Sistem Drainase di Kota Cirebon Perlu Dikaji Ulang, Ini Sebabnya

Sistem Drainase di Kota Cirebon Perlu Dikaji Ulang, Ini Sebabnya

CIREBON - Seringnya Kota Cirebon mengalami genangan, mendapatkan perhatian serius dari kalangan akademisi. Pemerintah Kota Cirebon dianggap sudah saatnya untuk mengkaji kembali sistem drainase yang ada saat ini. Akademisi Sekolah Tinggi tehnologi Cirebon (STTC), Mudhofar ST MT mengatakan, sejak Pemerintahan Kolonial Belanda, drainase Kota Cirebon sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Belanda yang punya pengalaman dengan masalah permukaan laut, tentu punya pertimbangan sendiri termasuk soal tinggi air muka laut. Saat masih bernama kota praja, sudah dibangun daerah aliran sungai (DAS) sampai empat titik. Namun pada perkembangannya, DAS dalam kondisi kurang terawat, belum lagi minimnya daerah resapan air. Tetapi, apa yang dibangun di era kolonial itu tentu perlu penyesuaian. Kondisi saat ini sudah jauh berbeda. “Sudah kekurangan dan pohon-pohon, yang ada malah ditebang,” tutur Mudhofar, kepada Radar Cirebon. Penebangan pohon ini, berkejaran dengan terus berkurangnya daerah resapan air. Imbasnya, debit air yang masuk drainase menjadi sangat besar. Di beberapa lokasi, daya tampung saluran sudah tidak mendukung dan meluber ke jalanan. Alumnus Universitas Diponegoro (Undip) ini juga menyarankan kepada pemkot untuk kembali me-review keberadaan daerah resapan. Kalaupun drainase dibesarkan, belum tentu optimal akibat besarnya debit air yang masuk. Pada akhirnya, apa yang selama ini disebut genangan karena durasinya di bawah tiga jam bakal menjadi banjir. “Saya sarankan pemkot meneropong ulang sistem drainase termasuk mengevaluasi keberadaan daerah reasapan air. Sekarang ini resapan semakin berkurang seiring pembangunan gedung-gedung,” katanya. Terpisah, Anggota Komisi II DPRD, Watid Syahriar menganggap istilah banjir tidak tepat digunakan di Kota Cirebon. Menurutnya, itu masih masuk dalam kategori genangan karena maksimal berlangsung selama 2-3 jam. \"Saya pribadi memaklumi, kalau tidak tergenang lebih dari 6 jam saya kira itu belum termasuk banjir. Istilahnya tergenang,\" terangnya. Watid pun bersyukur, curah hujan di Kota Cirebon tidak setinggi di kota lain. Maksimal hujan dengan intensitas tinggi lamanya 3 jam, di kota lain kan ada yang sampe 10 jam bahkan 24 jam. Politisi Partai Nasdem ini menyarankan pemkot melakukan pemeliharaan drainase. Terutama drainase yang tertutup, seperti di lingkungan permukiman masyarakat. Kemudian, faktor yang penting dalam hal ini yakni kesadaran dan kedisiplinan masyarakat untuk tidak sembarangan membuang sampah apalagi ke saluran air. \"Yang harus diperhatikan itu drainase tertutup, sedimentasinya gak kelihatan. Kalau yang terbuka bisa kelihatan, tapi memang semuanya perlu pemeliharaan rutin,\" katanya. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: