Industri Harus Penuhi IPAL dan Dokumen Lingkungan
CIREBON - Kualitas air laut di perairan Cirebon, masih berada di bawah ambang baku mutu. Hasil penelitian dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon, rata-rata perairan di wilayah Kabupaten Cirebon masih belum tercemar secara signifikan. Kepala Bidang P2P, Yuyu Jayudin didampingi Kasubid Pengendalian Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Cirebon, Arie Skripsianti SSi MT mengatakan, ada beberapa parameter yang diukur dalam meneliti kualitas air laut, di antaranya Chemical Oksigen Demand (COD) dan Biochemical Oksigen Demand (BOD). Dari hasil penelitian itu, setiap daerah memiliki nilai parameter yang berbeda-beda. Akan tetapi, kesimpulannya kualitas air laut tidak terlalu jelek. Hanya ada di beberapa titik yang memang punya tingkat di atas baku mutu. Misalnya, air laut di Pangenan untuk residu tersuspensi ambang batas baku mutu itu adalah 20. Sementara hasilnya sudah mencapai 53. Residu tersuspensi ini terjadi karena ada endapan yang terbawa ke dalam air laut. Sehingga, membuat faktor kekeruhan air laut juga meningkat. “Di Pangenan itu, kekeruhan seharusnya di bawah 5-10, tapi sudah mencapai 25. Ya kalau dilihat secara keseluruhan, sebenarnya rata-rata masih di bawah ambang mutu. Tapi kalau dilihat parameter per wilayah, ada beberapa titik yang sudah di atas baku mutu,” katanya kepada Radar Cirebon, kemarin. Dia mengatakan, air laut memang sangat rawan terkena pencemaran. Karena semua limbah bakal bermuara ke air laut, termasuk limbah domestik rumah tangga maupun limbah dari industri. Karena rawan terhadap pencemaran dan menurunkan kualitas air laut. Pihaknya sedang mencoba mengeliminasi penyebab terjadinya pencemaran air laut. Diakuinya, sejauh ini untuk pencemaran masih sulit untuk mendetek satu per satu asal muasal limbah, karena semua limbah bermuara ke laut. “Jadi, harus dilihat keseluruhan, karena pasti ada yang berasal dari limbah domestik dan kegiatan industri,” ujarnya. Dalam menjaga kualitas air laut, akan dipengaruhi oleh aktivitas lingkungan di daratan. Maka dari itu, pihaknya mencoba upaya meminamalkan limbah yang di darat dibuang ke sungai. Beberapa upaya dilakukan untuk melakukan pencegahan. Seperti menggugah kesadaran semua pihak, baik masyarakat dan juga pelaku usaha dan industri. Sebab mereka berkontribusi untuk meminimalkan limbah ke laut. “Pelaku kegiatan industri tetap harus konsisten membuat dokumen lingkungan, dan juga membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Kesadaran masyarakat kita terus sosialisasi dan edukasi, agar tumbuh kepedulian dan kesadaran,” bebernya. Sebab, apabila air laut sudah tercemar, akan berdampak terhadap ekosistem biota laut. Dengan adanya tingkat kekeruhan saja, bisa membuat ekosistem tidak berjalan. Sebab, untuk melakukan fotosintesis itu, perlu air yang baik. Air keruh itu berarti tingkat oksigen di dalam air sangat tipis, sehingga fotosintesis tidak bisa berjalan. “Di perairan lain masih bagus, misalnya ambil sampel di Suranengala itu COD dan BOD-nya masih di bawah ambang baku mutu,” katanya. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: