wilayahnya lebih dari 3.000 hektare, maka ada tiga pihak yang berkepentingan dan berwenang di sini. Pertama dari BBWS, kemudian PSDA Provinsi, kemudian dari PUPR Kabupaten Cirebon,” tuturnya. Untuk perbaikannya, menurut H Daru, kemungkinan akan di-take over anggaran dari APBN. Namun  perbaikan tersebut tidak bisa dilakukan pada APBN murni, karena peristiwa longsor tersebut terjadi setelah anggaran 2018 sudah disahkan. “Sebenarnya masih bisa diutak-atik nanti di anggaran perubahan atau paling telatnya pada 2019. Karena APBN murni sudah ketok palu. Kalau hitung-hitungan kemarin, perbaikan setidaknya menghabiskan dana sekitar Rp300 juta. Tapi jumlah tersebut akan membengkak lagi jika bangunan utama atau pintu air utama ikut ambrol. Mudah-mudahan segera terealisasi,” ungkapnya. (dri)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: