Review Film Ayat Ayat Cinta 2 Buruk, tapi Bikin Penasaran

Review Film Ayat Ayat Cinta 2 Buruk, tapi Bikin Penasaran

Review film Ayat Ayat Cinta (AAC) 2 di blog pribadi Stephany Josephine alias Teppy sangat viral. Selain penuh spoiler, review bergaya jenaka itu membongkar berbagai kelemahan plot (plothole) film arahan sutradara Guntur Soeharjanto tersebut. Meski begitu, AAC 2 tetap laris ditonton selama libur Natal dan tahun baru lalu. Hingga kemarin, film rilisan MD Pictures itu ditonton 2.109.414 kali. Produser Manoj Punjabi senang dengan capaian tersebut. Strategi promosi yang all out membuat film tak terpengaruh oleh review buruk. ”Namanya juga film, pasti ada yang suka dan ada yang nggak suka kan,” ujar Manoj kemarin. Menurut dia, AAC sudah menjadi semacam brand dengan basis fans yang cukup kuat. Manoj mengungkapkan, ada banyak hal yang membuat penonton AAC 2 tetap membeludak. Pertama, rasa penasaran fans. Ketika Ayat Ayat Cinta (2008) berakhir, kisah Fahri dan Aisha (saat itu diperankan Rianti Cartwright) menggantung. Banyak yang ingin tahu kelanjutannya. Apalagi, ada sekuel novel AAC. ”Banyak yang minta novel AAC 2 dibuat filmnya,” kata Manoj. Para pemain AAC 2 juga punya basis fans yang loyal. Misalnya, Fahri yang digandrungi para pemuja lelaki dengan image alim dan saleh. Meski penokohannya agak janggal, ketampanan Fahri alias Fedi Nuril plus sifat yang (katanya) seperti malaikat menjadi magnet bagi film tersebut. Belum lagi Chelsea Islan dan Tatjana Saphira. Keduanya punya banyak fans yang loyal. Jajaran cast itu didukung penyanyi yang membawakan original soundtrack (OST). Krisdayanti, Rossa, Raisa, Isyana Sarasvati, dan Payung Teduh juga punya penggemar yang masif. Mereka tentu rela menonton AAC 2 demi bisa mendengarkan lagu dan alunan suara idolanya. Guntur pun terkesan defensif ketika membicarakan review Teppy yang viral. Misalnya, soal penokohan Fahri yang terlampau sempurna. ”Memangnya kalau ada karakter seperti itu, apa bisa menimbulkan dampak negatif?” tandas Guntur, lantas tertawa. Menurut dia, lebih baik menampilkan karakter yang kelewat baik alih-alih kelewat jahat. Dengan demikian, penonton bisa meneladani sifat Fahri dan mengambil nilai moral. ”Jika ada yang bilang bahwa Fahri adalah manusia sempurna, perlu berpikir lebih luas. Ada kok sosok yang lebih sempurna, yakni Nabi Muhammad SAW,” imbuhnya. Mengenai kritik penggunaan bahasa Indonesia di Skotlandia, ada pula alasannya. Guntur dan Manoj sama-sama berpendapat, hal tersebut dilakukan agar penonton bisa lebih nyambung. Untuk adegan lain yang juga dikritik, Guntur menyebutkan bahwa hal itu sesuai dengan novelnya yang memang fiktif. Dia menambahkan, review buruk Teppy bisa jadi malah membuat orang penasaran dan menonton AAC 2. (len/c16/na)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: