Sekolah Rusak Antre Diperbaiki, 33 Ruangan Kelas Tidak Bisa Dipakai KBM

Sekolah Rusak Antre Diperbaiki, 33 Ruangan Kelas Tidak Bisa Dipakai KBM

CIREBON – Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kota Cirebon dalam kondisi mengkhawatirkan. Sedikitnya 16 sekolah dasar negeri dari total 134 dalam kondisi rusak. Masalahnya, kerusakan itu mengganggu kegiatan belajar mengajar karena 33 ruang kelas benar-benar tidak bisa dipakai. Perbaikan sekolah-sekolah ini pun harus antre. Dari pantauan Radar di sejumlah sekolah, mayoritas kerusakan sekolah terjadi di bagian atap. Ada yang plafonnya ambrol, konstruksi atap rapuh, bahkan ada yang sudah ambruk. Data Dinas Pendidikan Kota Cirebon menyebutkan, ada 16 SD di Kota Cirebon yang perlu direhabilitasi. 10 sekolah diantaranya tergolong rehabilitasi berat dan sisanya 6 sekolah rehabilitasi sedang. Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Drs H Jaja Sulaeman MPd, melalui Kabid Pendidikan Dasar Muh Uu Suhaemi mengaku, sudah melakukan beberapa upaya untuk penanganan kerusakan sekolah, khususnya SD. Selain meninjau langsung ke lokasi, Dinas Pendidikan juga sudah berusaha melaporkan kerusakan tersebut ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) lewat Aplikasi Takola (Tata Kelola). Dengan menggunakan aplikasi ini, pihak sekolah bisa melaporkan kerusakan gedung sekolah yang ada tanpa prosedur yang panjang. \"Kita ambil gambar bagian-bagian gedung sekolah yang rusak, kemudian di-upload. Takola akan menunjukkan keakuratan data, baik dari foto, ukuran dan kerusakannya berapa persen. Laporan itu, kemudian dianalisa tim dari pusat,\" ujar Uu, kepada Radar, Senin (22/1). Dalam pelaksanaan di lapangan, kata Uu, teknis pelaksanaan aplikasi Takola SD adalah SMK. Operator aplikasi Takola SD di SMK biasanya adalah jurusan Teknik Bangunan. \"Kita kerjasama dengan tim Takola di SMKN 1 Cirebon,\" lanjutnya. Dalam teknisnya, tim Takola mengambil data foto kerusakan-kerusakan bangunan di SD. Foto yang diambil pun harus aktual dan up to date. Takola SD ini melibatkan SMK yang memiliki kompetensi keahlian Teknik Bangunan yang menguasai bangunan, sehingga bisa menilai dengan benar kebutuhan anggaran untuk setiap ruangan/bangunan yang hendak dibangun. \"Kita sudah turun, lihat langsung, upload untuk lapor ke pusat. Mudah-mudahan segera ada penanganan,\" tuturnya. Selain berupaya lewat Tim Takola, Dinas Pendidikan juga sudah mengajak kerjasama dengan beberapa perusahaan. Uu berharap, perusahaan dapat berpartisipasi dalam meningkatkan sarana prasarana pendidikan. Termasuk dalam membantu memperbaiki sekolah rusak dengan Corporate Social Responsibility (CSR). \"Sudah mengajukan CSR ke beberapa perusahaan, seperti BJB, PLTU, Pelindo, Bank Indonesia, Pertamina dan lainnya. Semoga bisa cepat dan tuntas, dan anak-anak kembali belajar dengan nyaman,\" harapnya. Uu mengatakan, pemeliharaan bangunan sekolah perlu kerjasama semua pihak. Ia mengakui bahwa sejumlah kerusakan memang luput dari penglihatan. Untuk itu, dirinya mengimbau kepada pihak sekolah untuk bersama-sama memelihara dan segera melapor jika ada kerusakan. \"Kita imbau agar sekolah juga membantu Dinas Pendidikan untuk cek kondisi sekolahnya, misal ada genteng yang pecah atau bocor, segera lapor. Karena kalau nanti dibiarkan, efeknya semakin meluas,\" tuturnya. Sementara itu, salah satu SD yang mengalami kerusakan yakni SDN Kartini V. Ada satu ruang kelas yang dikosongkan karena atapnya sudah rusak. Dua ruang kelas di sebelahnya pun atapnya terlihat sudah rapuh. \"Yang rusak atap, dari bulan November 2017. Kita kosongkan karena untuk keamanan anak-anak, khawatir lagi belajar ambruk,\" kata Kepala SDN Kartini V, Esih Cukesih SPd SD. Ruang yang kosong tersebut sebelumnya adalah ruang belajar kelas 4. Karena tidak digunakan, kelas 4 beralih ke ruang kelas 3. Sedangkan, kelas 3 sementara belajar di ruang perpustakaan. \"Kelas 4 geser ke kelas 3, kelas 3 nya ke ruang perpustakaan. Ya sementara seperti itu, nunggu perbaikan,\" tuturnya. (mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: