Kawasan BAT Luput dari Perhatian Pemerintah, Banjir karena Drainase Mampet

Kawasan BAT Luput dari Perhatian Pemerintah, Banjir karena Drainase Mampet

CIREBON  – Sudah tujuh tahun Yopi (37) berjualan di terowongan Ramayana Cirebon Mall. Ia sudah terbiasa menghadapi banjir yang menggenangi kawasan itu saat hujan deras turun. Tapi, Sabtu (30/12) ceritanya lain. Dia menyebut, banjir di penghujung 2017 itu yang terparah. \"Kalau hujan emang pasti banjir. Cuma kemarin itu paling parah. Sampai ada setengah meternya mah. Mau didorong gerobaknya juga nggak bisa karena air tinggi sekali kemarin,\" ujar salah seorang pedagang kaki lima, Yopi (35) pada Radar, Senin (1/1). Banjir di kawasan kota tua disebabkan drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Sejumlah bangunan nyaris terendam dan lalu lintas pun terganggu. Dari dua kali hujan deras di penghujung 2017, air nyaris menggenangi bangunan heritage eks Pabrik British America Tobacco (sekarang Bentoel International Investama, tbk). Genangan air juga meluas ke Jl Bahagia dan pertokoan di sekitarnya. Yang paling parah ialah Terowongan Ramayana Cirebon Mall. Saat banjir terjadi, saluran air di kawasan itu hampir seluruhnya tertutup. Di terowongannya sendiri hanya sekitar tiga lubang saluran air dengan diameter yang sempit. Tentunya tidak cukup menampung volume air yang melanda. \"Di sini nggak ada selokan soalnya. Ada juga ya kecil, cuma lubang biasa terus ditutup. Ya nggak masuk lah airnya, nggak bisa jalan ke mana-mana. Ya jadi ngecembeng aja di sini,\" jelas Yopi, sembari menunjukkan lubang drainase di kanan dan kiri ruas jalan yang tak sampai 100 meter itu. Hal senada juga diungkapkan pedagang lainnya, Yuli (38). Bila sudah terlanjur banjir melanda, ia bergegas merapikan barang jualannya. Tapi banjir yang terjadi Sabtu (30/12) di luar prediksinya. Airnya terlalu tinggi. Menurutnya kawasan itu luput dari perhatian pemerintah. \"Kalau bisa mah dibuat aja selokannya di sekitar sini. Di daerah BAT juga sama banjir, tapi di sana ada selokannya. Kalau di sini ya sama sekali,\" ujarnya. Sementara itu, Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Giri Nata, Sofyan Satari menyatakan, kebanjiran yang melanda kawasan BAT dan sekitarnya murni disebabkan drainase. Awalnya memang ada dugaan pompa saluran air di Kompleks Taman Ade Irma Suryani tidak berfungsi. Setelah dicek, ternyata tidak ada kaitannya dengan mesin pompa drainase yang dikelola perusahannya. Atas kejadian tersebut, pihaknya langsung melakukan inspeksi ke wilayah tersebut. Berdasarkan hasil inspeksi tersebut saluran-saluran yang masuk ke drainase tersebut tersumbat. \"Saat itu juga kami langsung berkoordinasi dengan pihak terkait baik dengan DPUPR (Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR) maupun DLH (Dinas Lingkungan Hidup) dan walikota Cirebon,” katanya. Walikota Cirebon, Drs Nasrudin Azis SH didampingi para kepala SKPD lantas melakukan kerja bakti di kawasan itu. Benar saja, saluran air di kawasan itu tersumbat banyak sampah. Mulai dari perabotan rumah tangga sampai styrofoam bekas kemasan makanan. Bahkan walikota turun langsung memunguti sampah. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Drs H RM Abdullah Syukur MSi mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke jalan. Sebab, saat hujan akan terbawa masuk ke drainase. Imbauan serupa juga disampaikan kepada para pedagang kaki lima. Diharapkan mereka turut menjaga kebersihan di lingkungan sekitar lapaknya. Dalam kerja bakti lintas SKPD itu, walikota didampingi kepal DLH, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Drs Andi Armawan, Kepala DPUPR Ir Budi Raharjo MBA dan Kepala Damkar Adam Nuridin.  (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: